kisah ali zainal
kisah ali zainal

Respon Mengejutkan Sayyid Ali Zainal Abidin Ketika Dicaci Maki

Ali Zainal Abidin adalah cucu dari sayyidah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Beliau anak dari Imam Husain yang mati syahid saat peristiwa Karbala. Sayyid Ali Zainal Abidin lahir pada tahun 658 M dan menurut cerita, beliau wafat tahun 714 M karena diracun atas perintah al-Walid bin Abdul Malik, khalifah dinasti Umayah kala itu.

Saat peristiwa Karbala, Sayyid Ali Zainal Abidin berusia 24 tahun. Beliau tidak dibunuh karena sakit parah yang sedang dideritanya waktu itu. Selepas tragedi yang memilukan itu, Sayyid Ali Zainal Abidin sering sekali bersedih dan menangis ketika mengingatnya.

Ada banyak sekali keutamaan Sayyid Ali Zainal Abidin semasa hidupnya. Di antaranya menurut Malik bin Anas, Sayyid Ali bin Husain selalu shalat 1000 rakaat siang dan malam sampai ia wafat. Makanya dijuluki Zainal Abidin (perhiasan para ahli ibadah).

Keutamaan selanjutkan, menurut Abu Hamzah al-Tsumali, “Ali bin Husain as memikul sejumlah makanan dan dalam kegelapan malam ia memberikannya kepada fakir miskin secara diam-diam. Sayyid Ali Zainal Abidin berkata, “Sedekah yang diberikan dalam kegelapan malam akan memadamkan amarah Allah swt.”

Tak heran jika banyak sekali orang yang dibantu oleh Sayyid Ali Zainal Abidin tak tahu bahwa yang bersedekah adalah beliau. Mereka tahunya ketika sepeninggal Sayyid Ali tak ada lagi yang bersedekah di malam hari seperti biasa. Akhirnya mereka bersedih dan menangisi beliau yang sudah dimakamkan itu.

Satu lagi keutamaan Sayyid Ali Zainal Abidin yang harus kita teladani, terutama bagi habaib selaku keturunan beliau dan nabi Muhammad SAW. Keutamaan tersebut ialah bersikap santun ketika dicaci maki oleh orang lain. Sehingga orang yang mencaci maki itu keheranan dan langsung meminta maaf serta kemudian bertaubat atas perbuatan tercelanya.

Respon saat Dicaci Maki

Respon Sayyid Ali Zainal Abidin yang mengejutkan tersebut dikisahkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Mulk. Kisahnya di bawah ini sebagai berikut,

Suatu ketika selepas menunaikan shalat jama’ah, Sayyid Ali Zainal Abidin keluar dari masjid. Beliau dihadang oleh seorang pria. Orang itu kemudian tanpa piker Panjang langsung mencela dan mencaci-maki salah satu cicit Rasulullah SAW tersebut.

Mengetahui hal itu, para pengawal Sayyid Ali Zainal Abidin yang sedari tadi berada di belakang beliau geram dan hendak memukul pria tersebut. Akan tetapi Sayyid Ali Zainal Abidin bersikap santai dan berkata kepada pengawalnya, “Cegahlah tangan kalian darinya.”

Sayyid Ali Zainal Abidin hanya diam dan mendengarkan saja celaan dan cacian dari pria itu. Setelah lama dan panjang lebar pria itu mencaci maki beliau, giliran beliau berkata kepada pria yang mencelanya dengan tetap bersikap santun. Beliau berkata, “Wahai tuan, aku memiliki kekurangan lebih banyak dari yang engkau katakan. Kekuranganku yang tidak engkau ketahui justru lebih banyak lagi. Jika engkau membutuhkannya, aku akan menyebutkan semuanya kepada engkau.”

Respon mengejutkan dari Sayyid Ali Zainal Abidin itu sontak membuat muka pria itu memerah karena menahan rasa malu. Lalu tak berselang lama, Sayyid Ali Zainal Abidin malah memberinya gamis yang ia kenakan. Dan tak cukup itu, beliau menambah pemberiaannya dengan bersedekah seribu dirham untuk pria yang telah mencelanya.

Setelah mengetahui secara langsung keutamaan dan akhlak mulia dari Sayyid Ali Zainal Abidin, pria itu pun berlalu seraya mengatakan dengan mantap, “Aku bersaksi bahwa pemuda ini (Sayyid Ali Zainal Abidin) adalah keturunan Rasulullah SAW.”

Kejadian di atas sekilas dapat memberikan kita gambaran betapa santun dan mulianya akhlak dari keturunan Rasulullah SAW. Kita sebagai umatnya Rasulullah SAW, terutama bagi Habaib sebagai keturunan dari Rasulullah SAW seyogyanya meniru apa yang dilakukan oleh Sayyid Ali Zainal Abidin untuk tetap santun dan menjaga akhlak ketika dicela dan caci maki.

Jangan malah balik mencaci dan memaki orang yang telah berbuat demikian. Apalagi diperparah jika balasan itu dilakukan di depan public. Tetap bersikap santun dan lemah lembut juga bertujuan untuk menjaga marwah Rasulullah SAW dan Islam itu sendiri. Karena orang yang tak kenal Islam itu memahami Islam bukan dari al-Qur’an dan hadist, tetapi dari akhlak dan sikap pemeluknya, terutama tokohnya.

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …