Perang Parit, Pengkhianatan Yahudi dan Cikal Bakal Peradaban Islam

Gagal menaklukan Madinah dalam perang parit, pasukan Abu Sufyan menarik diri dari peperangan tersebut. Dengan mundurnya pasukan Quraisy menandakan kemenangan umat Islam di Madinah. Setelah itu Rasulullah mengalihkan perhatiannya pada suku Bani Quraydhah.

Suku Quraidhah merupakan salah satu dari tiga suku Yahudi yang menetap di kota Madinah. Dua suku yang lainnya adalah suku Bani Nadir dan Bani Qaynuqa. Mereka menetap di Madinah sebelum Islam datang  dan mengungsi dari asalnya Mekah. Nabi Muhammad menandatangani Piagam Madinah tahun 622 guna mengikat beragam komunitas yang berada di Madinah, agar dapat hidup berdampingan di kota tersebut.

Ketika suku Nadir dan Qaynuqa mengkhianati perjanjian itu, mereka pun diusir dari Madinah. Kedua suku tersebut kemudian bergabung dengan pasukan Abu Sufyan. Pada Perang Parit suku Quraidhah pun ternyata juga memiliki niat memberontak. Mereka menyusun strategi dengan menyerang pasukan muslimin dari dalam. Namun Rasulullah berhasil menggagalkan persekongkolan mereka dengan pasukan penyerang.

Rasulullah secepatnya mengerahkan pasukan Islam kemudian menyerang pertahanan para tentara penyerang. Namun suku Quraidhah menahan serangan tersebut dari dalam selama 25 hari. Usaha suku Quraidhah tidak membuahkan hasil. Rasulullah tetap berperang melawan musuh Islam.

Setelah pengepungan berakhir, Rasulullah kemudian menyerang kaum Yahudi yang bersekongkol dengan pasukan penyerang yang mengakibatkan terbunuhnya 600 orang suku utama Yahudi, Banu Quraidzah, dan sisanya yang masih hidup dan diusir dari Madinah.

Setelah kemenangan pada Perang Parit, Madinah menjadi pusat peradaban umat Islam. Pasukan Muslim hampir selalu menang dalam serangan-serangan melawan musuh Islam. Masyarakat Arab yang kalah dalam pertempuran mulai menerima otoritas Rasulullah.

Suku-suku lain yang mendengar kehebatan Nabi Muhammad mulai semakin diakui. Mulai banyak orang dan suku berdatangan ke Madinah dengan tujuan menjalin kerjasama dan sedikit-sedikit mereka mengetahui Islam dan lantas mereka mengikuti agama yang dibawa oleh Rasulullah.

Nasionalisasi Islam

Pada periode Madinah ini, nasionalisasi Islam mulai dilakukan. Nabi Muhammad mulai memutuskan ketersambungan Islam dengan agama Yahudi dan Kristen. Untuk meneguhkan identitas sendiri, Rasul mulai melakukan distingsi simbolik sebagai penegasan berdirinya suatu komunitas.

Jumat menggantikan sabtu, kumandang azan menggantikan suara terompet dan gong. Ramadan dipergunakan muslim untuk berpuasa, kiblat sebagai arah solat dipindahkan dari Yerusalem ke kota Makah. Inilah upaya-upaya dilakukan Nabi untuk membangun sebuah negara yang berdaulat.

Dari sinilah proses awal kejayaan Islam dimulai. Islam sebagai agama yang lahir dari penderitaan. Ajaran yang hanya dianut oleh para hamba sahaya dan budak. Agama yang menjadi tertawaan masyarakat Makkah pada masa lalu. Kini, menjelma tidak hanya menjadi ajaran yang memukau, tetapi mampu membangun peradaban yang kokoh di Madinah. Rasulullah berhasil membawa Islam sebagai agama yang patut dianut oleh semua kalangan dan tidak terkecuali kaum bangsawan dan juga penguasa.

Bagikan Artikel ini:

About wahyuningsih

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Waliosongo Semarang

Check Also

pemahaman keislaman yang sempit

Bal’am bin Baura, Ulama yang Menghamba pada Umara Dzalim

Dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 175-177 bahwa terdapat seorang ulama yang membela penguasa dzolim …

tidak sukses

Sudah Berilmu Tidak Sukses, Ini Penyebabnya

Memiliki kehidupan yang sukses dan bahagia merupakan mimpi yang di idam-idamkan oleh semua manusia. Dengan …