islamil tidak disembelih
Belajar dari Kisah Ibrahim dan Ismail

Hikmah Nabi Ismail Tidak Disembelih dan Diganti Domba

Lembah Mina kala itu belum dihuni oleh manusia. Di lembah sepi itu Nabi Ibrahim telah bertekad untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Itu bukan kekejaman, tapi simbol kepatuhan dan totalitas penghambaan Nabi Ibrahim kepada Allah.

Ihwal penyembelihan Ismail karena ada perintah dari Allah kepada Ibrahim melalui mimpi. Keimanan Nabi Ibrahim diuji. Ismail, putra yang diidamkan puluhan tahun setelah beranjak dewasa harus dikorbankan. Ini ujian berat. Ismail putra terkasih, putra yang diharapkan kelahirannya sejak lama. Karenanya, Nabi Ibrahim sangat menyayanginya.

Ismail bak sumber air yang ditemukan di tengah padang pasir tandus. Ismail adalah sesuatu yang sangat berharga, Ismail bagi Ibrahim sungguh membahagiakan, menghibur dan menjadi tumpuan harapannya. Pada saat seperti itu, tiba-tiba datang perintah Allah supaya Ismail disembelih. Aduhai, betapa ini ujian yang sungguh berat.

Disitulah ujian terhebat itu. Mampukah Ibarhaim menunjukkan totalitas keimanan dan ketaatannya, bahwa kecintaan terhadap Rab Nya di atas cinta yang lain.

Kisah keimanan dan ketakwaan totalitas Ibarhaim diabadikan dalam al Qur’an surat al Shaffat ayat 99-111.

Dengan tulus ikhlas Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah menyembelih putranya, Ismail. Bapak dan anak sama-sama ikhlas menjalankan perintah Allah tersebut. Setelah pisau di tempel ke leher Ismail, mulailah Nabi Ibrahim menyembelih. Tapi, kemudian Allah berkehendak lain. Pisau tajam yang mampu membelah batu itu tidak bisa menyayat kulit leher Ismail.

Allah berkehendak lain. Ismail kemudian diganti dengan domba yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Itu atas perintah Allah sebagai pernyataan Ibarhim dan Ismail telah lulus ujian.

Mengapa Allah menggantinya? Tentu ada hikmahnya. Segalanya, Allah lebih tahu. Skenario Allah lebih fantastis untuk menuntun dan menunjukkan kepada manusia jalan yang penuh kebahagiaan.

Hikmah Mengganti Ismail dengan Domba

Jauh sebelum masa Nabi Ibrahim, berkembang tradisi keagamaan yang salah kaprah. Kaum Masokhis memiliki tradisi mempersembahkan nyawa manusia kepada Tuhan. Tampaknya, Allah hendak menyampaikan bahwa mengorban nyawa manusia untuk Dirinya adalah kesalahan dalam beragama.

Allah hendak menegaskan, tradisi keberagamaan dan keimanan seperti itu salah. Allah juga hendak menyatakan bahwa Dia tidak haus darah. Dia juga hendak menyampaikan bahwa kekerasan-kekerasan kemanusiaan, apalagi sampai menghilangkan nyawa manusia, itu terlarang.

Dalam konteks hari ini, Allah hendak menegaskan, Dirinya melarang tindakan penghilangan nyawa manusia dengan alasan atas nama agama dan atas nama Dia, seperti aksi-aksi terorisme. Tindakan seperti itu bukan ibadah, ia merupakan tradisi keberagamaan dan kebertuhanan yang salah.

Allah hendak menegaskan, slogan dan aksi anarkis atas nama agama bukan kehendak-Nya, juga bukan perintah-Nya. Perintah-Nya adalah menghormati kemanusiaan, bukan mengorbankan manusia atas nama agama.

Perintah menyembelih Ismail sebagai simbol untuk menyembelih egoisme dan sifat kebinatangan yang ada pada diri manusia. Nabi Muhammad menyampaikan hal ini dengan istilah “Jihad Akbar”, yaitu jihad melawan hawa nafsu.

Ini salah satu hikmah mengganti Ismail dengan domba. Tentu saja masih banyak hikmah dari keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail yang harus terus dipelajari untuk dijadikan ‘ibrah (pelajaran) bagi kita. Supaya dalam menjalankan kehidupan selalu berada dalam aturan ketaatan dan keimanan yang benar menuju totalitas penghambaan yang sempurna. Seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

buah takwa

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, …