quran dan puasa
quran dan puasa

Nuzulul Qur’an: Jadikan al-Qur’an sebagai Pedoman, Bukan Pajangan

Al-Qur’an kitab suci Umat Islam sebagai petunjuk, penerang bagi hati yang gersang, juga sebagai Rahmat bagi yang membaca dan mengkajinya. Keistimewaan al-Qur’an sungguh luar biasa. Membacanya satu huruf saja akan mendapatkan sepuluh kebaikan, apalagi mengkaji dan mengamalkan.

Muhammad Ibrahim al-Hafnawi dalam kitab Dirasat fi Ushuliyyat fi al-Qur’an menyatakan banyak keistimewaan yang harus digali, dan dipelajari dari al-Qur’an sehingga tercapai pemahaman dan pengamalan yang benar. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar dan istimewa. Namun, umat Islam tidak akan merasakan keistimewaannya jika tidak mengamalkannya.

Bulan Ramadhan, bulan yang sangat bersejarah bagi Umat islam karena di dalamnya ada momen penting yaitu turunnya Al-Qur’an. Pada bulan suci ini, Allah menurunkan mukjizat terbesar para Nabi. Mukjizat istimewa yang menuntun perubahan dari zaman kegelapan menuju zaman peradaban, tak hanya dari segi moral atau akhlak saja, namun dari semua sendi kehidupan.

Umat Islam akan maju bila ia selalu menggali, mendalami, dan mengembangkan isi Al-Qur’an, terutama untuk menggerakkan dalam bidang pendidikan. Al-Qur’an mengajarkan untuk selalu melek akan dunia literasi, membaca sebagai modal agar unggul dalam kehidupan.

Sayangnya, jangankan mengamalkan sebagai pedoman, Umat Islam saat ini masih banyak yang buta huruf tentang baca tulis Al-Qur’an. Kitab Suci yang seharusnya menjadi pedoman, hanya sekedar pajangan di rak buku saja sebagai hiasan semata. Sungguh sangat disayangkan. 

Kalaupun al-Qur’an sudah mulai dibaca, namun al-Qur’an masih juga sebatas bahan ngaji bukan bahkan kajian. Kalaupun juga sudah pada taraf kajian, al-Qur’an masih sebatas sebagai pengetahuan bukan pengamalan.

Menghidupkan al-Quran sebagai Akhlak

Karena itulah, melalui momentum Nuzulul Qur’an seharusnya menjadi ajang mengukur diri. Sudah seberapa besar kita mengagungkannya dengan membaca berapa Ayat, dan Surat setiap harinya. Sudah seberapa dalam pemahaman kita terhadap ke dalaman isi al-Qur’an. Dan sudah seberapa jauh al-Qur’an menjadi pedoman yang hidup dalam dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal ini seperti sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:

ﻋﻦ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻫﺸﺎﻡ ﻗﺎﻝ: ﺳﺄﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻓﻘﻠﺖ ﺃﺧﺒﺮﻧﻲ ﻳﺎ ﺃﻡ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋﻦ ﺧﻠﻖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ: ﺃﺗﻘﺮﺃ اﻟﻘﺮﺁﻥ؟ ﻓﻘﻠﺖ: ﻧﻌﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ: ﻛﺎﻥ ﺧﻠﻘﻪ اﻟﻘﺮﺁﻥ

Artinya: Diriwayatkan dari Sa’ad bin Hisyam, ia berkata: saya bertanya kepada Siti Aisyah tentang Akhlak Nabi, beliau menjawab: Apakah engkau membaca Al-Qur’an? Sa’ad menjawab:iya, kemudian beliau menjawab: sesungguhnya Akhlak Nabi ialah Al-Qur’an.(HR. Muslim)

Imam Munawi menjelaskan dalam Kitab Faidhul Qodirnya bahwa akhlak Nabi sesuai dengan isi Al-Qur’an, beliau menjalankan perintah serta menjauhi larangan yang tertuang di dalamnya, serta mengapresiasi segala yang menjadi misi Al-Qur’an. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa Momentum Nuzulul Qur’an sebagai bahan renungan untuk membangkitkan semangat Umat Islam dari segala keterpurukan dan ketertinggalan. Sekaigus momen untuk mengukur sudah sejauhmana kita dengan mengaji, mengkaji dan menghidupkan Al-Qur’an sebagai bagian dari akhlak sehari-hari.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Check Also

Lemah Lembut dalam Pergaulan

Anjuran Bersikap Lemah Lembut dalam Pergaulan

Islam menekankan pentingnya bersikap yang baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesama

ulama nusantara

Siapa yang Pantas Menyandang Gelar Ulama

Ulama merupakan jama’ dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui ilmu dan mampu mengamalkannya.