tolak toleransi
tolak toleransi

Pendangkalan Akidah atau Akidah yang Dangkal?

Sebenarnya tidak habis pikir, sedangkal apakah akidah umat Islam sehingga berkumpul bersama dengan komunitas lintas agama dianggap sebagai pendangkalan akidah. Bahkan dalam salah satu aksi di Kota Bandung ada protes yang menganggap kampung toleransi berpotensi mendangkalkan akidah.

Pertanyaannya, sesungguhnya yang dangkal akidahnya adalah para peserta aksi itu atau mereka yang akan hidup berdampingan dan menggelar acara bersama yang dangkal akidahnya? Istilah pluralisme dan liberalisme lalu dijadikan slogan agar aksi dan argumentasi menjadi seolah-olah keren. Namun, mungkin saja dan ini tidak pasti, mereka juga tidak akan mengetahui konsepsi pluralisme dan liberalisme. Bagi mereka istilah-istilah itu adalah pendangkalan akidah.

Kalimat mendangkalkan akidah kerap menjadi senjata untuk menolak kebersamaan dalam perbedaan. Dan satu lagi istilah toleransi juga dicibir sebagai bagian dari liberalisme dan pluralisme. Mungkin saja ketika toleransi yang dipraktekkan Rasul diterjemahkan dalam bahasa arab menjadi tasamuh akan lebih mudah diterima. 

Kita balik dalam persoalan yang sesungguhnya menjadi slogan-slogan untuk menolak perbedaan, yakni pendangkalan akidah. Apakah memang toleransi dan berkumpul bersama dalam merayakan perbedaan itu termasuk bagian dari pendangkalan akidah? Apakah berkumpul bersama lintas agama dalam upaya membangun kerukunan dan perdamaian itu akan mengikis keimanan umat?

Lihatlah bagaimana Nabi pernah memberikan izin umat lain beribadah di Masjid, ketika ada 60 orang Nasrani Najran datang ke Madinah untuk menemui Rasul. Sahabat kaget, geram dan marah, tetapi Nabi meminta mereka untuk membiarkannya. Nabi juga melakukan interaksi ekonomi (muamalah) dengan umat lain dan bertetangga dengan non-muslim.

Nabi pun sering menerima tamu non muslim dan berdiskusi tentang keagamaan. Banyak kisah-kisah Nabi menerima tamu dan kunjungan rombongan yang berbeda agama. Tidak hanya di Madinah ketika di Makkah Nabi sudah sering berinteraksi dan menerima tamu yang berbeda keyakinan.

Dari beberapa kisah, di Makkah Nabi pernah menerima rombongan tamu yang terdiri dari pendeta Nasrani Habasyah berjumlah 70 orang. Di Makkah pula Nabi pernah menerima tamu dari kamu kafir Quraisy. Di Madinah pergaulan Nabi tambah luas dengan menerima banyak tamu yang beragam. Apakah Nabi menolak perbedaan dan mengisolasi untuk tidak berinteraksi dengan yang berbeda?

Sebenarnya cukup jelas bagaimana prinsip toleransi dalam Qur’an. Ayat ini cukup populer dan sering dibaca, yakni al-kafirun ayat 6. . Untuk kalianlah agama kalian, dan untukkulah agamaku.” Secara keseluruhan dalam membaca surat ini, Syekh Muhammad Abduh menafsirkan surah al-kafirun ayat 2 dan 3 sebagai perbedaan yang disembah dan ayat 4 dan 5 menjelaskan cara menyembah. Konteks ini,  sesungguhnya toleransi dibatasi pada persoalan teologi (akidah) dan peribadatan (syari’ah).

Lakum dinukum waliya din. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Persoalan ini tidak lantas harus membatasi pergaulan dan interaksi sosial dan budaya dalam membangun kerukunan. Bukan lantas ayat itu diperluas menjadi “urusanmu ya urusanmu, urusanku ya urusanku”, “Masalahmu adalah masalahmu, masalahku adalah masalahku”.  

Dua persoalan akidah dan Syariah tidak bisa dicampuradukkan atas nama toleransi. Sampai di sini sebenarnya cukup jelas bagaimana Batasan toleransi dalam Islam. Jadi tidak ada istilah toleransi atau menggelar budaya lintas agama akan menjadi pendangkalan akidah. Justru menolak kebersamaan dalam perbedaan itulah yang mencerminkan akidah yang dangkal.

Akidah yang tidak dangkal adalah keyakinan kokoh dari seorang muslim yang mempraktekkan Islam sebagai rahmat. Seorang muslim yang akidahnya kuat selalu berinteraksi dengan berbeda agama sebagaimana rasul dan para sahabat tidak alergi dengan perbedaan.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

BRIN Moderasi Beragama

Moderasi beragama Bukan Sekadar Konsep Akademik, Tapi Jalan Tengah Untuk Beragama secara Damai, Inklusif, dan Berkeadaban

Jakarta — Meningkatnya berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama menunjukkan bahwa paham radikal masih memiliki …

Prof M Suaib Tahir PhD

Jihad Palsu di Balik “Ukhuwah Global”: Umat Diminta Waspada Propaganda ISIS

Jakarta — Kelompok teroris ISIS kembali menyebarkan propaganda bermuatan ajakan jihad ke berbagai negara konflik, …