Indonesia dalam menjalani Pemilu 2024 telah melaksanakan serangkaian acara debat calon presiden dan calon wakil presiden. Acara ini menjadi ajang bagi masyarakat untuk lebih memahami pemikiran dan janji-janji yang diusung oleh para calon pemimpin negara.
Namun, sebagian masyarakat mungkin bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya pandangan Islam terkait dengan berdebat? Apakah diperbolehkan atau sebaliknya?
Dalam Islam, berdebat adalah sesuatu yang diperbolehkan, selama kedua belah pihak memiliki dalil yang kuat dan mengedepankan logika. Namun, ada pula debat yang tidak di perbolehkan, yakni debat yang tercela, di mana debat dengan perbedaan pendapat tanpa dasar ilmu, tanpa dalil, dan sepenuhnya hanya persoalan subjektif. Debat seperti ini lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan otot, bukan argumen yang berlandaskan ilmu.
Sebagai aturan umum, debat yang tidak mengedepankan keberkahan ilmu sangat tidak disukai dalam Islam. Allah sendiri membenci orang yang keras kepala dan hanya ingin menang dalam berdebat tanpa memperhatikan kebenaran. “Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari, No. 4523).
Perdebatan yang semacam itu tentu saja dilarang dalam Islam. Bahkan dalam sebuah hadist Nabi bersabda : Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), (HR Daud).
Tentu saja, kontek larangan debat di atas adalah perdebatan yang tidak bermanfaat. Berdebat dengan hanya mengumbar emosi dan ingin menjatuhkan lawan, bukan untuk meraih kebenaran dan subtansi yang dimaksid.
Sejatinya, tujuan utama debat dalam Islam untuk mencari kebenaran. Apabila kebenaran sudah ditemukan dengan akal sehat dan logika, maka tidak perlu lagi melanjutkan debat yang panjang.
Sikap yang mengedepankan kemenangan pribadi tanpa mempertimbangkan kebenaran adalah sikap yang tidak mendatangkan berkah. Orang yang hanya mencari kemenangan diri sendiri tanpa memperhatikan kebenaran, ilmunya tidak akan membawa keberkahan.
Oleh karena itu, debat seharusnya dilakukan dengan niat mencari kebenaran dan ilmu. Allah memberikan keberkahan pada ilmu bagi mereka yang berdebat dengan tujuan yang baik. Namun, debat hanya untuk membenarkan diri sendiri tanpa mencari tujuan yang baik tidak akan mendatangkan keberkahan.
Etika Debat dalam Islam
Adapun tata cara debat yang benar sesuai dalam agama Islam. Pertama, Berdebat dengan ilmu. Dalam al-Quran, Allah berfirman, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah: 258)
Dalam surat di atas mengisyaratkan bahwa, Allah sangat murka terhadap orang yang berdebat tanpa ilmu. Dalam berdebat, kita harus fokus pada inti masalah dan menggunakan akal yang rasional, bukan prasangka buruk semata. Debat seharusnya bisa memperlihatkan argumentasi yang tidak benar dan memberikan bantahan yang akurat berdasarkan kajian untuk mencapai kebenaran.
Kedua, Menjaga akhlak. Berdebat wajib dengan menjaga akhlak yang baik. Hindari penggunaan kata-kata kasar dan sikap merendahkan lawan debat. Saat berdebat kita hanya bisa berargumen untuk ide yang disampaikan. Jadi, dalam penyampaiannya kita tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata kasar yang tidak mencerminkan akhlak terpuji.
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)”
Ketiga, Debat tidak boleh dilakukan hanya untuk kesenangan semata. Debat menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan kebenaran dalam Islam. Namun, bukan berarti bisa setiap saat mendebat orang tanpa alasan yang kuat. Orang yang suka menjatuhkan dirinya dalam perdebatan dengan tujuan hanya ingin mendapati dirinya menang, maka hilanglah keberkahan ilmunya.
Keempat, Menguasai materi debat. Sangat penting untuk memperhatikan topik perdebatan dan memastikan kita sudah menguasai ilmunya sebelum terlibat. Jika tidak, lebih baik untuk tidak ikut masuk ke dalam perdebatan tersebut.
Dengan menjalankan cara berdebat yang benar dalam Islam, kita tidak hanya mencapai kebenaran, tetapi juga menjaga keberkahan ilmu. Sikap yang mencari kemenangan diri sendiri tanpa memperhatikan kebenaran hanya akan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, berdebatlah dengan akhlak yang baik dan tujuan yang baik, sehingga Allah SWT. memberikan keberkahan pada ilmu yang kita peroleh.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah