cinta
cinta

Jika Tuhan Hanya Mengizinkan Cinta, Tetapi Belum Menunjukkan Jalan untuk Saling Memiliki

Jika Tuhan tidak menghendaki cinta kenapa Tuhan menciptakan Hawa untuk menemani Adam. Cinta adalah fitrah manusia sebagai tanda kebesaran Sang Pencipta. Dilukiskan dengan indah dalam ayat suci : Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.

Cinta adalah ekspresi kecenderungan insan manusia untuk menyukai yang lain. Rasa itu lahir sebagai bagian dari intervensi Tuhan dalam diri manusia. Cinta tidak bisa dipaksa, ia akan lahir dengan sendiri melalui kecenderungan rasa ketika mengenal, melihat dan merasakan getaran batin tentang keindahan.

Cinta anugerah yang sekali datang dan pergi. Jangan biarkan cinta menjadi sia-sia ketika ia mendekati hati karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan menghilangkan dan mengembalikan rasa itu. Ada ketentraman, kebahagiaan dan kesenangan ketika terbalut dalam perasaan cinta. Cinta adalah kekuatan dari dalam yang memancarkan wujud dalam sikap dan tindakan.

Mencintai bagian menjalankan sunnatullah atas fitrah manusia yang diciptakan Sang Maha Cinta dalam keadaan saling mengekspresikan kasih dan sayang. Jika kita mencintai seseorang yakinlah itu adalah bagian kecenderungan hati yang diatur Sang Pencinta untuk mengekspresikan kasih dan sayang.

Jika engkau sudah mencurahkan cinta dan kasih sayang ketika tumpukan rasa itu memenuhi seluruh relung batinmu, percayalah di situ sudah ada nikmat tersendiri, meskipun pada akhirnya Tuhan terkadang hanya menjadikan cinta di antara kamu, tetapi belum menciptakan kamu saling berpasangan. Tuhan mengizinkan cinta, tetapi belum memberikan jalan untuk saling memiliki.

Cinta dan memiliki adalah dua misteri yang terkadang berbeda. Memang Tuhan menciptakan saling berpasangan untuk memadu cinta dan kasih. Tetapi Tuhan terkadang menurunkan kecenderungan rasa dan ketentraman dalam waktu yang tidak beriringan dengan saling memiliki.

Jangan pernah menyalahkan cinta. Rasa tidak pernah salah karena ia hanya dihadirkan dalam ruang dan waktu yang tidak bisa kita lawan. Jika cinta adalah dihadirkan tentu Sang Pencipta mengetahui jalan terbaik kapan harus diakhiri.

Agar cinta yang fitrah itu tidak menjadi bencana dalam diri, kita harus kembali pada firman Sang Pencipta : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Jika cinta datang tidak dipaksa, kenapa kita harus memaksa untuk memiliki.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbuka puasa ala Rasul

Bingung Puasa Sunnah Syawal atau Membayar Hutang Puasa?

Setiap tahun, umat Islam dihadapkan pada pilihan yang penting: apakah lebih baik melaksanakan puasa sunnah …

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …