Cuitan Ienas Tsuroiya
Cuitan Ienas Tsuroiya

Putri Gus Mus Minta Buzzer Pemerintah Tak Catut Orang Tuanya Untuk Lawan FPI

Jakarta – Para buzzer atau bukan yang mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo diminta tidak mencatut nama KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dalam berkampanye di media sosial melawan Front Pembela Islam (FPI). Permintaan itu diungkapkan putri Gus Mus, Ienas Tsuroiya melalu cuitannya di akun Twitter.

“Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!” katanya dikutip dari laman Republika.co.id, Senin (14/12/2020)

Salah satu akun buzzer yang sering menggunakan nama Gus Mus adalah Kata Kita. Menurut Ienas, pada 2018 lalu, akun tersebut mengunggah tulisan orang lain dan penulisnya diganti dengan Gus Mus.

“Saya langsung komplain saat itu juga. Sempat ngeles, tapi ketika banyak yang mendukung saya, unggahannya hilang,” kata Ienas dalam akun Twitternya @tsuroiya.

Namun, belakangan ini tulisan tersebut kembali beredar dan masih menggunakan nama dan foto Gus Mus. Dia mengaku beberapa akun tersebut sudah ditegur dan mereka juga sudah mengklarifikasi. Tak berselang beberapa lama, unggahan tersebut tetap bermunculan. Rasa penasaran Ienas mencoba mencari judul tulisan tersebut dan sudah ada dalam unggahan Kata Kita. Tulisan tersebut sudah dibagikan lebih dari 2.500 kali.

Kasus lain, salah satu pendukung Joko Widodo, Iyyas Subiakto membuat tulisan perihal surat terbuka kepada keturunan Arab. Sayangnya, ada oknum tidak bertanggungjawab yang menambahkan nama Gus Mus pada bagian awal surat. Surat tersebut sempat viral. Pihak keluarga Gus Mus mengakui sangat kerepotan saat membantahnya.

“Kasus yang menyangkut “surat terbuka” ini sampai sekarang belum tahu siapa oknum yang menambahi kalimat berisi fitnah itu. Sekarang masih beredar di Whatsapp Grup. Berdasarkan pengalaman saya, kalau sudah masuk Whatsapp, akan sulit menghentikan penyebarannya,” ujar Ienas.

Ienas mengungkapkan, sejak Minggu (13/12/2020), ia menerima beberapa pesan yang menanyakan video rekaman demo FPI karena memuat audio Gus Mus sambil membacakan puisinya berjudul “Allahu Akbar.” Saat ditelusuri, Kata Kita yang mengunggahnya.

Ienas menjelaskan, puisi Gus Mus yang ditulis pada 2005 lalu itu bersifat universal sehingga tidak menyerang satu kelompok tertentu. Sama dengan puisi lain, puisi tersebut mengajak untuk intropeksi diri dan mendakwah secara halus.

“Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu domba,” kata dia.

Dia menegaskan dengan menuliskan utasan ini, dia tidak memihak kepada siapa pun, baik kubu FPI maupun Joko Widodo. Dia hanya resah sebagai masyarakat Indonesia yang menyaksikan sikap beberapa pihak diwarnai dengan kekerasan dengan alasan nahi mungkar.

Menurutnya, nahi mungkar atau memerangi kekerasan harus dilakukan secara makruf atau dengan cara yang baik seperti berlandaskan kasih sayang. Tapi, tidak berdasarkan pada kebencian, terlebih kekerasan.

Dia membagi ceritanya yang tidak mengenakan pada 2012 lalu saat menghadiri acara bedah buku yang menghadirkan Irshad Manji di Salihara. Saat diskusi baru dimulai, datang segerombolan massa bersorban putih sambil meneriakkan takbir dan berusaha menjebol pagar depan Salihara. Situasi berubah menjadi mencekam.

Karena penakut dan tak punya nyali kuat untuk bertahan dalam situasi itu, Ienas meminta izin suami lalu kabur melalui pintu belakang. Bersyukur malam itu suami juga pulang dengan selamat. Hingga kini, dia masih merasakan trauma.

“Sampai sekarang saya ketakutan jika bertemu dengan orang-orang berseragam FPI. Wajah-wajah garang itu sangat membekas di benak saya,” ujar dia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel M.Si

Ideologi Terorisme Berkembang di Bawah Permukaan, BNPT: Waspada!

Jakarta – Seluruh pihak diingatkan untuk mewaspadai bersama perkembangan ideologi terorisme yang kerap terjadi di …

sidang gugatan Pilpres di MK

Tanggapi Putusan MK, PBNU: Kedepankan Empat Nilai Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak …