Ramadan telah pergi, bulan mulia itu telah berangkat meninggalkan kita semua. Tentu sedih, karena nilai ibadah yang berlipat ganda tidak ada lagi. Tarawih yang begitu semangat dikerjakan ba’da shalat Isya’ di masjid dan mushalla tidak tampak lagi. Kita kehilangan. Tetapi semoga masih dipertemukan ulang dengan bulan mulia Ramadan.
Sedih karena ditinggal bulan Ramadan tetaplah kesedihan, tapi tidak boleh membuat kita larut begitu rupa. Yang terbaik adalah mendawamkan capaian sewaktu berpuasa di bulan suci. Istiqamah beribadah supaya capaian yang telah diperoleh tersebut tidak menjadi sia-sia.
Seperti diungkapkan oleh Imam Nawawi al Bantani dalam karyanya Nihayatu al Zain, untuk mempertahankan capaian di bulan Ramadan adalah dengan istiqamah menerapkan kualitas ibadah yang telah dilatih selama bulan Ramadan. Melanjutkan amaliah-amaliah bulan Ramadan di bulan-bulan berikutnya.
Dan, hal itu dimulai dengan puasa Syawal enam hari setelah Idul Fitri, puasa sunnah yang memiliki nilai ibadah setara dua bulan. Bila dijumlahkan dengan puasa Ramadan maka nilainya setara dengan berpuasa selama setahun. Ini karena pada bulan Ramadan nilai ibadah dilipatkan menjadi sepuluh. Maka sebulan Ramadan sama dengan dengan sepuluh bulan. Jadi puasa Ramadan plus enam hari di bulan Syawal totalnya sama dengan setahun.
Dasarnya adalah hadis Nabi dari sahabat Abu Ayyub al Anshari. Nabi bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa setahun penuh”. (HR. Muslim).
Di samping itu, puasa enam hari di bulan Syawal juga merupakan indikasi diterimanya puasa Ramadan kita. Sebagaimana banyak dikatakan oleh para ulama, pahala (buah) amal-amal ibadah dan kebaikan adalah perbuatan baik setelahnya. Oleh karenanya, siapa yang berbuat kebaikan, kemudian mengikutkannya dengan kebaikan berikutnya, demikian itu adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama.
Namun perlu dicatat, puasa enam hari di bulan Syawal ini bertemali erat dengan bulan Ramadan. Tegasnya, puasa enam hari ini hanya untuk mereka yang berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar al Haitami dalam Tuhfatu al Muhtaj, sabda Nabi tentang keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal berkait erat dengan puasa Ramadan. Tanpa puasa Ramadan puasa enam hari tersebut tidak spesial lagi.
Dengan demikian, alangkah rugi bila kita tidak memanfaatkan momentum puasa enam hari di bulan Syawal sebagai pelengkap puasa Ramadan. Bagaimanapun, berat rasanya apabila setahun penuh harus berpuasa tanpa jeda. Maka puasa Ramadan dan enam hari di bulan Syawal adalah rahmat Allah yang sungguh sangat besar. Karena itu, manfaatkanlah.