mengajarkan ilmu
mengajarkan ilmu

Metode Mengajar Rasulullah agar Murid Tidak Bosan

Nabi bersabda bahwa agama adalah nasihat. Karena nasihat berarti harus dilakukan secara pelan-pelan, lemah lembut, dan kasih sayang. Sebab bila menyampaikan ilmu atau nasihat dilakukan secara kasar dan memaksa bukan lagi ingin memperbaiki, tapi menyakiti yang justru tidak membuat orang simpati.

Dari Syaqiq bin Salamah, ia berkata, “Setiap hari Kamis Ibnu Mas’ud memberikan pelajaran kepada kami. Suatu ketika seorang laki-laki berkata kepadanya, “Wahai Abi Abdirrahman (gelar Ibnu Mas’ud), sesungguhnya aku ingin sekali engkau mengajar setiap hari”.

Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya yang menghalangi aku berbuat demikian adalah supaya kamu tidak bosan. Sesungguhnya aku memberikan pengajaran kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan pengajaran kepada kami dengan seksama dan teliti. Sebab beliau khawatir akan membuat kami bosan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan pelajaran kepada kita supaya dalam menyampaikan ilmu dan nasihat pada orang lain (kelompok atau jamaah) dilakukan secara wajar, tidak berlebihan, tidak bertele-tele dan terlalu panjang supaya tidak menjemukan. Tujuannya tidak ada lain supaya nasihat atau ilmu pengetahuan tersebut bisa diserap dan dicerna sehingga tidak kehilangan maknanya yang hakiki. Juga supaya senang dan gembira disaat menerima ilmu pengetahuan dan nasihat sehingga kebenaran bisa menyapa nuraninya. Sebab bila yang mendengarkan merasa bosan khawatir akan membenci nasihat dan ilmu pengetahuan tersebut dan justru terjerumus kepada kemaksiatan.

Dari Ammar bin Yasir, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya panjang (lama) nya shalat seseorang dan pendek (padat) nya khutbahnya merupakan tanda kedalaman ilmunya. Karena itu, panjangkan shalat dan pendekkan Khutbah” (HR. Muslim)

Hadis ini semakin mempertegas kesunnahan menyampaikan ilmu dan nasihat secara pelan-pelan, tidak terburu-buru, dan setahap demi setahap.

Inilah yang ditangkap oleh Imam Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al Muta’allim bahwa syarat mencari ilmu harus dalam jangka waktu yang lama. Terutama ilmu agama, tidak mungkin dicapai secara instan dalam waktu yang cepat.

Pelajaran lain dari dua hadis di atas adalah bila ilmu atau nasihat disampaikan dengan buru-buru dan dipaksakan cenderung akan menimbulkan pemahaman yang salah dan keliru. Pemahamannya dangkal dan menyebabkan keangkuhan serta ego-ego pembenaran sepihak.

Maka yang paling dibutuhkan adalah kesabaran seorang guru dan murid sebagaimana kesabaran Nabi dan sahabat. Dan bila hal ini dilakukan tentu akan menguasai secara sempurna ilmu agama dan ketika memberi nasihat juga akan disenangi oleh orang lain, kelompok atau jama’ah. Intinya, dalam menyampaikan nasihat atau ilmu pengetahuan harus dengan cara yang menyenangkan. Bukan dengan marah-marah dan emosional.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …