nahi mungkar

3 - 4 minutes readNahi Mungkar: Bukan Konsep Sangar, Tapi Seni Dakwah yang Menyentuh Hati

Reader Mode

 

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

 

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah (QS : Ali Imron : 10)

Dalam ajaran Islam, nahi mungkar (mencegah kemungkaran) merupakan salah satu prinsip penting yang harus diterapkan oleh umat Muslim sebagai umat terbaik. Namun, banyak yang salah memahami konsep ini sebagai tindakan yang selalu dikaitkan dengan pemaksaan kehendak dan kekerasan. Padahal, nahi mungkar adalah bagian dari seni dakwah yang mengutamakan kelembutan dan hikmah.

Nahi mungkar sejatinya mencegah diri dan orang lain dari kerusakan agar meraih kemashlahatan. Namun, bila dilakukan dengan cara yang salah, nahi mungkar justru bisa menimbulkan mudharat dan konflik, bukan membawa kebaikan.

Konotasi Kekerasan dalam Nahi Mungkar

Sering kali, nahi mungkar dipahami sebagai konsep yang sangar dan menakutkan. Nahi mungkar seakan dianggap kewajiban untuk segera bertindak keras dalam mencegah kemaksiatan. Di banyak kasus, tindakan ini dilaksanakan dengan cara yang memaksakan kehendak, tanpa mempertimbangkan hikmah dan dampak jangka panjang.

Sebagai contoh, ada kejadian-kejadian di mana kelompok tertentu menghentikan konser musik, atau memaksa penutupan acara-acara budaya dengan alasan kemungkaran. Alih-alih membawa maslahat, tindakan tersebut justru menimbulkan kericuhan, menciptakan perpecahan, dan memperburuk citra dakwah Islam di mata masyarakat.

Pendekatan nahi mungkar yang berlebihan seperti ini menciptakan situasi yang merugikan semua pihak. Mereka yang dihadapkan pada pemaksaan kehendak akan cenderung merasa tertekan dan tidak dihargai, sehingga alih-alih menyadari kekeliruannya, mereka justru semakin jauh dari ajaran agama. Hal ini juga dapat memperburuk hubungan antar sesama dalam masyarakat, serta memunculkan citra negatif terhadap Islam sebagai agama yang tidak toleran.

Belajar Pendekatan Nabi dalam Nahi Mungkar: Sebuah Seni Dakwah

Nabi Muhammad SAW telah memberikan banyak contoh bagaimana nahi mungkar bisa dilakukan dengan cara yang halus, penuh hikmah, dan tanpa kekerasan. Salah satu kisah terkenal adalah ketika seorang pemuda datang kepada Nabi dan meminta izin untuk berzina. Bukannya langsung melarang dengan keras, Nabi SAW menggunakan pendekatan yang lembut namun menyentuh hati.

Nabi tidak serta merta menegur pemuda itu atau memarahinya. Sebaliknya, Nabi mengajak pemuda tersebut untuk merenung dengan mengajukan pertanyaan sederhana, “Apakah kamu rela jika hal yang sama terjadi pada ibumu, saudaramu, atau keluargamu?” Pemuda itu tentu menjawab tidak. Pertanyaan ini membuka kesadaran sang pemuda, bahwa perbuatan zina bukan hanya soal keinginan pribadi, tetapi juga memiliki dampak yang besar bagi orang lain.

Dengan cara yang lembut ini, Nabi tidak hanya mencegah pemuda tersebut dari perbuatan mungkar, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menghargai orang lain. Inilah seni nahi mungkar yang sebenarnya—tidak harus dengan kekerasan, tetapi dengan sentuhan hati dan akal.

Nahi Mungkar Sebagai Seni Pendekatan

Pendekatan Nabi dalam mencegah kemungkaran bukan sekadar untuk menghentikan suatu perbuatan, tetapi untuk mengubah cara pandang seseorang terhadap kemaksiatan itu sendiri. Seni dakwah dalam nahi mungkar adalah kemampuan untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang tidak hanya benar, tetapi juga baik dan bijak.

Beberapa cara yang bisa diterapkan dalam pendekatan nahi mungkar yang penuh seni ini adalah:

  1. Pemahaman Psikologis: memahami latar belakang psikologis orang yang melakukan kemaksiatan adalah langkah awal yang penting. Setiap orang melakukan kesalahan karena berbagai alasan—apakah itu karena ketidaktahuan, pengaruh lingkungan, atau dorongan emosi. Dengan memahami kondisi ini, kita bisa lebih bijak dalam memilih cara untuk mencegah kemungkaran tanpa menimbulkan mudharat baru.
  2. Pendekatan Emosional: sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi SAW, mengajak seseorang untuk merasakan dampak kemaksiatan dari sudut pandang emosional lebih efektif daripada sekadar melarang. Pertanyaan tentang bagaimana jika korban perbuatan itu adalah orang yang mereka cintai dapat menyentuh hati mereka dan mendorong perubahan secara sukarela.
  3. Dialog dan Renungan : Daripada memaksakan kehendak atau memarahi seseorang, lebih baik membuka dialog yang memberikan ruang bagi orang tersebut untuk merenung. Ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpikir ulang, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk menerima nasihat.
  4. Memberikan Solusi Alternatif : mencegah kemungkaran bukan hanya soal menghentikan perbuatan buruk, tetapi juga menawarkan solusi yang lebih baik. Memberikan jalan keluar yang positif akan lebih membantu seseorang keluar dari lingkaran kemaksiatan.

Contoh Aplikatif Pendekatan Nahi Mungkar

Contoh nyata dari pendekatan seni dalam nahi mungkar bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, daripada langsung memarahi dan merazia seorang remaja yang mengkonsumsi di tempat umum, seseorang bisa mengajak remaja tersebut berbicara tentang dampak kesehatan jangka panjang, serta bagaimana hal itu akan memengaruhi orang-orang yang mereka sayangi. Dengan pendekatan ini, kemungkinan besar remaja tersebut akan lebih mudah untuk mengubah perilakunya secara sukarela.

Contoh lainnya adalah dalam dunia pendidikan. Jika seorang siswa melakukan kecurangan, seorang guru yang bijak tidak hanya menghukum, tetapi juga mengajak siswa tersebut untuk merenung tentang pentingnya kejujuran dalam hidup. Dengan memberikan pemahaman yang mendalam, tindakan nahi mungkar akan lebih efektif dan tidak menimbulkan perlawanan.

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah bagian dari kewajiban umat Muslim, tetapi cara melaksanakannya harus sesuai dengan prinsip-prinsip hikmah dan kelembutan. Islam mengajarkan bahwa mencegah kemungkaran tidak harus dilakukan dengan kekerasan atau pemaksaan kehendak, melainkan dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan menyentuh hati, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Bagikan Artikel ini:

About Farhah Salihah

Check Also

Saint Catherine's Monastery in the Sinai Peninsula, Egypt, Africa

Mengenal Achtiname of Muhammad : Bukti Otentik Jaminan Perlindungan Islam terhadap Umat Nasrani

Reader ModeAchtiname atau yang lebih dikenal sebagai “Perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan Kaum Kristen” adalah …

surat nabi muhammad untuk raja romawi 200114064021 722

Relasi Nabi Muhammad SAW dengan Pemimpin Kristen

Reader ModeHubungan antara Nabi Muhammad SAW dan pemimpin Kristen merupakan contoh penting dalam sejarah Islam …