sahabat
sahabat

Kisah Sahabat Salah Fatwa yang Menyebabkan Kematian

Malu bertanya sesat di jalan. Masih mending kalau cuma dirinya yang sesat. Celaka dua kali bila ketidaktahuannya juga menyebabkan sesat atau celaka orang lain. Kisah di bawah ini patut jadi pelajaran bagi kita semua, bahwa ilmu agama tidak boleh sembarang difatwakan. Kesalahan fatwa justru berakibat matinya orang lain.

Dari sahabat Jabir, ia berkata, “Kami keluar dalam suatu perjalanan kemudian ada seseorang di antara kami yang terkena batu menyebabkan luka parah di kepalanya kemudian dia mimpi basah. Kemudian dia bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian mendapatiku dalam rukhshah (keringanan) untuk tayamum”? Mereka menjawab, “Kami tidak melihat padamu ada rukhshah dan kamu bisa menggunakan air”. Maka mandilah orang tersebut kemudian mati.

Ketika kami sampai kepada Rasulullah, kami menceritakan hal itu. Beliau bersabda, “Mereka telah membunuhnya, semoga Allah menerangi mereka. Mengapa tidak bertanya bila tidak tahu?. Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya. Cukuplah baginya untuk tayamum atau dia balut lukanya dengan sehelai kain lalu udaplah di atasnya dan siramilah seluruh badannya”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Kisah ini menjadi alarm tanda bahaya bahwa berdakwah butuh ilmu. Demikian juga fatwa hukum juga butuh pengetahuan agama yang memadai. Jika tidak, kisah tragis di atas akan terulang lagi. Apalagi di era digital seperti saat ini, dimana seseorang bisa sesuka hati mengeluarkan statemen hukum agama yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, perlu introspeksi terlebih dahulu. Harus menimbang kapasitas dan kapabilitas keilmuan. Apalagi ketika ditanya soal hukum, tidak boleh langsung menjawabnya bila tidak benar-benar paham.

Ibnu Jauzi dalam Shifat al Shafwah menceritakan seorang laki-laki yang bertanya kepada Imam Malik bin Anas. Ibnu Mahdi berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Malik tentang suatu masalah”. Imam Malik menjawab, “aku tidak mengerti masalah itu dengan baik”.

Kemudian laki-laki itu berkata, “(Tolonglah) aku telah melakukan perjalanan jauh agar bisa bertanya kepadamu tentang masalah ini”. Imam Malik berkata kepadanya, “Ketika kamu kembali ke tempat tinggalmu, kabarkan kepada masyarakat di sana bahwa aku berkata kepadamu, “Aku tidak mengerti masalah tersebut dengan baik”.

Imam pendiri madhab seperti Imam Malik masih menjawab tidak tahu. Apalagi orang-orang sekelas ustad atau kiai sekalipun. Al hasil, jangan malu bertanya dan jangan sok tahu. Akibatnya bisa sangat fatal. Ambil ibrah dan pelajaran terbaik dari kisah sahabat di atas yang menyebabkan Rasulullah marah.

Kadang di antara kita mudah melempar fatwa tanpa dasar ilmu yang jelas bahkan yang dangkal. Merasa memegang teguh ajaran, tetapi sangat memberatkan kepada umatnya yang mengalami kesulitan. Kemampuan memahami agama juga harus memahami kondisi agar nasehat agama lebih arif dan bijaksana.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …