tasbih
tasbih

Hukum Dzikir dengan Suara Keras

Di sebuah kampung di belahan Indonesia, terjadi sebuah masalah. Sudah biasa penduduk di sana setiap selesai shalat membaca dzikir dengan suara yang keras. Kemudian ada seseorang yang mengatakan bahwa dzikir dengan suara keras itu adalah bid’ah yang harus dihindari. Orang tersebut juga memyebutkan dalil-dalil yang menguatkan pendapatnya itu.

Warga di kampung menjadi resah. Mereka mulai ragu apakah benar amalan yang mereka lakukan selama ini adalah bidah yang bisa menuntun pada neraka? Karena orang tersebut menyebutkan bahwa setiap bid’ah adalah sesat.

Di dalam berdzikir memang dianjurkan untuk tidak terlalu keras. Namun juga disunnahkan tidak terlalu lirih. Allah Taala berfirman:

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”

Ada sebuah cerita yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah r.a. bahwa suatu kali Rasulullah ﷺ keluar pada malam hari. Ternyata saat itu Sayyidina Abu Bakar r.a. sedang melakukan shalat dengan suara yang lirih. Rasulullah ﷺ lewat dan bertemu dengan Sayyidina Umar r.a. yang sedang melakukan shalat dengan suara yang keras.

Pada hari keduanya tengah berkumpul dengan Rasulullah ﷺ, Nabi Muhammad ﷺ bertanya pada Abu Bakar r.a.: “Wahai Abu Bakar, aku pernah berjalan dan mengetahui bahwa engkau sedang shalat dengan suara yang lirih”

Abu Bakar r.a. menjawab: “Sungguh dzat yang aku munajati telah mendengarku, ya Rasulallah”

Rasulullah ﷺ berkata: “Keraskan sedikit”

Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya pada Umar r.a.: “Wahai Umar aku juga pernah berjalan dan engkau sedang shalat dengan suara keras”

Umar r.a. berkata: “Aku sedang membangunkan orang yang mengantuk dan sedang mengusir setan”

Rasulullah ﷺ berkata: “Pelankan sedikit suaramu”

Tapi sebagian ulama salaf berpendapat bahwa bertakbir dan berdzikir dengan suara yang keras disunnahkan setelah shalat wajib. Mereka beralasan dengan sebuah hadis yang diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abbas r.a. pernah berkata: “biasanya aku mengetahui mereka selesai shalat dengan terdengarnya suara olehku”. Hadis ini menceritakan bahwa para sahabat melakukan dzikir dengan suara yang keras setelah selesai shalat.

Membaca dzikir dengan suara keras juga ada manfaatnya. Dalam segi amal ia terhitung lebih banyak usaha, bisa lebih membantu bertadabbur dan bisa menyadarkan serta menerobos hati yang tengah lalai dengan dzikirnya.

Beberapa ulama berpendata bahwa mengeraskan dzikir atau melirihkan bacaan dzikir itu tergantung pribadi masing-masing, kondisi, waktu dan tujuan. Jadi ketika seseorang kahwatir akan terjadinya riya’ atau khawatir mengganggu orang lain maka bersuara lirih lebih utama. Tapi jika khawatir kehilangan esensi dzikirnya jika bersuara lirih, maka lebih utama bersuara keras.

Jadi dzikir dengan suara keras bukanlah suatu bid’ah. Bahkan hal tersebut kadang bisa membantu hati-hati kita yang lalai. Wallahu a’lam.

Bagikan Artikel ini:

About M. Masroruh

Check Also

khamr

Khamr dan Takdir Allah yang Tidak Bisa Ditebak

Setiap manusia mempunyai masalah tersendiri. Ujian yang dihadapi masing-masing umat muslim berbeda-beda. Semua ujian tergantung …

menerima hadiah

Hukum Menerima Pemberian

Zuhud adalah sesuatu yang disukai Allah. Orang yang zuhud terhadap dunia akan dicintai Allah swt. …