Para santri yang akan mengikuti pembalajaran di pondok pesantren
Para santri yang akan mengikuti pembalajaran di pondok pesantren

Sulit Melarang Pesantren Belajar Tatap Muka

Jakarta – Pandemi Covid-19 membuat tata kehidupan bermasyarakat harus berubah. Pun begitu di dunia pendidikan, dimana untuk mencegah penyebaran Covid-19 seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan tidak dengan cara konvensional dan tatap muka, tetapi dengan cara online atau jarak jauh.

Cara belajar online ini telah berlangsung sepanjang pandemi Covid-19 bulan Maret 2020 sampai masa waktu yang belum ditentukan. Kondisi ini yang membuat proses belajar mengajar menjadi tidak efektif.

Hal ini sangat dirasakan berat dalam proses belajar mengajar di lingkungan pondok pesantren. Pasalnya, model pendidikan di pondok pesantren berbeda dari satuan pendidikan yang lain. Karena itu, meski pandemi Covid-19 masih merajalela, ada sebagian pesantren yang menggelar pembelajaran tatap muka.

Hal itu diakui Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Ali Ramdhani. Ia menyebut sulit melarang pesantren melakukan pembelajaran tatap muka.

“Pesantren ini adalah entitas yang unik, entitas yang pada satu titik kita tidak bisa melarang, karena jangkauan kita tidak bisa melarang pembalajaran tatap muka,” kata Ali dalam webinar Ngopi Seksi Outlook Pendidikan Indonesia 2021, Minggu (3/1/2021), dikutip dari laman medcom.id.

Ia menjelaskan, pemberlakuan pembelajaran jarak jauh untuk pesantren berbeda dengan madrasah. Hingga saat ini, pihaknya hanya bisa melakukan imbauan bagi pesantren terkait pembalajaran jarak jauh..

“Kalau di madrasah kita bisa, karena dia pendekatannya formal. Tapi kalau di pesantren itu sulit ketika kita menyatakan boleh dan tidak boleh melakukan proses pembelajaran tatap muka, kecuali dalam bentuk-bentuk imbauan,” ujar Ali.

Ali mengakui, pembalajaran tatap muka mengakibatkan sejumlah santri terjangkit covid-19. Namun tingkat kesembuhan para santri juga cukup tinggi. Hal itu jadi pertimbangan Kemenag tetap memberikan izin bagi pesantren melakukan PTM.

 “Tapi faktanya santri kita punya ketangguhan fisik yang relatif baik dan tingkat kesembuhannya sangat tinggi,” terangnya.

Menurut Ali, jumlah santri yang meninggal karena terpapar covid-19 tidak signifikan. Ali menyebut kasus santri meninggal karena covid-19 hanya satu banding seribu.

 “Kecuali pada tingkat pengurus pesantren. Itu yang memprihatinkan itu ada 250 kiai-kiai kita wafat karena covid-19. Ini pertanda kita harus memberi perhatikan yang kuat dan serius terhadap eksistensi pesantren termasuk pada ruang kiai-kiainya,” tuturnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ketum pemuda muhammadiyah dzul fikar ahmad tawalla 169

Usai Putusan MK, Pemuda Muhammadiyah Serukan Persatuan Dan Hidup Rukun-Damai

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan sengketa Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) 2024 pada Senin, …

Alissa Wahid ok

Semangat Emansipasi Kartini Bisa Pengaruhi Penafsiran Agama Modern Terhadap Posisi Perempuan

Jakarta – Kesetaraan gender dan penolakan terhadap diskriminasi perempuan merupakan nilai-nilai yang terus diperjuangkan dalam …