jilbab ilustrasi  140616204303 744
jilbab ilustrasi 140616204303 744

Perdana Menteri Prancis Tolak Larangan Jilbab Anak-Anak

PARIS – Sejak Presiden Prancis Emanuelle Macron megeluarkan statemen tentang islam, berbagai reaksi pro dan kontra dari luar negeri maupun dalam negeri Prancis, nada kecaman datang silih berganti yang menyatakan bahwa Macron tidak memahami makna kebebasan dan toleransi.

Macron tidak bergeming karena baginya statemen tersebut bukan ditujukan pada Islam secara keseluruhan namun untuk kelompok ekstremis yang menggunakan agama untuk tindakan kekerasan.

Sejak itu, Macron terus mengeluarkan kebijakan yang menyentuh warga Islam di Prancis, mulai dari penyeleksian imam hingga penyelidikan terhadap masjid terkait aliran dana. Terbaru anggota partai yang menaungi Macron meminta supaya anak-anak dibawah umur juga dilarang menggunakan jilbab.

Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, memutuskan mengesampingkan proposal yang berisi larangan penggunaan kerudung bagi anak-anak. 

Dia beralasan, pemerintahannya sedang berusaha mencapai keseimbangan, antara menegakkan tradisi sekuler dan menghormati perbedaan budaya. 

Rencana menghentikan penggunaan kerudung bagi anak-anak di bawah umur secara hukum, muncul dari anggota partai sentris yang juga menaungi Presiden Prancis, Emmanuel Macron. 

Dilansir di BNN Bloomberg dan dikutip dari laman republika. Selasa (19/1), rencana tersebut digaungkan mengingat Macron akan kembali dicalonkan menjadi presiden pada pemilihan tahun depan. 

Dia mencoba mengeluarkan undang-undang kontroversial melalui parlemen, dengan tujuan memerangi ekstremisme Islam. 

Meski demikian, Perdana Menteri Castex mengatakan menargetkan anak di bawah umur bukanlah sasaran utamanya.  

Sebuah amandemen, yang isinya akan melarang anak di bawah umur mengenakan jilbab atau cadar di depan umum, ditolak Senin (18/1). Penolakan dilakukan meski rencana ini mendapat dukungan dari beberapa tokoh senior di partai Macron dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen. 

Simbol jilbab maupun cadar, dan apa pun yang diwakilinya dalam lingkungan masyarakat Prancis modern, berisiko merusak citra Macron pada waktu yang sensitif. Utamanya, ketika dia sedang melawan pandemi dan kemarahan yang berkepanjangan dari pemenggalan kepala guru oleh teroris.  

Dalam upaya melawan terorisme, sejumlah kebijakan telah dibuat, termasuk memberdayakan polisi dan menutup masjid yang dicurigai menerima uang haram. 

Perbuatannya ini telah mendapat kritik dari berbagai negara, termasuk Turki. Prancis disebut sedang menargetkan Muslim dan memicu perdebatan tentang toleransi, supremasi hukum, serta metode untuk memerangi ekstremisme.  

Tak hanya itu, Prancis sebelumnya telah melarang adanya tanda-tanda keagamaan yang terlihat di sekolah-sekolah pada 2004. Pun pada 2010, negara ini melarang pakaian yang menutupi wajah, termasuk burqa dan niqab.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

060567700 1740995185 830 556

Santri Dari Mutholaah Kitab Kuning Ke Digital

JAKARTA — Santri bukan sekedar pembelajar di pondok pesantren namun lebih jauh santri menjadi penjaga …

082479700 1601026076 830 556

Kiprah Pendiri Pesantren Lirboyo di Medan Perang Kemerdekaan

Jakarta – KH. Abdul Karim atau yang biasa disapa Mbah Manab muassis Pondok Pesantren Lirboyo …