ustad medsos
ustad medsos

Kenapa Tidak Cukup Belajar Agama di Medsos?

Fenomena tingginya kaum milenial mempelajari dan menekuni ilmu agama di dunia medsos merupakan gejala tidak baik, miris dan ironis. Urban “tafaqquh fiddin” dari pola saling berhadapan murid dan guru ke pola instan belajar di medsos meningkat tajam.

Hal ini menyisakan pertanyaan, bagaimana sesungguhnya sistem belajar terbaik dalam pandangan Islam?

Pada pengantar Shahih Muslim, Abdullah bin Mubarak menyebut sanad keilmuan bagian dari agama. Sebab tanpa sanad seseorang akan mudah berbicara sesuai keinginannya.

Abdullah bin Mubarak, juga ulama-ulama tempo dulu telah memperingatkan pentingnya sanad. Mereka telah membunyikan alarm bahaya belajar ilmu agama tanpa guru. Ungkapan “Sanad sebagai bagian dari agama” adalah pernyataan yang sama dengan “Belajar agama wajib memiliki guru”.

Guru yang dimaksud adalah mereka yang profesional, menguasai secara sempurna ilmu agama dan memiliki ketersambungan sanad. Bila belajar dari yang bukan ahlinya, maka potensi kesalahan berada di ambang pintu.

Di medsos, beberapa kasus menunjukkan lemahnya penguasaan ilmu agama yang dimiliki oleh para penyaji. Mereka yang menamakan diri ustad, kiai, atau da’i sangat tidak layak untuk menyematkan label-label pembesar agama tersebut. Banyak yang hanya bermodal popularitas dari pada kualitas.

Untuk itu perlu selektif memilih pengajar. Syaikh Ibrahim bin Musa al Syatibi dalam muwafaqatnya memberi tips bagaimana memilih guru yang baik. Tulisnya, salah satu media yang bisa mengantarkan seorang penuntut ilmu ke puncak penguasaan yang baik adalah belajar pada orang yang ahli, yang menguasai ilmu secara sempurna dan komprehensif.

Lanjut Imam Syatibi, ada dua indikasi untuk mengetahui seseorang apakah benar-benar memiliki keahlian atau tidak? Pertama, telah mengamalkan apa yang telah diketahuinya. Ucapannya selaras dengan perbuatannya. Kedua, guru tersebut adalah orang yang memang digembleng oleh para pakar dalam bidang keilmuan tersebut.

Dari sini bisa dipahami, bahwa mempelajari ilmu agama membutuhkan waktu yang panjang. Tidak bisa instan. Tidak cukup hanya belajar di medsos. Terutama bagi para penyaji seperti Ustad, Kiai dan da’i harus menempa diri lebih dulu pada pakar ilmu agama. Dan, ini membutuhkan waktu yang lama.

Imam al Zuhri dalam kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu’aim al Asbahani menegaskan, seseorang yang mempelajari ilmu agama secara tergesa-gesa pasti hanya akan mengalami kelelahan, tak mampu memahami sedikitpun. Bila ingin menguasai ilmu agama secara baik dan sempurna, pelajari siang dan malam dengan lembut dan tekun.

Kesimpulannya, belajar agama di medsos bukanlah sesuatu yang tidak baik. Hanya saja tidak cukup. Yang baik adalah dengan cara berguru langsung pada ahlinya. Kecuali bagi mereka yang memang tidak memiliki kesempatan untuk itu. Itupun harus pandai memilih guru sesuai dengan uraian yang dijelaskan Imam Syatibi.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …