mendidik anak
mendidik anak

Supaya Sukses Mendidik Anak, Kenali Empat Model Anak dalam al Qur’an

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya bergembira, bukan murung atau menanggung sedih tak berujung. Mereka ingin anak-anaknya selalu  bergembira, bukan tangis dan duka lara. Setiap anak mendambakan keluarga yang lembut, penuh cinta dan kasih sayang.

Lebih jauh lagi, orang tua mendambakan anak-anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Namun hal ini tidak mudah, butuh usaha serius orang tua terutama dalam pendidikan yang dipilih untuk anaknya.

Islam sangat menghargai dan menghormati anak, mereka harus disayangi dan diberikan kecukupan. Segala kebutuhannya, kalau bisa kesenangannya, harus dipenuhi supaya selalu bergembira. Termasuk juga kebutuhan mereka akan pendidikan.

Dalam rangka itu, al Qur’an menjelaskan empat karakter anak yang harus dipahami oleh orang tua supaya tidak keliru dalam mendidik anaknya.

Pertama, anak berkarakter sebagai musuh.

Firman Allah, “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Thagaabun: 14).

Salah satu faktor anak tumbuh menjadi musuh karena mendapat pendidikan yang tidak tepat sehingga salah arah dalam proses perkembangan hidupnya. Baik pendidikan di keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Kedua, anak berkarakter sebagai ujian atau fitnah.

Allah berfirman, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar”. (Al Anfal: 28)

Anak menjadi seperti ini lantaran terlalu dimanja, sehingga setiap keinginannya selalu dituruti, tak peduli bermanfaat atau tidak. Menyayangi secara berlebihan sampai menghilangkan akal sehat tidak baik untuk perkembangan anak.

Hal lain yang menyebabkan anak tumbuh menjadi ujian atau fitnah ketika anak terlahir tidak normal atau cacat fisik. Orang tua harus hati-hati mendidiknya. Harus diberikan penyadaran bahwa takdir Allah adalah yang terbaik. Kekurangan apapun yang ada pada manusia menyimpan hikmah besar. Oleh karena itu, harus tetap disyukuri.

Ketiga, anak berkarakter sebagai perhiasan dan kebanggaan lahiriah semata.

Dalam al Qur’an, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak” (Al Hadid: 20)

Anak model ini adalah anak yang memperoleh sukses duniawi; kaya raya, berpangkat atau memiliki jabatan tinggi. Tetapi, anak tersebut tidak peduli dengan urusan akhirat. Sesungguhnya, anak seperti ini bukan kebanggaan, karena Allah sangat murka kepadanya karena telah melalaikan tugasnya sebagai seorang hamba.

Allah mengingatkan, “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan dalam urusan akhirat mereka lalai”. (Al Rum: 7)

Keempat, anak memiliki karakter penyejuk hati (qurruta a’yun).

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa “. (Al Furqan: 74)

Karakter anak yang terakhir adalah dambaan semua orang tua. Anak yang membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk itu, sebagai orang tua harus hati-hati dalam mendidik anak, menjaga pergaulan di lingkungan masyarakat dan selalu menanamkan nilai-nilai religius.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

buah takwa

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, …