Jakarta – Indonesia dengan penduduk Muslim sekitar 88,2 persen sudah semestinya memberikan kontribusi terhadap umat Islam di dunia dan membuktikan bahwa Islam Indonesia adalah islam yang diterima dunia global.
“Nyaris tidak ada konflik antarumat maupun dengan penganut agama lain di Indonesia, kecuali memang dipengaruhi unsur politik. Saatnya kita tampil di dunia internasional menunjukkan bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang diterima global,” kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhyiddin Junaidi saat membuka Rapat Virtual Koordinasi Nasional Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, Selasa (30/6/2020).
Ia menuturkan, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara-negara Islam mayoritas lainnya seperti di Timur Tengah.
“Karena kita tidak menampilkan Islam yang radikalis maupun liberalis, namun Islam yang wasathy, Islam yang sangat kompatibel dengan nilai demokrasi yang sebagian dijadikan rujukan negara maju di dunia,” ungkap Muhyiddin dikutip dari laman Okezone.
Menurut dia, keterlibatan Muslim Indonesia di tingkat global ini penting karena tidak ada satu pun negara di dunia yang tak ada umat Islam-nya. Semua negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ada umat Islam-nya. Di 17 negara kecil di Pasifik Selatan, seperti Vanuatu dan lain sebagainya, selalu ada pemeluk Islam-nya.
Ia melanjutkan bahwa konflik bersenjata yang terjadi sejak 2011 di Timur Tengah justru memberikan keberkahan tersendiri. Masyarakat Timur Tengah yang kemudian menjadi imigran di negara minoritas Muslim di Eropa, mempraktikkan Islam di sana dengan baik.
“Alhamdulillah di negara Eropa itu para imigran Muslim walaupun sedikit yang pindah agama, namun secara umum meraka masih tetap mempertahankan agama mereka dan membangun peradaban Islam di negara tujuannya masing-masing,” ungkapnya.
Dia mengatakan, saat ini banyak negara sedang melirik Indonesia sebagai role model Islam moderat. Menurutnya, negara-negara Timur Tengah sekalipun banyak ulama hebat, implementasi Islam damai di dunia nyata mereka belum terwujud nyata sekarang.
“Kita semua tahu di sana ada yang namanya ulama kuffah, ada ulama basrah, tapi saat ini hanya tinggal nama karena mereka sudah terkooptasi oleh kepentingan politik jangka pendek. Kita punya, harus punya amunisi yang lebih kuat,” tutupnya.