Imam Ar Razi dalam Tafsirnya yang berjudul Mafatih Al Ghaib menjelaskan salah satu sebab turunnya surat Al-Ikhlas adalah berkenan dengan orang Yahudi yang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang siapa yang menciptakan Tuhan?
Imam Ikrimah meriwayatkan penjelasan dari Ibnu Abbas tentang turunnya surat Al Ikhlas sebagai berikut:
Suatu ketika orang-orang Yahudi bersama Ka’ab bin Al Asyraf mendatangi Nabi Muhammad. Lantas mereka bertanya: “Hai Muhammad, Allah telah menciptakan Semua makhluk, lantas siapa yang menciptakan Allah?”
Lantas Nabi hendak marah mendengar bertanya seperti. Kemudian Malaikat Jibril turun untuk menenangkan Nabi Muhammad. Malaikat berkata: “rendahkan dirimu wahai Muhammad,”
Setelah kejadian ini, turunlah surat Al Ikhlas. Lalu Nabi Muhammad membacakan surat tersebut.
Mendengar surat yang dibaca Nabi Muhammad, mereka bertanya lagi
“Tolong berilah penjelasan kepada kami tentang besarnya Tuhan kalian?
Mendengar pertanyaan tersebut, Nabi Muhammad semakin bertambah kemarahannya dibandingkan sebelumnya. Lantas Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad dengan membawa ayat yang berbunyi:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
Artinya: Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya. (QS. Al An’am 91).
Dari sini dapat dipahami bahwa surat Al Ikhlas mengajarkan akan keesaan Allah serta tak ada yang mampu menyamainya, Dia tidak diperanakkan ataupun memiliki keturunan, Dialah Allah dzat yang maha sempurna lagi maha kaya.
Pada dasarnya, misi para Nabi terdahulu yaitu menyebarkan ajaran tauhid dengan mengesakan Allah dengan tidak menyekutukannya dengan apapun. Bukti adanya Allah yaitu adanya makhkuk ciptaan di alam semesta ini sebagai bukti bahwa Ia maha Esa.
Logika manusia tak mampu membenarkan bila ada ciptaan tanpa ada yang membuatnya. Begitu juga sang pencipta pasti berbeda dengan ciptaannya.
Islam datang sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap moderat tak terlalu ekstrim dalam menyikapi apapun terutama dalam urusan ketuhanan. Islam menengahi antara golongan yang tak percaya akan adanya tuhan atau ateis dengan golongan yang percaya kepada Tuhan lebih dari satu atau musyrik. Konsep tauhid dalam Islam sangatlah mudah dipahami dan dipraktekkan serta tak bertentangan dengan logika manusia.
Ada penjelasan dalam Surat Al Baqarah 163 yaitu
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ (163
Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Menurut Imam Thabari dalam Tafsirnya menejelaskan bahwa ayat diatas menjelaskan bahwa Tuhan yang berhak disembah dan ditaati yaitu Dzat yang Maha Esa.
Dari sini manusia dilarang menyekutukan-Nya dengan apapun. Sedangkan menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa tak pantas dijadikan Tuhan kecuali Dzat yang telah menciptakan segala-galanya.