ikhlas
ikhlas

Pentingnya Ikhlas dalam Ibadah, Inilah Tingkatannya

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari & Muslim).

Ikhlas merupakan suatu sikap yang paling penting yang harus dimiliki oleh manusia untuk menyempurnakan dan mendapatkan pahala dari apa yang ia kerjakan. Semua perbuatan baik, amal, ibadah haruslah didasari keikhlasan.  Ikhlas sangat ditentukan oleh niat seseorang.

Ikhlas adalah kunci utama diterimanya sebuah amal. Bahkan sebuah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas, tidak akan diungkapkan kepada siapapun, dan jika diungkapkan justru sebenarnya apa yang dilakukannya tidak didasari dengan keikhlasan lagi. Bahkan mengucapkan saya ikhlas pun adalah bagian dari tidak ikhlas. Karena ikhlas tidak harus dikabarkan dan dipamerkan.

Ikhlas memang sulit untuk dilakukan. Namun apapun kesulitannya, pasti manusia mampu untuk belajar secara perlahan dan akan terbiasa. Sikap manusia yang selalu ingin dipuji dan disegani orang lain menjadi alasan kuat berkurangnya nilai keikhlasan.

Ikhlas sendiri memiliki tiga tingkatan, menurut An-Nawawi yakni, Pertama ibadatul abid, yaitu beribadah karena takut akan siksaannya. Ibadah seperti ini layaknya seorang budak yang menuruti apa yang diperintahkan tuannya karena jika membangkang takut akan siksaannya. Kelompok ini beribadah bukan untuk tujuan ganjaran pahala tetapi karena takut akan murka dan siksaan Tuhan.

Kedua, Ibadatut Tujjar, yaitu beribadah karena mengharapkan akhirat atau beribadah karena mengharapkan surga dan pahala dari Allah. Ini banyak dikatakan sebagai ibadah para pedagang yang selalu mencari keuntungan. Orang-orang yang berada pada tingkatan ini juga hanya memikirkan keuntungan dalam ibadahnya.

Ketiga, ibadatul akhyar, yakni ibadah orang-orang pilihan. Cara beribadah seseorang karena memiliki malu kepada Allah dan demi memenuhi keharusannya sebagai seorang hamba yang bersyukur disertai rasa khawatir sebab amal ibadahnya belum tentu diterima di sisi-Nya.

Tingkatan ibadatul akhyar adalah beribadah dengan ikhlas. Seperti Rabi‘ah Al-Adawiyah, salah seorang dari kelompok muhibbin, mengatakan, “Aku tidak menyembah-Mu karena takut siksa neraka atau karena mengharapkan surga-Mu sehingga aku harus menasabkan ibadah padanya”

Dalam riwayat Imam Muslim yang disabdakan Rasulullah saat ditegur oleh Aisyah r.a. ketika melihat beliau melewatkan shalat malam hingga kedua kakinya bengkak. “Wahai Rasulullah, kau terlalu memaksakan hal ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu.” kata Aisyah. Rasulullah menjawab: “Bukankah sudah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?!” (HR Muslim).

Yang perlu diingat adalah dalam ke tiga tingkatan yang disebutkan di atas bahwa keikhlasan sama sekali tidak ada hubungannya dengan manusia lain. Bahkan ikhlas tidak ada urusannya dengan pahala dan dosa. Ibadah semata ingin menyembah kepada Allah sebagai bentuk syukur sebagai hamba yang selalu dikarunia nikmat oleh Allah. Apapun ibadahnya semuanya hanya tentang seorang hamba yang melakukan dengan ikhlas dan Allahlah yang menilainya.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …