Jakarta – Tiga hari lagi Bangsa Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Biasanya, setiap peringatan 17 Agustus tidak hanya digelar upacara bendera, tetapi perayaan Agustusan dilakukan dengan acara dangdutan. Sebenarnya kondisi itu lumrah, karena dangdut adalah musik rakyat yang banyak digemari di Indonesia.
Menanggapi hal ini, Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam sebuah video tausyiah berjudul ‘Syukuran 17 Agustus dengan Dangdutan’ yang diunggah oleh channel YouTube Tanya Ustadz Somad, memberi jawaban atas pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan ketika menemukan perayaan 17 Agustus diisi kegiatan tasyakuran di malam hari sedangkan paginya diisi kegiatan dangdutan.
“Ini kami hidup di zaman modern, penuh huru-hara. Biasanya di daerah kami ketika para pemimpin kami RT/RW 17 Agustus tasyakuran malamnya esoknya dangdutan dengan banyak demikian. Bagaimana sikap kami pak ustadz?” kata Ustad Abdul Somad saat membacakan pertanyaan sang penanya.
Pendakwah asal Riau itu menjawabnya dengan membuat analogi. Bilamana kebanyakan masyarakatnya suka dalam kegiatan baik seperti mengaji pasti hal semacam dangdutan tidak akan terjadi begitupun sebaliknya.
“Kira-kira kalau sudah sebanyak ini orang pengajian di daerah itu. Masih ada tak keong racun kucing garong? Tidak akan ada. Ini kita banyak-banyakan aja. Kalau banyak yang ngaji pasti akan dibuatkan acara pengajian Tabligh Akbar,” kata UAS, dikutip dari laman Solopos.
Ia mengimbau umat Islam turut menyeru melaksanakan kebajikan sehingga bisa terbentuk suatu kumpulan/komunitas yang baik di masyarakat. Maka lama-kelamaan keburukan yang ada akan tergeser oleh kebaikan yang meluap layaknya air bah.
“Ini kan banyak-banyakan. Maka perbanyaklah air bah ini. Banyakkan air ini, kalau sudah air ini banyak melimpah. Maka sampah-sampah itu akan tercampak dengan sendirinya,” pungkas UAS.