Paris – Penghinaan Islam dengan penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo serta dukungan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap penerbitan itu memicu seruan boikot produk Prancis di negara-negara Islam. Kondisi itu semakin buruk dengan pernyataan-pernyataan Macron yang terus mendeskreditkan umat Islam.
Namun kondisi ini disikapi pemimpin Muslim Prancis sebagai kondisi yang tidak menguntungkan umat Islam negara tersebut. Seruan boikot produk Prancis di negara-negara Muslim dinilai tidak tepat. Mereka menilai tidak dapat dibenarkan seruan boikot itu. Selain itu, pemimpin Muslim Prancis menuduh mereka yang memimpin kampanye seruan boikot itu memanfaatkan Islam untuk tujuan politis.
“Ada masanya ketika kita harus menunjukkan solidaritas dengan negara kami yang mengalami serangan yang tak dapat dibenarkan dalam beberapa pekan terakhir,” jelas imam tiga masjid besar dan tiga asosiasi Muslim dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip dari Al-Arabiya, Selasa (3/11/2020).
Hukum Prancis, kata mereka, memberikan ruang yang luas untuk kebebasan berekspresi dan memberikan warganya hak untuk “percaya atau tidak percaya”.
Para imam Masjid Besar Paria, Lyon, dan pulau Perkumpulan Mediterania Prancis, bersama pemimpin tiga kelompok Muslim mengutuk terorisme dan “segala bentuk kekerasan atas nama agama”.
Mereka juga mengungkapkan kemarahan atas adanya seruan pembunuhan oleh pemimpin asing, mengacu pada kicauan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang mengklaim Muslim berhak marah dan membunuh jutaan orang Prancis.
Pernyataan tersebut dilontarkan sebagai bentuk serangan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membela ditampilkannya kartun Nabi Muhammad setelah insiden pembunuhan seorang guru, Samuel Paty pertengahan bulan lalu.
Puluhan ribu orang turun ke jalan dalam unjuk rasa anti-Prancis di sejumlah negara pada Senin, termasuk Indonesia dan Bangladesh, Turki, Suriah, Mali, dan Jalur Gaza dan di sejumlah negara Teluk.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah