kiayi dan santri

Memahami Kehidupan Kiyai: Antara Dedikasi, Kesederhanaan, dan Sorotan Publik

Sebutan kiyai di Indonesia umumnya disematkan kepada tokoh-tokoh agama yang dikenal alim, tawadhu (rendah hati), dan memiliki integritas tinggi dalam pendidikan agama. Mereka aktif memberikan pencerahan kepada masyarakat serta biasanya membina pondok pesantren sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pembinaan keagamaan. Para kiyai fokus mengajar dan mendidik umat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tanpa mengharapkan imbalan materi.

Para kiyai yang tinggal di pesantren sering kali tampak bahagia, bersahaja, dan penuh karisma. Dari cara berpakaian, bertutur kata, hingga sikap terbuka kepada siapa pun yang datang, semuanya mencerminkan keteladanan. Itulah karakter khas seorang kiyai yang menjadikannya panutan dalam kehidupan beragama di masyarakat.

Namun, belakangan ini kehidupan para kiyai menjadi sorotan publik. Salah satunya terjadi setelah musibah yang menimpa Pesantren Al-Khorisny. Insiden tersebut kemudian disusul dengan tayangan di Trans TV yang dianggap menyudutkan para kiyai dan menggambarkan kehidupan pesantren secara negatif. Narasi yang muncul bahkan menuduh bahwa para kiyai memanfaatkan kedudukannya untuk mencari keuntungan pribadi. Tuduhan tersebut tentu menimbulkan kegelisahan dan penolakan, khususnya dari para santri dan tokoh agama, yang menilai hal itu sebagai bentuk pelecehan terhadap marwah para kiyai.

Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan sebagian kiyai terlihat cukup nyaman memiliki rumah besar di lingkungan pesantren, kendaraan yang layak, serta penampilan yang bersih dan rapi. Hal ini menimbulkan pertanyaan di sebagian kalangan: bagaimana bisa seorang kiyai yang tidak berprofesi sebagai ASN, bukan pegawai swasta, atau komisaris perusahaan, bisa hidup berkecukupan?

Agar tidak salah paham dalam menilai kehidupan seorang kiyai, ada beberapa hal penting yang perlu kita pahami bersama:

  1. Kebutuhan Ruhani dan Dukungan Masyarakat

Banyak orang di sekitar kita yang haus akan siraman rohani. Mereka memiliki harta dan kekayaan, namun minim pengetahuan agama bahkan ada yang tidak tahu cara beribadah atau berdoa karena sejak muda tidak pernah belajar agama. Mereka inilah yang kemudian mencari bimbingan kepada kiyai untuk menuntun hidup mereka dan keluarganya. Dalam proses itu, mereka dengan ikhlas memberikan bantuan materi kepada sang kiyai sebagai bentuk rasa terima kasih dan penghormatan, tanpa mengharapkan balasan apa pun. Fenomena ini dapat ditemukan di banyak daerah di Indonesia.

  1. Kiyai Berusaha Mandiri lewat Usaha yang Halal

Banyak kiyai atau pengasuh pesantren yang berupaya memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya dengan cara membangun usaha sendiri, baik di dalam maupun di luar pesantren. Tujuannya agar mereka tidak membebani keuangan pesantren dan tetap bisa hidup layak. Usaha yang mereka bangun pun beragam, seperti toko kitab, percetakan, apotik, travel umrah, pertanian, dan lain-lain semuanya merupakan bentuk ikhtiar yang halal dan profesional.

  1. Berkah Sedekah bagi Pejuang di Jalan Allah

Dalam ajaran Islam, sedekah adalah amalan yang sangat mulia dan dijanjikan keberkahan oleh Allah SWT. Harta yang disedekahkan di jalan Allah tidak akan berkurang, bahkan akan kembali dengan jumlah yang lebih besar. Karena itu, masyarakat tidak ragu untuk bersedekah kepada kiyai yang mereka anggap berjuang tulus dalam dakwah dan pendidikan agama. Dibandingkan dengan memberi kepada pihak yang tidak jelas, bersedekah kepada kiyai dipandang lebih bermanfaat dan bernilai ibadah.

  1. Kiyai dan Santri adalah Aset Bangsa

Kiyai dan santri adalah dua elemen penting dalam tradisi keagamaan kita. Meski berbeda peran, keduanya merupakan aset bangsa yang harus dijaga dan dihormati. Pesantren sebagai institusi pendidikan telah banyak berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membebani negara. Para kiyai dan santri dengan ikhlas menyebarkan ilmu dan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat, menjaga generasi muda agar tidak terjerumus dalam kehidupan tanpa arah.

Menilai kehidupan para kiyai hanya dari tampilan luar adalah kekeliruan besar. Di balik kenyamanan hidup yang tampak, ada perjuangan panjang, kerja keras, dan ketulusan dalam membina umat. Mereka bukanlah orang yang mengejar kekayaan, tetapi orang yang diberi keberkahan karena pengabdian mereka di jalan Allah.

Memandang pesantren dan para kiyai dengan kacamata negatif sama saja dengan merusak sendi-sendi budaya dan tradisi keagamaan kita. Sudah semestinya masyarakat mendukung, bukan mencurigai; menghormati, bukan mencela; serta menjaga marwah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah mengakar kuat di bumi Indonesia.

Bagikan Artikel ini:

About Dr. Suaib Tahir, Lc, MA

Anggota Mustasyar Diniy Musim Haji Tahun 2025 Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT Republik Indonesia

Check Also

supremasi ras

DARURAT! Paham Supremasi Ras Sasar Anak Terisolasi, Ancam Pecah Belah RI!

Pada Jumat, 7 November 2025, seharusnya menjadi Jumat Berkah di SMAN 72 Jakarta Utara. Namun …

game online

Apakah Benar Anak Mudah Menormalisasi Kekerasan saat Main Game Online?

Dalam diskursus publik, game online sering diposisikan sebagai produk hiburan semata. Namun, jika kita bersedia …