Dr TGKH Muslihan Habib SS M Ag
Dr TGKH Muslihan Habib SS M Ag

Maulid Nabi: Teladani, Hayati, dan Muliakan Rasulullah Dalam Sikap dan Perilaku Hidup Untuk Bangun Persatuan

Jakarta – 12 Rabiul Awal 1443H yang jatuh pada Selasa (19/10/2021) diperingati umat Islam seluruh dunia sebagai Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk perayaan dengan berbagai tradisi, tetapi banyak hikmah dan makna Maulid Nabi bisa diambil untuk menciptakan perdamaian, persatuan, dan kecintaan terhadap sesama. Intinya Maulid Nabi Muhammad SAW harus dijadikan momentum untuk meneladani, menghayati, dan memuliakan Rasulullah dan diterapkan dalam siap dan perilaku dalam membangun persatuan bangsa Indonesia.

“Rasulullah adalah teladan dalam iman, Islam, ihsan, dan akhlak mulia. Ekspresi dari hal itu mestinya melahirkan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, yang berwujud dengan mencintai perdamaian, saling menghormati dan menghargai dan sebagainya,” kata Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan (PWNW) DKI Jakarta, Dr. TGKH. Muslihan Habib, SS, M.Ag. di Jakarta, Kamis (21/10/2021).

Ia mengungkapkan, makna peringatan maulid Nabi Muhammad sebagai pesan untuk membangun persatuan umat sesuai dengan konsep ukhuwah wathaniyah yang tertuang dalam piagam Madinah.

“Salah satu pelajaran yang diambil dari Maulid Nabi Muhammad SAW ialah pesan untuk membangun persatuan umat, dan solidaritas kita, ukhuwah kita, termasuk ukhuwah wathaniyah. Ukhuwah wathaniyah ini adalah ukhuwah untuk bagaimana membangun persaudaraan kebangsaan, keberhasilan baginda rasul membagun ukhuwah wathaniyah,” tutur Muslihan.

Ia menjelaskan kaitan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan Piagam Madinah tersebut sebagai tuntunan kepada umat untuk menghargai pluralisme.

“Piagam Madinah ini mengajarkan kepada umat Islam untuk menghargai pluralitas, perbedaan suku, golongan, dan agama. Andaikan dikaitkan dengan maulid Nabi, hal ini perlu disampaikan kepada umat bagaimana membangun ukhuwah wathaniyah, karena jika ukhuwah wathaniyah ini terbangun, maka otomatis ukhuwah islamiyahnya juga terbangun,” ungkapnya.

Muslihan juga menyinggung soal narasi yang berkembang oleh kelompok radikal yang menyebut larangan umat muslim untuk berteman dengan umat penganut agama lain. Ia menegaskan hal itu keliru dan perlu luruskan. Menurutnya dalam ajaran Islam, seorang umat tidaklah boleh membedakan apalagi melecehkan orang lain baik sesama muslim maupun non-muslim.

“Makanya ada istilah ukhuwah basyariah yaitu persaudaraan sesama insan, sesama manusia. Ajaran kita ini tidak bisa membedakan maupun melecehkan orang lain sekalipun itu muslim ataupun non-muslim. Maka dari itu ketika ada narasi seperti perlu diluruskan. Jangankan dengan manusia, dengan hewan saja kita juga harus menyayangi,” tegasnya.

Ia menjelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk terhormat baik itu muslim atau pun non-muslim, sehingga akan sangat baik jika umat bisa mencermati Piagam Madinah. Karena di piagam tersebut tersirat bagaimana Islam dibangun oleh Baginda Rasul adalah membangun ukhuwah yang menghargai pluralitas, darimana pun golongan manusia itu berasal. Hal ini diatur dalam sebuah piagam untuk hidup harmoni saling menghargai.

“Makanya dalam Maulid Nabi seperti ini, ajaran-ajaran nabi terkait ukhuwah wathaniyah ini harus diangkat oleh para mubalig. Karena ajaran nabi, seperti yang saya katakan tadi yakni kecintaan kita kepada nabi. Oleh karena itu segala pesan yang disampaikan nabi harus kita cintai dan kita ikuti,” ujarnya.
Dalam peringatan Maulid Nabi kali ini, Muslihan kembali mengingatkan bagaimana suka cita masyarakat dari tahun ke tahun merayakan kelahiran Nabi Muhammad dengan perayaan yang kental dengan kearifan local. Menurutnya, ini sebagai sesuatu yang perlu terus dilesatarikan.

“Misalkan di Lombok itu luar biasa tradisi-tradisi lokal yang dibiasakan dan ditampilkan dalam meluapkan ekspresi dan kecintaan kepada Nabi Muhammad. Mereka mengundang saudara-saudara dari berbagai kampung dari berbagai desa untuk bersatu untuk memumpuk rasa solidaritas dan persatuan. Nah dengan perayaan seperti ini yang dibangun selain ukhuwah Islamiyah adalah ukhuwah wathaniyah,” ungkapnya.

Muslihan berpesan kepada masyarakat untuk dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang diajarkan oleh para kyai-kyai dalam mencintai Nabi Muhammad.

“Ketika kita mencintai ajaran Nabi Muhammad yaitu pesan untuk membangun persaudaraan umat Islam. Intinya kepada umat Islam mari meneladani Nabi Muhammad, mencintai ajaran beliau dan kita tuangkan dalam kehidupan kita,” pungkasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …