geert wilders

Kemenangan Politisi Anti Islam, Geert Wilders, dan Masa Depan Muslim di Belanda

Umat Islam di Belanda tentu sangat tidak percaya dan terkejut dengan kemenangan partai sayap kanan, Partai Kebebasan (Partij voor de Vrijheid/ PVV) yang didirikan oleh seorang politisi yang dikenal anti islam dan imigran, Geert Wilders. Kemenangan ini memang lepas dari prediksi para pengamat politik. Wilders dengan partainya memenangkan 37 dari 150 kursi di parlemen Belanda.

Dengan kemenangan partainya, Geert Wilders menjadi calon terkuat Perdana Menteri di Belanda. Ia akan memiliki peluang besar dengan memimpin pembicaraan politik koalisi di Belanda. Akankah kebijakan ke depan di Belanda mengancam umat muslim dan imigran pada umumnya?

Siapa Geert Wilders?

Geert Wilders adalah politisi asal Belanda yang terkenal karena pandangan-pandangannya yang kontroversial, terutama terkait dengan Islam dan imigrasi. Tentu masyarakat global mulai kenal politisi ini pada tahun 2004 dengan kehebohannya merilis film “Fitna” yang menggambarkan Islam sebagai agama penuh kekerasan.

Wilders lahir pada tanggal 6 September 1963, di Venlo, Belanda. Ia tumbuh di keluarga Katolik, dan ayahnya adalah seorang manajer eksekutif di perusahaan listrik. Wilders belajar sejarah di Universitas Nijmegen, di mana ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1989.

Wilders memulai karirnya di dunia politik di awal tahun 1990-an sebagai anggota Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie/VVD). Pada tahun 2004, ia meninggalkan VVD setelah kontroversi terkait dengan pendapatnya tentang proses negosiasi untuk keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Setelah keluar dari VVD, Wilders mendirikan Partai Kebebasan (Partij voor de Vrijheid/PVV) pada tahun 2006.

Usulan dan Pernyataan Geert Wilders yang Memusuhi Islam

Tahun 2004 Rilis Film Fitna, Wilders merilis film pendek yang menghebohkan berjudul “Fitna”. Film ini secara sadis menggambarkan Islam sebagai agama yang memiliki ajaran kekerasan dan kekejaman. Tentu saja film ini memicu kemarahan umat Islam tidak hanya di Belanda, tetapi seluruh dunia.

Tahun 2008 Usul Larangan Bangunan Islam: Wilders mengusulkan RUU larangan pembangunan masjid dan sekolah Islam di Belanda. Pandangannya ini dianggap sebagai upaya untuk membatasi hak dan kebebasan Muslim di negara tersebut.

Tahun 2010 Larangan dan Sebutan Alquran Buku Fasisme : Wilders telah mengusulkan agar Alquran dilarang di Belanda, menyebutnya sebagai “buku fasisme” dan membandingkannya dengan Mein Kampf. Usulan ini menuai kontroversi besar karena dianggap sebagai serangan terhadap kebebasan beragama dan ekspresi dan menebar kebecian. Ia akhirnya dijatuhi hukuman 20 hari

Tahun 2014 Pelarangan Hijab: Wilders mendukung pelarangan penggunaan jilbab atau hijab di tempat-tempat umum. Kebijakan ini dianggap sebagai campur tangan dalam kebebasan berbusana dan praktik keagamaan.

Tahun 2017 Pengawasan dan Penutupan Perbatasan: Wilders menganjurkan pengawasan ketat terhadap perbatasan Belanda dan menyarankan untuk menutup perbatasan demi mengendalikan imigrasi, khususnya imigrasi dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Program ini disampaikan bagian dari agenda politiknya untuk pemilihan umum Belanda kebijakan yang mendorong pengawasan dan penutupan perbatasan.

Tahun 2019 Rencana Gelar Lomba Kartun Nabi : Wilders mengumumkan rencananya untuk mengadakan kontes kartun Nabi Muhammad di Dewan Wakil Rakyat Belanda. Rencana tersebut menimbulkan kontroversi dan kekhawatiran akan memicu kemarahan di kalangan umat Islam.

Wilders menyelenggarakan acara tersebut sebagai tanggapan terhadap serangan teror yang terjadi di Paris pada Januari 2015 terhadap kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo. Majalah tersebut dikenal karena menerbitkan kartun-kartun kontroversial, termasuk yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Membaca Politik Geert Wilder terhadap Islam

Seluruh pendekatan politik Wilders terhadap Islam dapat dianggap sebagai islamofobia. Dia seringkali mengaitkan Islam dengan ancaman terorisme dan kebijakan imigrasi yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap identitas Belanda.

Geert Wilders telah diadili beberapa kali di pengadilan Belanda atas dakwaan hasutan dan diskriminasi terhadap umat Islam. Meskipun beberapa pendukungnya melihatnya sebagai pembela kebebasan berbicara, banyak yang mengkritiknya karena pandangannya yang dianggap memecah belah masyarakat dan merusak nilai-nilai toleransi.

Dalam menanggapi kemenangannya, ada sedikit dentuman yang mengagetkan dari pernyataannya : “Kita harus menemukan cara untuk memenuhi harapan para pemilih kita, untuk mengembalikan Belanda sebagai nomor satu, “Belanda akan dikembalikan ke Belanda, tsunami suaka dan migrasi akan dibatasi.” Begitu tegas Wilders.

Penting untuk diingat bahwa pandangan Wilders tidak mewakili pandangan mayoritas masyarakat Belanda, dan ada oposisi yang kuat terhadap kebijakannya. Beberapa pihak melihatnya sebagai tokoh yang mencoba memanfaatkan isu-isu sensitif untuk mendapatkan dukungan politik.

Apakah kemenangan Wilders berarti kemenangannya pandangan terhadap Islam? Ini tentu tidak bisa dipandangan secara general. Kekecewaan terhadap masyarakat Belanda terhadap partai penguasa sebelumnya tentu menjadi faktor utama. Namun, rekam jejak Wilders tentu akan memberikan dampak ketakutan dan kekhawatiran muslim di Belanda.

Tentu ini tidak hanya menjadi tantangan masa depan bagi umat Islam, tetapi bagi negeri Belanda.Jika kebijakan anti Islam, imigran dan kebijakan anti kemanusiaan diloloskan di parlemen Belanda nantinya tentu ini akan menjadi jalan mundur kerajaan Belanda yang gencar melakukan rekonsiliasi dan permintaan maaf atas penjajahan di masa lalu.

Pada tahun 2020 misalnya Raja Willem-Alexander menyampaikan permintaan maaf ke pemerintah Indonesia atas kebijakan kolonialisme di masa lalu. Tidak hanya ke Indonesia, ada beberapa negara lainnya semisal Suriname, Antillen Belanda, dan Afrika Selatan. Akankah Belanda kembali diskriminatif di tengah keterbukaan saat ini?

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Deputi 1 BNPT dan Pj Walikota Salatiga pada peresmian Warung NKRI Digital di Salatiga Jateng

Kolaborasikan Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Era Digitalisasi, BNPT Bangun Warung NKRI Digital

Salatiga – Era digitalisasi menuntut berbagai lini kehidupan harus terintegrasikan dengan dunia digital. Pun dalam …

Eks Napiter di Batanghari lepas baiat dan ikrar setia NKRI

Lepas Baiat dan Ikrar Setia NKRI, Eks Napiter: Semoga Kami Istiqamah Jalankan Ajaran Islam yang Benar

Batanghari – Program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus …