Hasil sidang isbat dibacakan langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas dan tersiar luas seantero negeri di berbagai media nasional (20/4/23). Pengumuman tersebut sekaligus menjadi penentu kepastian NU bersama Pemerintah, berdasarkan kajian intensif para pakar, ditetapkan Idul Fitri jatuh pada hari sabtu, 22 April 2023.
Dengan adanya putusan ini, lebaran tidak terlaksana serentak, oleh karena Saudara dari kalangan Muhammadiyah secara resmi akan melaksanakan salat ied hari jumat (21/4/23). Bahkan dua Tarekat Besar, yakni Naqsyabandiyah di Sumatera Utara dan Syattariyah di Aceh telah resmi melaksanakan ibadah tahunan umat Islam itu, pagi hari ditanggal yang sama (Serambinews, 2023).
“Kami berharap bahwa, kita tidak menonjolkan perbedaan, tapi kita mencari titik temu dari persamaan-persamaan yang mungkin kita miliki. Kita harus memberikan toleransi, kita harus saling menghargai satu dengan yang lain”, tegas Gus Men.
Hadirnya 1 Syawal, terlepas dari versi manapun, mengisyaratkan telah berakhirnya bulan suci Ramadan, ditandai jutaan Umat Islam akan meramaikan Masjid di tempat masing-masing, menegakkan Salat Ied, mendengungkan takbir, ditutup khutbah, kemudian dilanjutkan saling bersilaturahmi, membangun kemaafan setelah setahun berlalu, banyak salah maupun khilaf, baik disengaja maupun tidak disengaja. Namun dibalik kemeriahan perayaan hari kemenangan sekitar 1,5 miliar kaum muslim di seluruh dunia, terdapat kabar duka menyelimuti Tanah Air, diantaranya tak sedikit Pejuang-pejuang Pembela Negara yang gugur saat melaksanakan tugas.
Kabar duka pertama, wafatnya salah seorang Petugas Imigrasi, ketika Densus 88 Antiteror Polri berhasil menangkap empat warga negara Uzbekistan terkait kasus dugaan terorisme. Seiring proses hukum berjalan, pelaku mencoba melakukan perlawanan. Akibat upaya ini, korban bernama Adi Widodo menjemput syahidnya di bulan suci ramadan. Berdasarkan keterangan Densus 88, satu orang WN Uzbekistan nekat menyerang secara fisik hingga menghilangkan nyawa pihak yang tengah menjalankan dinas.
“WNA ditempatkan di ruang detensi tersebut melakukan penyerangan terhadap petugas Imigrasi dan anggota Densus yang bertugas di kantor tersebut,” ujar juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar, di Mabes Polri, Selasa (11/4/2023).
Menurut keterangan Aswin, tujuan aksi keji WN Uzbekistan tak lain lantaran hendak melarikan diri dari Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Utara. Disebutkan tiga WN Uzbekistan sempat kabur, sementara seorang lainnya tidak. Akibatnya, seorang petugas Imigrasi tewas dan dua rekannya terluka. Menyusul dua korban luka dari personel Densus 88 yang kini masih dirawat di Rumah Sakit terdekat.
Polisi pun menyita barang bukti berupa satu unit pisau yang digunakan pelaku untuk menghabisi korban. Sebagai tindak lanjut perbuatan mereka, para WNA itu ditahan di Rutan Polda Metro Jaya guna menjalani proses hukum.
“Peristiwa ini menimbulkan korban jiwa dari petugas Imigrasi atas nama Bapak Adi Widodo meninggal dunia,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Direktoral Jenderal Imigrasi, Silmy Karim, mengucapkan kesedihan mendalam terhadap mendiang. Dilansir akun Instagram ditjen_imigrasi dan imigrasi_jakut, ungkapan resmi mengenai peristiwa kemalangan ini dirilis.
“Kami mengutuk perbuatan keji tersebut, dan meminta agar diproses hukum dengan seadil-adilnya. Atas nama keluarga besar Ditjen Imigrasi Kemenkumham RI, saya mengucapkan rasa duka serta belasungkawa atas meninggalnya almarhum Adi Widodo, semoga khususnul khotimah. Saya juga mendoakan agar korban lain yang masih dirawat intensif segera pulih seperti sedia kala,” pungkasnya.
Kabar duka kedua terjadi di Distrik Mugi, Nduga, Papua dalam operasi penyelamatan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens. Sebanyak empat personel TNI menemui syahidnya setelah menjalani baku tembak dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Pratu Miftahul Arifin, Pratu Ibrahim, Pratu Kurniawan, dan Prada Sukra, adalah nama-nama Pejuang Negara yang nyawanya tak tertolong dan telah dievakuasi RSUD Timika, Kabupaten Timika.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memutuskan meningkatkan status operasi siaga tempur. “Kita tetap melakukan operasi penegakan hukum dengan soft approach dari awal saya sudah dampaikan itu, tapi tentunya dengan kondisi seperti ini, di daerah tertentu kita ubah menjadi operasi siaga tempur,” kata Panglima di Mimika, Papua Tengah melalui rekaman suara yang dibagikan, Selasa (18/4/2023), sebagaimana dilansir BBC News.
Pasalnya kelompok yang disebut separatis teroris itu kerap menggunakan taktik tempur dengan menempatkan ibu-ibu dan anak-anak sebagai tameng untuk merebut senjata prajurit TNI. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebelumnya menyatakan untuk menggelar “operasi siaga tempur darat” di beberapa wilayah yang dianggap rawan di Papua.
Sampai saat ini, Panglima Yudo mengatakan belum bisa memastikan perubahan seperti apa yang terjadi di lapangan disebabkan pihaknya masih harus melakukan berbagai evaluasi. Sementara kondisinya, negara Selandia Baru “masih menyerahkan sepenuhnya” upaya penyelamatan pilot Susi Air kepada Indonesia. Melihat realitas mengerikan diatas, maka bisa dipastikan seluruh Aparat Militer yang bertugas, terutama yang muslim, tidak dapat turut serta dalam semaraknya Idul Fitri 1444 H.
Kemudian, Kabar duka ketiga ialah meninggalnya salahsatu anggota Densus 88, Bripda Dhendri Ahmad Septian, akibat ditusuk warga negara asing (WNA) Uzbekistan saat hendak kabur dari Kantor Imigrasi, Selasa (11/4/2023). Dhendri menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani perawatan serius di Rumah Sakit selama Sembilan hari.
“Innalillahi wainna ilaihirojiun, telah meninggal dunia Bripda Dhendri Ahmad Septian, korban penusukan di Kantor Imigrasi Jakut, Anggota Densus 88,” kata Juru Bicara Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar kepada wartawan,” (Kompas, 2023).
Lanjut Aswin, Bripda Dhendri menghadap Sang Khalik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada hari ini, pukul 11.15 WIB (20/4/23). Jenazah almarhum sedang telah dibawa ke rumah duka di Yogyakarta.
“Semoga almarhum husnul khatimah diampuni segala dosa-dosanya dan diterima di sisi Allah SWT, amiin,” lirih Aswin.
Syahid dalam Memerangi Radikalisme-Terorisme
Korban yang terus berjatuhan dalam memerangi radikalisme-terorisme, tak mengenal waktu dan tempat. Seiring ajal setiap insan memang telah tercatat jatahnya, namun menghadap Pencipta dibulan mulia memiliki rekam sejarah, jika dihubungkan keZaman Rasulullah SAW, dimana waktu itu terjadi Perang Badar (suatu tempat yang terletak antara Makkah dan Madinah yang memiliki sumber mata air). Perjuangan mempertahankan tumpah darah terasa begitu berat lantaran pasukan beliau sedang berpuasa, diperparah jumlah personel yang tidak seimbang.
Terekam jelas pada 17 Ramadhan 2 H/624 M, dikisahkan dalam Fiqhus-Siroh karya Muhammad Al-Gazali, bahwa tersiar berita di Madinah tentang adanya sebuah kafilah besar kaum kafir Quraish yang dipimpin Abu Sufyan berangkat meninggalkan Syam. Kafilah dagang tersebut akan bertolak ke Makkah untuk pulang. Mereka pun membawa barang dagangan yang sangat besar nilainya. Terdapat seribu ekor unta yang penuh dengan muatan barang berharga, bahkan dalam satu riwayat disebutkan para unta memuat kurang lebih 50.000 dinar emas. Kafilah tersebut berjumlah tidak lebih dari 30 sampai 40 orang (MUI, 2023).
Singkat cerita, Kaum Muslim yang gugur sebagai syuhada Perang Badar antara lain Kaum Quraisy dari Bani Abdul Muthalib bin Abdu Manaf, yaitu Ubadah bin Al-Harits bin Al-Muthalib. Ia dibunuh Utbah bin Rabi’ah yang memotong kakinya. Ubaidah bin Al- Harits gugur di Ash-Shafra’. Sedangkan dari Bani Zuhrah bin Kilab adalah Umair bin Abu Waqqash bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah, saudara Sa’ad bin Abu Waqqash seperti dikatakan Ibnu Hisyam, Dzu AsySyimalain bin Abdu Amr bin Nadhlah, sekutu Bani Zuhrah dari Khuza’ah, kemudian dari Bani Ghubsyan. Seluruhnya berjumlah dua orang.
Selanjutnya Bani Adi bin Ka’ab bin Luay adalah sebagai berikut: Aqil bin Al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab dari Ibnu Sa’ad bin Laits bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah, Mihja’, mantan budak Umar bin Khaththab. Disusul Bani Al-Harits bin Fihr hanya Shafwan bin Baidha’. Total syuhada’ Perang Badar dari kaum Muhajirin sebanyak enam orang. Adapun syuhada’ Perang Badar Kaum Al-Anshar dari Bani Amr bin Auf adalahSa’ad bin Khaitsamah, Mubasysyir bin Abdul Mundzir bin Zanbar.
Dengan demikian dapat dipahami, siapapun yang menghadap Ilahi dikarenakan membela agama, darah, maupun anggota keluarganya, termasuk mati syahid, dikuatkan oleh sebuah hadist:
”Dari Sa’id bin Zaid ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela agamanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya (jiwanya) maka ia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka ia syahid” (HR. At-Tirmidzi)
Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan hukum membela keutuhan tanah air adalah fardhu ‘ain, yakni wajib bagi setiap umat Islam. Beliau katakan:
“Man mata li ajali wathnahu mata syahida”
Artinya: “Dan barang siapa mati demi tanah airnya, maka ia mati syahid.”
Mengapa demikian? Alasannya jelas terkait status kesyahidan seseorang ketika gugur di medan perang melawan teroris dalam rangka membela negara, merupakan bagian tak terpisahkan dari membela agama. Keduanya ibarat dua sisi mata uang, yang berposisi saling memberi nilai satu sama lain, sehingga semakin nyatalah kesyahidan tersebut, akan dipersaksikan para malaikat dan seluruh alam, serta surga siap menyambutnya untuk kehidupan kekal nan abadi di akhirat, sebaik-baik tempat kembali.
“Selamat Tinggal Ramadan, Selamat Jalan Para Pahlawan”. Semoga senantiasa diberi ketabahan bagi sanak keluarga yang ditinggalkan.