Ali Imron
Ali Imron

Kata Napiter Tentang Aksi Perempuan Pelaku Aksi Terorisme, Adab Jihad Apa Itu?

Jakarta – Saat bangsa Indonesia masih bergulat mengatasi pandemi Covid-19, dua aksi terorisme menghenyakkan kedamaian Bumi Pertiwi. Bom bunuh diri meledak di depan Gereja Katedral Makassar dan seorang perempuan melakukan penyerangan di Mabes Polri. Dua teror itu menggunakan kaum perempuan sebagai martir.

Ali Imron, pelaku bom Bali 1 yang kini masih mendekam di Rutan Polda Metro Jaya, Jumat (5/4/2021), menegaskan bahwa teror dengan melibatkan perempuan dan anak menyalahi adab dan fiqih jihad. Sebab mereka melakukannya sekedar mengikuti hawa nafsu agar menimbulkan korban lebih banyak. Padahal esensi jihad tidak seperti itu.

“Mereka menggunakan perempuan dan anak-anak yang secara fiqih harus dilindungi. Ini pakai adab jihad apa?,” kata Ali Imron dikutip dari laman detikcom.

Ali Imron adalah mantan jihadis Afghanistan, Filipina, Ambon dan Poso adalah orang yang pertama kali melakukan teror bom di Indonesia. Iamengaku sangat menyesal dengan tindakannya dulu. Dia meratapi aksinya di Bali pada 12 Oktober 2002 karena dianggap telah menginspirasi berbagai teror kemudian.

“Saya merasa bersalah setiap kejadian bom di Indonesia. Karena saya salah satu yang mengobarkan semangat melakukan aksi jihad yang kami niatkan pada waktu itu,” sesal Ali Imron yang telah 18 tahun meringkuk di penjara karena aksinya itu.

Sebelum meledakan bom di Bali yang menewaskan lebih dari 200 jiwa dia mengakui pernah melakukan pemboman di gereja-gereja. Tapi bom yang dirakit sengaja berkekuatan kecil dan diletakkan di ruang kosong. Sebab peledakan bom lebih dimaksudkan sebagai peringatan terhadap kaum non muslim terkait konflik Ambon dan Poso.

“Jadi, ketika saya lihat jamaahnya ternyata banyak perempuan dan anak-anak, ya bom diletakan di ruangan kosong biar gak banyak korban,” kata Ali Imron.

Ali Imron juga meminta pihak-pihak yang menyalahkan program deradikalisasi untuk menahan diri. Sebab dalam prakeknya hal itu bukan cuma menjadi tanggung jawab BNPT, Densus 88, dan dirinya sebagai mantan teroris. Deradikalisasi, kata dia, harus melibatkan semua pihak termasuk politisi dan insan pers.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir copy

Haedar Nashir: Kebebasan Berekspresi Harus Dibarengi Etika dan Tanggung Jawab

Jakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, menanggapi polemik tayangan di …

025704700 1601025938 830 556

Laksanakan Instruksi Presiden, Pemkab Bogor Mulai Lakukan Pendataan Izin Bangunan Pondok Pesantren

KABUPATEN BOGOR — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (DPKPP) mulai melakukan …