Hagia Sophia indah
Hagia Sophia indah

Ini Komentar Tokoh Muslim Terkait Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid

Jakarta –  Para tokoh Muslim Indonesia telah menyampaikan sikap atas keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang kembali menjadikan Hagia Sophia dari museum kembali menjadi masjid.  Erdogan mengubah status bangunan yang awal mulanya gereja itu setelah pengadilan Turki membatalkan keputusan pemerintah 1934 yang menetapkan bangunan kuno itu sebagai museum.

Pengadilan dalam putusannya mengatakan permata arsitektur tersebut telah dimiliki oleh yayasan yang didirikan oleh Mehmed II (Sultan Muhammad al-Fatih), dan disajikan kepada masyarakat sebagai masjid. Menurut pengadilan, status itu tidak dapat diubah secara hukum sehingga keputusan pemerintah era Mustafa Kemal Ataturk tahun 1934 dicabut.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan umat muslim seharusnya memberikan apresiasi kepada pemerintah Turki khususnya kepada Presiden Erdogan. Hal itu lantaran Erdogan telah mengubah kembali Hagia Sophia menjadi masjid.

“Langkah Erdogan itu adalah tindakan yang berani dan harus diapresiasi,” ujar Wakil Ketua Umum MUI Bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi.

Ia menambahkan, tentu masyarakat harus memahami tentang sejarah umat muslim di dunia. Ia juga ingatkan jangan sampai masyarakat terpengaruh oleh gerakan-gerakan yang bisa memprovokasi.

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Robikin Emhas,. “Keputusan hukum melalui litigasi yang terbuka dan tidak memihak harus dihormati,” kata Robikin.

Menanggapi reaksi beragam dari komunitas internasional, Emhas mengatakan setiap keputusan lembaga peradilan di negara mana pun tidak akan memuaskan semua pihak. “Tetapi putusan ini harus dihormati,” kataya.

Muhammadiyah, organisasi Muslim tertua di Indonesia, menyambut keputusan Turki tentang konversi Hagia Sophia. Wahid Ridwan, Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, mengatakan pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid adalah hak penuh pemerintah dan rakyat Turki.

“Perubahan status dilakukan dalam proses hukum dan birokrasi sebagai negara yang demokratis, sehingga tidak perlu diperebutkan secara internasional karena telah melalui proses yang sangat akuntabel,” katanya.

Ridwan mengatakan langkah ini menggambarkan toleransi dan perkembangan peradaban dunia dalam harmoni agama. “Tekanan tidak akan mengubah sikap pemerintah dan rakyat Turki. Barat harus memahami bahwa pandangan mereka tentang Islam sangat sempit,” katanya.

Dia menambahkan bahwa kritik atas keputusan itu tidak perlu karena Turki akan membuka kompleks bangunan kuno itu untuk pengunjung dari semua agama.

Sementara itu, di Pakistan, Ketua Partai Jamaat-e-Islami; Siraj ul Haq, mengatakan berita pembukaan Hagia Sophia untuk salat umat Islam setelah 86 tahun telah menghangatkan hati umat Islam di seluruh dunia dan khususnya di Pakistan.

Dia menulis surat apresiasi yang ditujukan kepada Presiden Erdogan. “Terima salam hormat kami atas keputusan besar yang telah membalikkan ketidakadilan yang dilakukan beberapa dekade lalu,” kata Haq dalam suratnya.

“Hagia Sophia adalah amanat Sultan Mehmet al-Fatih dan yang lebih baik Presiden Erdogan dapat menangani tanggung jawab sebesar itu,” imbuh Haq, sepert dikutip Eur Asian Times, Rabu (15/7/2020).

Sekadar diketahui Hagia Sophia di Istanbul atau dikenal sebagai Konstantinopel selesai dibangun sebagai Katedral Kristen Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium pada tahun 537. Pada 1204, Hagia Sophia dikonversi oleh Tentara Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah Kekaisaran Latin, sebelum dikembalikan lagi menjadi Katedral Ortodoks setelah pembangunan kembali Kekaisaran Bizantium pada 1261.

Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad al-Fatih) atau dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.

Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh, lahir republik Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Dia menjadikan Turki sebagai negara sekuler dan pada tahun 1953, Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum.

Jumat pekan lalu menjadi sejarah lagi ketika Erdogan mengubah bangunan kuno itu kembali menjadi masjid setelah pengadilan administrasi utama Turki mencabut atau membatalkan keputusan pemerintah Ataturk.

Keputusan Erdogan telah memicu kecaman komunitas Kristen dan Barat. Namun, Erdogan berdalih Hagia Sophia adalah urusan dalam negeri Turki dan setiap kritik yang datang akan dianggap sebagai serangan terhadap kedaulatan Turki.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …