Hajar Aswad
Hajar Aswad

Kisah Hilangnya Hajar Aswad di Musim Haji

Pada tahun 317 H Abu Thahir Sulaiman, pemimpin gerakan Qaramithah, memberontak terhadap kepemimpinan Khilafah Dinasti Abbasiyah yang saat itu dipimpin Khalifah al Muqtadir, Khalifah ke-18 Abbasiyah setelah Khalifah al Muktafi. Al Muqtadir tercatat sebagai Khalifah termuda sepanjang sejarah kekhilafahan Islam. Ia dibai’at sebagai Khalifah pada umur 13 tahun.

Setelah naik tahta ia bergelar Khalifah al Muqtadir Billah. Dalam catatan Imam Suyuthi dalam Tarikh al Khulafa, al Muqtadir Billah adalah seorang yang cerdas dan memiliki pemikiran yang baik. Akan tetapi, ia senang memperturutkan hawa nafsu, hobi minum-minum keras, boros, serta mudah dirayu wanita. Permata istana habis, seluruhnya diberikan kepada wanita-wanita penghibur.

Faktor usia terlalu muda membentuk Al Muqtadir sebagai pemimpin yang kurang cakap, tidak punya visi perubahan dan sederet kelemahan yang lain. Akibatnya, negara gonjang-ganjing, politik tidak stabil, dan keamanan negara menjadi terancam.

Dalam catatan Imam al Dzahabi, di bawah kepemimpinan Khalifah Al Muqtadir negara mengalami kemunduran. Hal ini tidak lain karena faktor usia yang masih relatif muda.

Situasi ini dimanfaatkan oleh Abu Sulaiman, pemimpin gerakan Qaramithah untuk memberontak. Menurut catatan sejarah Islam, Qaramithah adalah gerakan kelompok Islam yang berakar pada ide-ide radikal. Didirikan oleh Hamdan Ibnu Al Asy’ats, seorang tokoh sekte Isma’iliyah wilayah Kufah. Ia bergelar Qaramath. Gerakan Qaramithah pernah melakukan pemberontakan pada masa Khilafah sebelumnya namun bisa dipadamkan.

Kali ini, melihat negara di bawah kepemimpinan Khalifah Al Muqtadir tidak stabil, mereka kembali mengangkat senjata untuk melakukan pemberontakan.

Pada musim haji tahun 317 H, kelompok radikal Qaramithah menyerbu Makkah. Tak pelak, banyak jamaah haji yang menjadi korban. Tiga puluh ribu jamaah haji dan masyarakat setempat menjadi korban. Harta benda dijarah dan mayat-mayat dilempar ke sumur Zam-zam. Tidak hanya sampai disitu, mereka juga mencuri Hajar Aswad dibawa ke kota Bahrain, pusat kekuasaan mereka.

Peristiwa tersebut merupakan tamparan hebat dan penghinaan terhadap Khalifah Al Muqtadir. Ia kemudian mencoba melakukan negosiasi dengan kelompok Qaramithah dengan menawarkan uang sebanyak 50 Dinar sebagai tebusan Hajar Aswad. Tetapi, mereka menolak. Alhasil, sejak saat itu, Hajar Aswad terpisah dari Ka’bah.

Sejak saat itu pula sampai 20 tahun berikutnya, jamaah haji dan umrah tidak bisa mencium Hajar Aswad saat Thawaf. Hajar Aswad baru dikembalikan pada masa Khalifah Abbasiyah ke-23, yaitu Al Mu’thi.

Inilah sepenggal kisah hilangnya batu mulia Hajar Aswad pada musim haji yang dicuri pemberontak Qaramithah, kelompok radikal yang memberontak terhadap Khalifah Al Muqtadir Billah.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

buah takwa

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, …