hargai waktu
hargai waktu

Segerakan Amal Baikmu, Jangan Sia-siakan Waktumu

وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ: «أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِمَنْكِبَيَّ، فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّك غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ» وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – يَقُولُ: إذَا أَمْسَيْت فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْت فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِك لِسَقَمِك، وَمِنْ حَيَاتِك لِمَوْتِك. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.

Dari Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah meraih pundakku lalu berkata, “Jadilah engkau di dunia seperti seorang asing atau seorang pengembara.” Dan Ibnu Umar berkata, “Apabila engkau mendapati waktu sore maka janganlah tunggu waktu pagi. Apabila engkau mendapati waktu pagi maka janganlah tunggu waktu sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakit dan masa hidupmu sebelum datang masa kematian.” (HR. Al-Bukhari)

Kata ‘Gharib’ dalam redaksi hadis di atas memiliki arti seseorang yang tidak memiliki tempat tinggal untuk berteduh dan istirahat. Tidak memiliki tempat menetap untuk menenangkan hatinya, dan tidak ada negeri untuk menetap. Sebagaimana yang dikatakan terhadap Al-Masih bin Maryam: bahagialah Al-Masih, ia pergi berkelana, ia tidak punya anak yang akan meninggal dan tidak punya bangunan yang akan rubuh.

Darai arti ‘gharib’ ini, maka hadis di atas memerintahkan umat Islam untuk memposisikan dirinya di dunia seperti orang asing atau seperti pengembara. Layaknya pengembara, tujuan utamanya adalah bagaimana caranya dapat menempuh perjalanan agar sampai pada tempat yang dituju. Tujuan yang dimaksud adalah sebagaimana firman Allah,”Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. An-Najm: 42).

Ibnu Baththal berkata, “Orang asing jarang bergaul dengan masyarakat, bahkan biasanya mereka menjauhkan diri dari mereka dan tidak dapat bergaul rapat karena memang tidak ada seorang pun dari mereka yang ia kenal. Dengan demikian ia merasa dirinya rendah dan ada perasaan takut yang menggelayut.

Demikian juga halnya dengan seorang pengembara, ia tidak akan mungkin menempuh perjalanan kecuali dengan kekuatan fisik dan dengan meringankan dirinya dari beban berat yang mungkin akan menjadi kendala ketika menempuh perjalanan tersebut. Ia juga harus menyediakan perbekalan dan kendaraan untuk sampai ke tempat tujuan akhir.”

Hadits ini memberi arti agar umat Islam bersikap zuhud terhadap dunia dan mengambil perbekalan dunia sekadarnya saja. Sebagaimana halnya seorang musafir tidak memerlukan bekal melebihi keperluaan semasa di perjalanan. Demikian juga halnya seorang mukmin, ia tidak membutuhkan dunia, kecuali sekedar untuk menyampaikan dirinya ke tempat tujuan.

Hadits ini juga mengajarkan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Seseorang yang memiliki kesempatan di waktu sore untuk mengerjakan tugasnya, maka tidak layak ia menunggu hingga waktu subuh menjelang. Apabila memiliki tugas pada waktu subuh dan di saat itu mampu untuk menunaikan, tidak layak ia menunggu hingga datang waktu sore. Prinsip dasarnya adalah, muslim harus selalu mengira bahwa ajalnya terus mengintai dirinya, tidak terkira datangnya, kapan dan dimana, maut bisa datang tiap saat, sehingga kewajiban yang ditunda tidak akan sempat ditunaikan bila ajal tiba-tiba datang.

Hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar tersebut mengabarkan bahwa setiap orang pasti akan merasakan sehat dan juga merasakan sakit. Oleh karena itu, hendaklah ia pergunakan waktu sehat tersebut dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat untuk dirinya.

Karena ia tidak mengetahui kapan waktu sakit itu tiba, yang mungkin akan membatasinya untuk melakukan seluruh kebaikan-kebaikan tersebut. Apabila ketika sehat ia manfaatkan untuk berbuat ketaatan maka di saat menderita sakit,ia akan mendapatkan pahala ketaatan sama seperti pahala yang ia dapatkan ketika  sedang sehat.

Dengan ungkapan lain, pergunakan masa-masa sehatmu dan masa hidupmu sebagai bekal untuk masa setelah kematianmu. Lakukan apa saja yang bermanfaat sebagai bekal setelah kematianmu. Pernyataan ini persis seperti hadits Rasulullah:

«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا مَا تَنْتَظِرُونَ إلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَإِنَّهُ شَرُّ مُنْتَظَرٍ أَوْ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ»

“Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara: apakah kamu akan menunggu hingga kamu jatuh miskin yang membuatmu lupa? Atau menunggu hingga kamu menjadi orang kaya yang durhaka? Atau menunggu hingga kamu menderita sakit kronis? Atau menunggu hingga kamu menjadi renta dan pikun? Atau hingga datang kematian yang sudah dipersiapkan? Atau hingga datang Dajjal yang kejahatannya selalu mengintai? Atau menunggu hingga hari kiamat, padahal hari kiamat itu sangat dahsyat dan pahit.”

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …