fitnah
fitnah

Jangan Alergi Kritik, Tapi Waspadalah terhadap Ashabul Fitnah

Kritik dan nasehat merupakan bagian dari amal kebajikan. Memberikan kritik dan nasehat kepada pemimpin juga menjadi ladang jihad untuk kemajuan bangsa dan negara. Manusia berpotensi salah dan lupa. Demikian pula pemerintahan yang dihuni kelompok manusia berpotensi besar lalai dan terlena dengan kekuasaan. Di situlah peran nasehat dan kritik dibutuhkan dalam mengingatkan kembali manusia yang salah dan lupa dan pemerintahan yang lalai pada amanat konstitusi.

Tentu kritik dan nasehat harus mempunyai tujuan kemashlahatan dan disampaikan sesuai dengan etika dan kesantunan. Islam pun telah menggariskan bagaimana memberikan kritik yang baik dan beradab. Kritik bukan ocehan tidak beradab yang hanya memancing keributan dan kegaduhan dalam rangka mencari popularitas. Apalagi kritik tanpa fakta dan data yang didasarkan pada upaya penghasutan dan provokasi untuk memecah belah masyarakat.

Di sinilah kemudian menjadi beda antara kritik dan fitnah atau antara pemberi nasehat dan penyebar fitnah atau ashabul fitnah. Kisah ashabul fitnah ini penting menjadi perhatian di samping maraknya perhatian kita terhadap buzzer. Buzzer dirasa meresahkan oleh beberapa pihak karena dianggap halangan untuk mengkritik. Namun, sesungguhnya yang paling menakutkan adalah ashabul fitnah.

Saya ingin mengutip kembali salah satu curhatan sekaligus nasehat dari Prof. Dr. Taufiq Al-Buthi, guru besar di Universitas Damaskus, Suriah. Saat beliau berkesempatan untuk ceramah di berbagai masjid dan kampus di Indonesia satu hal yang beliay sangat tekankan yakni, bahaya ashabul fitnah. Pesan ini beliau sampaikan sebagai peringatan agar Indonesia tidak terjadi seperti di Timur Tengah, khususnya, Suriah yang dilanda perang saudara karena ulah ashabul fitnah.

Beliau adalah putra dari almarhum Syaikh Ramadhan Al-Buthi, ulama Suriah yang meninggal karena dibunuh pada Malam Jum’at (21/3/2013) saat sedang mengajar/ceramah di masjid Al-Iman Damaskus. Kisah tragis dari ayahnya seakan menjadi pelajaran bagi dirinya agar orang, masyarakat, dan negara lain tidak terperangkap dalam jeratan ashabul fitnah.

Ashabul fitnah bermain secara cantik di suatu negara dengan menyebarkan fitnah, hasutan, dan ujaran kebencian untuk memecah belah masyarakat dan membenturkan masyarakat dengan pemerintah. Kehancuran Irak dan Suriah yang dulunya negara aman berubah menjadi negara penuh konflik karena ulah ashabul fitnah. Ingat bahwa ashabul fitnah adalah perusak dan penghancur negara.

Kriminalisasi Penyebar Hoax dan Fitnah ?

Kebohongan adalah sumber bencana. Dan Kebohongan adalah alat ashabul fitnah untuk merusak ketentraman dan kedamaian suatu negara. Ketika Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat  Bagaimanakah semestinya secara umum sikap seorang mukmin? Rasulullah menjawab bahwa orang mukmin itu tidak akan berbohong”. Almawardi mengatakan bahwa dusta itu adalah akumulasi dari semua keburukan dan sumber segala kejelekan karena dampak dan hasilnya yang begitu jelek “.

Masyarakat sekarang yang ribut dengan keberadaan buzzer tentu tidak boleh lupa dengan para penyebar hoax dan fitnah. Bagaimana penyebar hoax dan fitnah begitu bebar merajai dunia maya. Lalu, ketika dilaporkan menjadi narasi kriminalisasi ? Narasi seperti itu justru akan membuat kita abai tentang keberadaan ashabul fitnah yang memang senang membuat kegaduhan dan kekacauan.

Dari cerita Prof. Dr. Taufiq Al-Buthi bangsa ini patut mengambil pelajaran penting bagaimana konflik bersaudara dan perang domestik dimulai dengan manuver

ashabul fitnah. Mungkin bisa saja dengan alasan kritik dan kebebasan, tetapi sesungguhnya mereka sedang memasang agenda untuk membuat keributan, anarkisme dan kekerasan brutal di tengah masyarakat. Dan ingatlah, sesunggunya suasana chaos dan tidak stabil adalah ladang subur bagi kelompok ekstrem perusak negara.

Membenturkan masyarakat dengan masyarakat, tokoh agama dicaci maki, pemerintah digunduli kredebilitasnya bukan dalam kerangka kritik konstruktif adalah cara kerja dari ashabul fitnah. Umat Islam dan seluruh warga negara harus segera menyadari bahaya fitnah yang bisa menggerogoti persaudaraan bangsa ini.

Sungguh bahaya ashabul fitnah telah nyata digambarkan bahwa ‘ Sesungguhnya fitnah itu lebih berbahaya daripada pembunuhan” (Qs. Albaqarah Ayat 191) . Fitnah bisa membunuh sesama saudara dan fitnah bisa meluluhlantahkan jalinan persaudaraan dan kekerabatan antar warga negara.

Tentu negara butuh kritik dan tidak boleh alergi dengan nasehat dan masukan. Namun, mereka yang doyan fitnah dan hasutan tidak akan berpijak pada kritik dan nasehat konstruktif tetapi bahasa provokatif untuk menimbulkan anarkis. Masyarakat harus membedakan sosok negarawan yang memberikan kritik untuk menaikkan kemajuan bangsa. Ada pula sosok yang mengkritik untuk menaikkan popularitasnya. Dan ada pula sosok yang mengkritik tanpa data dan fakta untuk menaikkan emosi massa.

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …