amalan puasa
amalan puasa

Ramadan Momentum Berbenah Diri dan Menangkal Radikalisme

Mengatakan agama tidak berperan dalam bom bunuh diri tidak seluruhnya benar. Agama memang tidak mengajarkan kekerasan, pembunuhan tanpa sebab, perang tanpa dasar, dan agama juga tidak mengajarkan bunuh diri. Jika fakta berbicara ada kekerasan, seperti bom bunuh diri atas nama agama, itu bukan agama. Tapi tindakan destruktif dengan tameng agama. Dalam tanda kutip besar pelakunya gagal memahami agama yang dianutnya. Peristiwa itu hanya kesalahan menafsiri teks keagamaan.

Namun kita juga harus mengakui, bahwa kesalahan-kesalahan penafsiran seperti itu berangkat dari agama juga. Artinya agama membuka ruang untuk penafsiran yang berbeda-beda. Sehingga bila celah ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan jahat dengan mudah membelokkan penafsiran untuk menyulut emosi. Ajaran dibuat kejam, garang, dan penuh emosi. Ujungnya terorisme yang terjadi.

Ruang perbedaan dalam agama sebagai rahmat digerus dan disempitkan maknanya dengan keangkuhan “kita yang benar”. Kebenaran dijumudkan hanya untuk pemahaman yang dipegangnya. Dengan demikian di luar lingkaran kelompok dan madhab yang dianutnya adalah salah. Harus dibunuh.

Fenomena seperti ini, dalam gama Islam, bisa dijumpai pada kelompok-kelompok muslim yang sukanya menuduh bid’ah dan kafir kelompok lain. Menyebut diantaranya adalah kelompok yang menamakan diri salafi dan wahabi. Paham keagamaan yang yang keras dari dua kelompok itu kerap memicu ketegangan dalam internal agama Islam.

Adakah Solusi Menghentikan Terorisme?

Solusi paling efektif adalah menggantinya dengan yang lebih baik. Pemikiran hitam dalam memahami ajaran agama sesegera mungkin dirubah. Bahwa ada perbedaan dalam penafsiran memang benar. Dan itu diakui sejak dulu oleh para ulama. Tapi meyakini kebenaran sebagai sesuatu yang absolut dan hanya milik kelompoknya itu yang salah.

Tegas kata, untuk menemukan penafsiran yang baik harus mengikuti paradigma berpikir yang telah digariskan oleh para ulama. Ada syarat dan kualifikasi yang harus dikuasi untuk menemukan penafsiran yang sesuai dengan kehendak agama.

Doktrin jihad, misalnya, yang selama ini dipahami sebagai kegiatan ngebom, membunuh, dan membinasakan, adalah contoh penafsiran yang keluar jauh dari rumah agama. Dan, langkah kongkritnya adalah dengan cara tidak mudah percaya dengan doktrin ajaran tertentu. Diteliti dulu, ditanyakan kepada ahlinya. Kalau di dalam Islam ahlinya adalah ulama, kiai dan ustad.

Tetapi jangan berhenti disatu orang saja, khawatir satu orang tersebut merupakan penyusup yang bertujuan untuk menjelekkan agama Islam. Banyak bertanya kepada para ulama dan kiai lebih baik. Apalagi kalau penjelasan yang disampaikan lengkap dengan dalil yang bersumber dari para ulama salafusshaleh.

Sekali lagi, jangan mudah percaya doktrin yang arahnya adalah kejahatan kemanusiaan. Sebab agama hadir untuk menghormati kemanusiaan itu sendiri. Ingat! Agama tidak pernah mengajarkan kekerasan, apalagi terorisme. Agama hadir untuk merombak tatanan setan yang menyesatkan. Ya, seperti saling bunuh, membunuh, bom bunuh diri dan tindakan Angkara murka yang lain.

Semangat Bulan Jihad

Ramadan disebut juga bulan jihad yang paling tinggi. Ramadan dengan praktek puasa yang bertujuan untuk mengaajrkan menahan sejatinya adalah peperangan yang besar. Perang terbesar itulah yang digambarkan dengan memerangi hawa nafsunya. Bukan orang yang kuat kata Rasulullah jika tidak bisa menundukkan amarahnya. Letak kekuatan seseorang adalah pada mengontrol hawa nafsunya.

Ramadan adalah latihan untuk menahan hawa nafsu. Praktek yang dilakukan adalah dengan menahanan dari yang membatalkan puasa. Yang membatalkan itu bukan hal haram ketika dilakukan di bulan selain Ramadan. Makan dan minum adalah halal dilakukan. Tetapi saat latihan menahan hawa nafsu makan dan minum menjadi media untuk memupuk ketahanan diri dari hawa nafsu.

Semangat menahan inilah penting untuk dikembangkan menjadi menahan dari ajaran dan doktrin yang hanya mementingkan hawa nafsu. Doktrin terorisme dan radikalisme hanyalah ajaran yang mementingkan hawa nafsu bukan tujuan yang mashlahah. Agama hanya dijadikan topeng untuk membenarkan semua tindakannya.

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …