habib al haddad
habib al haddad

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad : Wajib Menghormati Keturunan Nabi, Tapi Bukan Berlebihan dan Fanatisme Buta

Mencintai Nabi berarti cinta pula kepada keturunannya. Siapa keturunan Nabi? Mereka adalah orang-orang yang memiliki jalur nasab kepada Nabi. Secara nasab dzurriyat (keluarga) Nabi adalah orang mulia, sebab Nabi Muhammad memiliki nasab paling mulia. Sampai kepada Nabi Adam, baik dari jalur ibu dan bapak semua terlahir melalui pernikahan yang sah. Nikah sesuai syariat Allah.

Al Qur’an tegas menyuruh umat Islam untuk mencintai dan menghormati keturunan Nabi. Dan, semata karena memandang mereka sebagai kerabat Rasulullah.

Lalu bagaimana cara mencintai para keturunan Nabi yang biasa dijuluki sayyid, syarif atau panggilan lain yang lebih populer disebut habib? Apakah menghormati mereka secara mutlak tanpa memandang perangai mereka baik atau buruk, atau ada batas tertentu dalam mencintai mereka?

Allah berfirman, “Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta suatu balasan melainkan kecintaan kalian pada kerabatku”. (QS. Al Syura:23).

Al Baghawi dalam tafsirnya menukil perkataan Sa’id bin Jubair menafsirkan kalimat “qurba” pada ayat di atas dengan arti keluarga Nabi. Demikian juga riwayat dari Imam Syu’bi, Thaus dan Ibnu Abbas.

Dengan demikian, sebagai umat Nabi Muhammad wajib menghormati dzurriyat seperti sayyid, syarif dan habib yang memiliki garis nasab dengan Rasulullah. Dengan kata lain, mencintai ahlul bait adalah perintah dari Allah langsung. Sampai Rasulullah tidak meminta balasan apapun dari umat Islam kecuali menghormati dan mencintai anak cucunya.

Bagaimana bentuk cinta terhadap ahlul bait tersebut?. Pertanyaan ini dijawab oleh Sayyid Abdullah bin Alawi al Haddad dalam kitabnya Al Fushul al ‘Ilmiyyah wa al Ushul Hikamiyyah. Tulisnya, ahlul bait mempunyai keistimewaan tersendiri, Nabi memberi apresiasi secara khusus pada mereka. Dalam banyak kesempatan beliau berwasiat agar umat Islam mencintai mereka, sebagaimana juga Allah memberi perintah yang sama seperti pada ayat di atas.

Namun begitu, menurut Sayyid Abdullah bin Alawi al Haddad, habib dan ulama yang ‘allamah (sangat alim) asal Tarim Hadramaut Yaman ini memberi catatan sekaligus peringatan bahwa dalam mencintai dan menghargai ahlul bait harus sewajarnya. Tidak boleh kelewat batas (ghulu), dan fanatik buta yang berlebihan (israf).

Masih menurut Sayyid Abdullah al Haddad, jika dzurriyat atau ahlul bait menyimpang dari ajaran dan teladan Nabi, umat Islam tetap harus menghormati mereka sebagai anak turun Nabi namun juga harus memperingati mereka. Bila karena kebodohan mereka, kemudian mencampur aduk kebenaran dan kebatilan, maka penghormatan umat Islam kepada mereka semata karena mereka memiliki kekerabatan dengan Nabi, selebihnya mereka harus dinasihati dan diberi penjelasan bahwa tindak tanduknya menyalahi leluhurnya yang suci, yakni Nabi Muhammad.

Sayyid Abdullah al Haddad juga menyayangkan sebagian orang yang beranggapan bahwa kesalahan atau dosa yang dilakukan anak cucu Nabi akan terhapus secara otomatis sebab Rasulullah pasti akan memberikan syafa’atnya kepada mereka. Sekali lagi, ini anggapan keliru dan sesat. Bukankah al Qur’an dengan tegas mengingatkan bahwa anggota keluarga Nabi dilipat gandakan pahala amal baiknya demikian juga siksa bagi perbuatan buruk mereka?

Bahkan, Sayyid Abdullah al Haddad dalam kitab yang sama mengutip sebuah hadis dari Abu Hurairah:

Rasulullah bersabda, “Wahai Fatimah binti Rasulullah, sungguh aku takkan cukup sebagai pembelamu di hadapan Allah”.

Alhasil, kewajiban umat Islam menghormati dan mencintai ahlul bait atau dzurriyat Nabi karena memandang mereka sebagai kerabat Nabi. Tapi bila melakukan penyimpangan terhadap ajaran dan teladan suci Nabi sebagai datuknya, maka orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu agama, seperti para ulama, wajib memperingati mereka supaya tidak melenceng dari jalur syariat Nabi.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …