Pemeriksaan suhu tubuh di Bandara Arab Saudi
Pemeriksaan suhu tubuh di Bandara Arab Saudi

Setelah 20 Negara Dilarang Masuk, Arab Saudi Kembali Berlakukan Aturan Larangan Berkumpul Warga Selama Sebulan

Istanbul – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi kembali memberlakukan aturan baru terkait pencegahan penyebaran virus corona atau Covid-19. Setelah melarang masuk warga dari 20 negara, Arab Saudi kini mengeluarkan aturan larangan berkumpul warga selama satu bulan. Aturan itu diberlakukan sejak diumumkan, Kamis (4/2/2021) malam.

“Semua acara dan pesta, termasuk pernikahan, pertemuan perusahaan, dan sejenisnya, yang diadakan di ruang pertemuan akan ditangguhkan selama 30 hari,” kata Kementerian Dalam Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Anadolu Agency.

Selain itu, bioskop, pusat hiburan dalam ruangan, pusat perbelanjaan, mal, pusat kebugaran, dan arena olahraga akan ditutup untuk jangka waktu setidaknya 10 hari. Prosesi pemakaman juga dibatasi dan pelayat diwajibkan menjaga jarak satu sama lain.

Arab Saudi telah melaporkan sebanyak 368.945 kasus Covid-19 pada Rabu, termasuk 6.386 kematian.

Pulangkan 700 Ribu Jamaah Umroh

Terkait pandemi Covid-19 ini, Menteri Haji dan Umrah Muhammad Saleh Benten mengatakan Arab Saudi telah memfasilitasi pemulangan yang aman kepada 700 ribu jamaah umroh asing di Makkah dan Madinah selama pandemi pada awal 2020.

“Ada lebih dari 600 ribu jamaah umroh di Makkah dan lebih dari 100 ribu jamaah di Madinah saat pandemi menyerang, menyebabkan penutupan Dua Masjid Suci,” kata Benten dilansir dari Saudi Gazette, Jumat  (5/2/2021).

Benten mengatakan Arab Saudi mampu mengatasi pandemi karena mengerahkan semua energi dan kemampuannya melayani umat Islam dan semua orang yang ingin datang ke Kerajaan. “Terima kasih kepada Tuhan, dan kemudian atas upaya besar yang dilakukan oleh semua instansi pemerintah dan swasta,” ucapnya.

Berbicara tentang musim haji, dia juga mengatakan kementerian bekerja sama dengan pihak berwenang terkait telah menyusun rencana implementasi yang dikodifikasi untuk musim haji nanti. Tentunya dengan pengaturan manajemen keramaian yang cermat dan menjaga keselamatan jamaah.

“Studi yang dilakukan oleh kementerian, bekerja sama dengan otoritas terkait, selama musim haji yang luar biasa, memberi kami kesempatan besar untuk mendapatkan analisis akurat dari fase haji dan umroah dan peran masing-masing lembaga yang membantu kami mengatur dan mengelola berbagai hal,” ungkapnya.

Secara sederhana, itu juga memungkinkan mereka menghindari keramaian acak yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya di tempat-tempat suci dan Dua Masjid Suci. “Akan ada standar khusus untuk layanan dan deskripsi kuantitatif dan kualitatif dari setiap layanan yang diberikan kepada jamaah di Makkah dan Madinah, apakah untuk melakukan ritual umrah atau haji,” tambahnya.

Hal tersebut diungkapkan Benten dalam pidatonya pada sesi bertema “Kisah Sukses Kerajaan dalam menangani pandemi virus Corona dan dampaknya pada Perjalanan Haji dan Umroh” di Forum Ilmiah ke-20 untuk Penelitian Haji, Umroh, dan Kunjungan. Forum yang bertema “Meningkatkan Pengalaman dalam Perjalanan Tamu Tuhan” ini diselenggarakan oleh Universitas Umm Al-Qura.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

banjir

Teologi Lingkungan dalam Islam: Membaca Bencana Sumatera sebagai Peringatan dan Pelajaran

Gelombang bencana yang melanda Sumatera dalam beberapa waktu terakhir—banjir bandang di Padang, longsor di Sibolga, …

091882600 1679803445 830 556

Universitas Al-Azhar Mesir Kutuk Serangan Terhadap Mahasiswa Saat Ibadah di Kampus

JAKARTA – Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan mahasiswa yang sedang melaksanakan shalat …