nabi muhammad
mempelajari sejarah nabi

Kisah Sahabat-sahabat yang Beruntung Memandikan Jasad Rasulullah

Hari Senin tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal merupakan hari yang sangat bersejarah, yakni hari lahirnya Nabi Muhammad. Pada bulan ini umat Islam bergembira merayakan hari kelahiran manusia pilihan, nabi dan rasul terakhir, serta satu-satunya pemberi syafaat kelak di hari kiamat. Tak ayal, perayaan maulid menjadi induk hari-hari besar Islam.

Dan, pada hari, tanggal, dan bulan yang sama, Nabi Muhammad meninggal dunia. Ini semakin menambah istimewa bulan Rabi’ul Awal. Hari lahir sekaligus hari wafatnya manusia paling agung sejagad raya.

Tulisan ini dihadirkan untuk mengulas informasi sejarah saat prosesi dimandikannya jasad Nabi. Tentang siapa saja yang memandikan jasad beliau?

Abu Abdillah Muhammad bin al Farj al Maliki al Qurthubi yang masyhur dengan panggilan al Thila’ (w. 497 H) dalam karyanya Aqdhiyatu Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (hlm.35), mengutip Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub al Himyari al Muafiri al Bashri yang populer dengan sebutan Ibnu Hisyam dalam kitab sejarahnya Sirah al Nabawiyah. Ia menulis, orang-orang yang memandikan jasad Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, al ‘Abbas, al Fadl bin ‘Abbas, Qatsam bin al ‘Abbas, Usamah bin Zaid, dan Syaqran. Mereka adalah orang-orang yang beruntung memandikan jenazah Nabi sesuai dengan tugas masing-masing.

Ali bin Abi Thalib menyandarkan jenazah Nabi ke dadanya, sementara ‘Abbas, al Fadl dan Qatsam berperan untuk membalik tubuh Nabi. Adapun Usamah dan Syaqran bertugas menyiramkan air ke tubuh Nabi. Dan yang membersihkan dan menggosok tubuh Nabi adalah Sayyidina Ali. Beliau dimandikan dalam keadaan memakai gamis. Sayyidina Ali menggosok dan membersihkan tubuh Nabi dari luar gamis tanpa menyentuh kulitnya.

Tubuh Nabi begitu harum saat dimandikan. Sayyidina Ali berkata, “Demi Bapak dan Ibuku, wahai utusan Allah, batapa wanginya tubuhmu, tidak ada yang menandingi kewangian tubuhmu, saat engkau masih hidup maupun setelah meninggal”. Al Thila’ bercerita, Rasulullah dimandikan di sumur milik Sa’id bin Jatsamah di Desa Quba’. Sumur itu disebut Sumur al Qudus.

Kisah yang sama diceritakan oleh Imam Abu al Hasan, Ali bin Abi al Kiram, Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid al Syaibani al Jazury dalam kitabnya Al Kamil fi al Tarikh (juz. 2, hlm. 193).

Ibnu Katsir dalam kitabnya Sirah Ibnu Katsir (juz 4, hlm. 517),  menukil perkataan Imam Ahmad yang berkata, telah bercerita kepada kami Ya’kub, telah bercerita bapakku dari Ibnu Ishaq, telah bercerita kepadaku Husain bin Abdillah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Beberapa orang telah berkumpul untuk memandikan janazah Nabi, saat itu di rumah Nabi semuanya anggota keluarga beliau, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, al Fadl bin Abbas, Qatsam bin al Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah, dan Shalih.

Pada saat semuanya telah bersiap untuk memulai memandikan jenazah Nabi, tiba-tiba salah seorang sahabat Anshar Aus bin Khauli berteriak memanggil Sayyidina Ali, “Wahai Ali, demi Allah, aku juga mendapat bagian dari Rasulullah”. Ali bin Abi Thalib kemudian memberi ijin untuk masuk. Aus bin Khauli kemudian masuk dan menyaksikan prosesi dimandikannya janazah Nabi.

Dari penjelasan ini telah jelas siapa saja yang ikut memandikan janazah Nabi. Yaitu, Ali bin Abi Thalib, Abbas, Fadl, Qatsam, Usamah, Syaqran dan Aus bin Khauli.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …