komunikasi dalam islam
komunikasi dalam Islam

Kesalehen Bertutur Kata bukan Karena Bahasanya, Inilah Pedoman Berkomunikasi dalam Islam

Interaksi dalam bertutur kata menjadi salah satu indikator kesopanan dan akhlak. Bahkan kata Nabi lisan dan perkataan menjadi dasar utama keselamatan dan bahaya seseorang. Itulah pentingnya etika berkomunikasi dan bertutur kata yang harus mendapatkan perhatian serius.

Sesungguhnya kebagusan dan akhlak bertutur kata bukan karena persoalan seseorang harus menggunakan bahasa tertentu. Semisal orang yang menggunakan bahasa Arab dengan sebutan akhi, antum dan sebagainya bisa dikatakan lebih sopan dari pada yang menyebut kamu dan saudara. Parameternya bukan di persoalan bahasanya, tetapi subtansi dan cara berkomunikasi.

Bahasa Arab dengan bahasa nasional atau lokal bukan indikator kealiman dan kesalehan seseorang dalam berkomunikasi. Sesungguhnya praktek berkomunikasi yang baik diajarkan oleh Islam adalah perkataan yang baik dari apapun bahasanya. 

Dalam Qur’an misalnya memberikan panduan komunikasi yang baik terhadap orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa yang mulia (qaulan kariman). Dalam Qur’an disebutkan ‘… ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia’ (QS al-Isra’/17:23).

Sementara,  terhadap anak-anak dan yang lebih muda Islam juga memberikan panduan menggunakan bahasa yang baik dan populer (qaulan ma’rufan). Dalam Qur’an disebutkan, ‘… ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik’ (QS al-Nisa’/4:5).

Konteks audiens sangat diperharikan dalam komunikasi dan tata cara bertutur kata dalam Islam. Jika yang lebih tua maka harus menggunakan perkataan yang mulia dan sopan. Sementara ketika berhadapan dengan yang lebih muda menggunakan kata-kata baik penuh nasehat.

Tidak hanya dengan saudara, keluarga dan tetangga, Islam mengajarkan bagaimana komunikasi dengan orang yang berbeda dan memusuhi kita. Islam tetap mengedepankan prinsip perkataan yang baik.

Terhadap kaum munafik, Islam menganjurkan untuk menggunakan bahasa yang komunikatif (qaulan baligan), ‘… katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka’ (QS al-Nisa’/463). Bahkan, kepada mereka yang kasar dan jahat, Islam memberikan panduan dengan penggunaan bahasa lemah lembut (qaulan layyinan), ‘… maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut’ (QS Thaha/20:44).

Garis besar komunikasi dan interaksi dalam Islam adalah perkataan yang baik, santun dan lemah lembut. Pilihan bahasa bukan menjadi pokok, tetapi gaya dan subtansi komunikasi yang sangat menentukan. Bukan persoalan menggunakan istilah umi dan abi, tetapi yang utama adalah perkataan bahasa yang mulia dan beradab kepada orang tua. Bukan persoalan memanggil akhi dan antum, tetapi menyampaikan perkataan yang baik dan santun.

Bagikan Artikel ini:

About Sefti Lutfiana

Mahasiswa universitas negeri jember Fak. Hukum

Check Also

kesehatan puasa

Menjaga Harmoni antara Kesehatan Jasmani dan Rohani : Belajar dari Praktek Berpuasa

 Perbincangan mengenai kesehatan jasmani dan rohani seringkali menimbulkan beragam pandangan. Namun, seharusnya kita tidak melihatnya …

mencari jodoh

Jodoh dalam Islam: Takdir yang Ditunggu atau Ikhtiar yang Harus Terus Dikejar

Seringkali ketika berbicara jodoh selalu diiringi dengan kata takdir. Orang sering bilang jodoh sudah ada …