Setelah berjalan bulan Ramadhan dan Syawal, terdapat ibadah yang penting dalam ajaran Islam yang termasuk rukun Islam yakni Haji. Selain itu, pada hari raya idul adha sampai hari tasyriq selama tiga hari sesudahnya diperintahkan untuk melaksanakan korban. Perintah itu berawal dari Sejarah Nabi Ibrahim dalam Q.S. al-Saffat (35): 102-109 dan Q.S. al-Kausar (108): 2, dirian shalat dan berkurbanlah.
Ajaran Islam sebagaimana dalam berkurban syarat akan makna sosial. Dalam hadis disebutkan dengan barangsiapa yang punya kelapangan namun tidak berkorban maka jangan dekat-dekat dengan tempat shalat.
Harta yang diberikan Allah swt. menjadi bagian dalam mendekatlan diri kepada Allah swt. Termasuk haji yang biaayanya lebih dari 35 juta bagi rakyat Indonesia untuk haji reguler dengan waiting list lama dab haji plus yang mahal hingga ratusan juta adalah bukti berkorban dalam menjalankan ajaran Islam. Karena inilah haji hanya wajib sekali dalam seumir hidup manusia.
Di Masyarakat masih memperdebatkan pelaksanaan Haji dan penyembelihan hewan kurban setelah Shalat Iedul Adha. Mereka bertanya karena haji tahun 2020 khusus Indonesia ditiadakan. Peniadaan haji akankah berimbas pada ibadah kurban dan shalat idul adha dan ibadah korban?
Tentu saja di antara keduanya terdapat perbedaan dan pelaksanaan shalat ied serta penyemeblihan hewan kurban tidak terkait erat secara langsung dengan ibadah haji. Walaupun di antara kegiatan haji merupakan salah satu bagian dari syari’at penyembelihan hewan kurban yakni Nabi Ibrahim a.s. dan puteranya Ismail a.s.
Ibadah Haji dengan Ritual Khusus
Uraian berikut menunjukkan perbedaan kedua ajaran Islam antara ritual haji dan ibadah kurban setelah pelaksanaan shalat ied.
Ummat Islam memasuki bulan Dzulhijjah dalam setiap tahunnya disibukkan dengan dua ibadah yang khas di dalamnya. Kedua ibadah itu adalah ibadah haji yang pelaksanaan puncaknya dikenal dengan wukuf di Arafah setiap tanggal 9 Dzulijjah. Bagi mereka yang tidak melakukan haji cukup dengan puasa Arafah yang dilakulan tanggal 9 Dzulhijjah saja atau dua hari yakni tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah.
Walaupun ibadah haji puncaknya hanya pada 9 Dzulhijjah saja, namun pelaksanaan kegiatan keseluruhan jamaah haji biasanya memakan waktu 40 hari. Lamanya kegiata digunakan untuk ziarah ke makam Nabi saw. dan shalat arba’in di Maajid Nabawi Madinah al-Munawwarah selama delapan hari. Sisanya di Makkah al-Mukarramah untuk umroh dan lain-lain.
Khusus Ibadah haji dimulai wukuf di Arafah. Pemberangkatan jamaah haji biasanya dimulai sejak tanggal 8 Dzulhijjah siang hari karena keterbatasan armada dan banyaknya jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang. Mulai malam 9 Dzulhijjah jamaah haji sudah sampai di Arafah. Sejak berangkat dari Makkah mereka memakai kain ihram dan melantunkan doa talbiyah. Seharian penuh jamaah haji di Arafah. Kegiatan di Arafah biasanya ada khutbah wukuf, shalat jamak dhuhur dan ashar serta doa.
Bagi saya sejak memasuki kawasan Arafah menjadi sangat spesial tak terasa area ini seperti daerah terbuka dan ada yang mengawasinya. Doa di Arafah merupakan doa yang dikabulkan Allah swt. Selama di Arafah ummat Islam selalu bedzikir bersalawat dan berdoa dengan penuh harap Allah swt. mengabukan dan menjadikan haji yang mabrur.
Sore hari seluruh jamaah berangsur-angsur menuju Muzdalifah untuk mabit di dalamnya. Ini juga memakan waktu lama perpindahan Arafah Muzdalfah 10 kilometer akan ditempuh selama berjam-jam karena padatnya jalan raya dan banyaknya armada yang mengangkut jamaah. Biasanya kalau cepat dapat di Mudzdalifah jam 20.00 malam.
Selama di tempat mabit seluruh jamaah istirahat di lapangan dengan membawa alas sendiri dan di area mabit juga sudah disediakan minuman walaupun selama di Arafah sudah diberi bekal dan cukup untuk kegiatan mabit. Pemerintah sudah mulai memindahkan jamaah sesuai urutannya kalau urutan pertama akan segera sampai di Mina untuk laksanakan lempar jumrah.
Jarak yang tidak terlalu jauh sekitar 4.5 km menjadikan jamaah tidak sabar dalam menuju Mina. Banyak juga yang berjalan kaki atau terkadang naik bus dan ketika turun juga terpaksa jalan kaki karena padatnya jalan dan kendaraan walaupun sudah dihususkan hanya untuk jamaah haji. Bagi yang mendapat giliran terakhir bisa saja mabit di Muzdalifahnya dilakukan sampai pagi hari dan baru bisa bergeser ke Mina.
Muzdalifah penuh kekuatan badan dan fisik yang prima apalagi setelah selesai wukuf di Arafah. Selama di Muzdalifah jamaah haji tidak perlu lagi mencari krikil untuk lontar jumrah. Krikil sudah disediakan dan dubungkus rapi dengan katong kain dan cukup dari sisi jumlahnya dalam kegiatan melontar selama di Mina.
Sesampai di Mina, Jamaah haji masih memakai pakaian ihram dan harus memenhi aturan di dalamnya. Mereka baru boleh berganti pakaian setelah melamsanakan lempar jumrah Aqabah. Setelah itu baru melakukan tahalul awal dan boleh memakai wewangian dan pakaian biasa.
Kegiatan lempar jumrah ini dilakukan tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijjah bagi yang nafar awal dan nafar sani ditambah sehari tanggal 13 Dzulhijjah. Jamaah bisa saja dapat dekat dengan temlat melempar jumrah dan jauh tergantung pemondokannya. Bayak istirahat dan makan cukup sehabis jalan kaki menuju jamarat adalah kunci kesuksesan. Isturahat di tenda sudah sangat nyaman dengan banyak fasilitas yang memadai.
Ibadah haji selesai dengan thawaf ifadhah dan Sa’i serta tahallu kedua. Sesampai di Makkah setelah dari Mina seluruh jamaah haji melakukan wajib haji tersebut. Namun, ada juga beberapa kawan yang sejak tanggal.10 Dzulhijjah sehabis lempar jumrah lagsung ke Makkah menuju Masjidi Haram untuk Tawaf dan Sa’i. Tentu saja, mereka ini sebelum mala harus berada di Mina lagi. Mereka yang lakukan hanya jalan kaki dan transportasi tidak ada kalau ada sangat mahal dan tidak terjangkau dan masih membutuhkan kalan kaki juga.
Ritual Idul Kurban Berawal Dari Mimpi Ibrahim a.s.
Itulah resume pelaksanaan ibadah haji di bulan Dzulhijjah. Sementara ibadah kurban dalam Islam adalah berdasarkan Perintah Allah swt. kepada Ibrahim a.s. untuk menyembelih anaknya Ismail a.s. hal tersebut tertera dalam Q.S. al-Saffat (35): 102-109. Nabi Ibrahim bermimpi mendapatkan perintah dari Allah swt. dan Ismail a.s. sebagai anak menurut orang tuanya dengan mengatakan wahai ayahku laksanakan saja perintah tersebut semoga Allah swt. menjadikan orang yang sabar. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah peristiwa itu terjadi dan atas Ijin Allah swt. Ismail a.s. diganti dengan domba.
Ujian atas Ibrahim ini dalam sejarah awalnya menjadi syariat ibadah haji khsusus dalam pelaksanaan lempar jumrah. Pada awalnya Ibrahim, kemudian istrinya Siti Hajar dan terakhir anaknya Ismail semuanya dibisikin setan agar tidak setuju atas perintah Tuhan, namun mereka kemudian tidak berdaya dan dilempar krikil tepat di tempat lempar jumrah sekarang ini.
Lempar jamarat merupakan pertanda melempar hal hal yang jelek seperti bisikan setan. Hal itulah yang dilakukan Ibrahim a.s. dalam meneguhkan keyakinanya atas godaan setan. Akhirnya, Ibrahim a.s. mampu menjalankan perintah Allah swt. dengan baik. Demikian juga dengan isteri dan anaknya.
Sekarang, ummat Islam harus memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Salah satunya lewat ibadah kurban di bulan Dzulhijjah sebagai bagian dari rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah swt. Kepeduliaan saat ini di era Covid-19 harus lebih dirasakan kepada mereka yang terdampak pandemi ini. Upaya ini dilakukan untuk meringankan beban masyarakat yang ekonominya sedang melemah.