terapi emosi
amarah

Teladan Nabi : Pemenang adalah Pribadi yang Tenang

Nabi pernah bersabda orang yang kuat itu bukan orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang dapat mengalahkan amarahnya. Kata kunci dari sabda ini sesungguhnya tantangan terbesar bagi manusia bukan menyelesaikan masalah dengan otot dan daya fisik, tetapi mengendalikan dan mengelola masalah dengan emosi dan pikiran yang jernih.

Kekuatan manusia sejatinya ada di dalam pikirannya. Ketenangan, kematangan dan kedewasaan berpikir merupakan kunci dalam menghadapi berbagai persoalan. Orang yang selalu terpancing dengan amarah akan mudah menjadi pecundang. Orang yang berhasil mengendalikan amarahnya sudah mendekati kemenangan.

Banyak teladan yang diperlihatkan oleh Nabi bagaimana sesungguhnya pemenang sejati adalah pribadi yang tenang. Kisah populer Nabi dengan tetangga Yahudi yang selalu mengganggunya dengan kotoran ketika hendak berjalan menjadi salah satu kisah yang menarik. Ketika berkali-kali diganggu Nabi tidak menampakkan amarahnya. Apakah Nabi kalah?

Ketika menghadapi orang yang membenci diri kita sesungguhnya yang bertarung bukan diri kita, tetapi orang itu dan amarahnya. Para pembenci sejatinya sedang melawan dirinya sendiri. Nabi tidak ingin melawan orang tersebut yang sedang melawan amarahnya sendiri. Nabi membiarkan orang itu takluk dengan amarahnya sendiri.

Suatu hari ketika orang Yahudi itu sakit, Nabi memberikan perlawanan yang sangat elegan. Apa perlawanan Nabi? Mengalahkan amarah orang yahudi itu dengan menjenguknya. Orang Yahudi itu sangat terharu dan konon memeluk Islam karena melihat kebaikan hati dan akhlak Nabi. Siapa yang menang? Ya, pribadi yang tenang yang ditunjukkan oleh Nabi.

Suatu ketika ada orang badui (Arab Pedalaman) masuk ke masjid di Madinah dan kencing di dalamnya. Para Sahabat murka dan ingin menghukumnya. Nabi menahan para sahabat agar tidak bertarung dengan amarahnya. Nabi membiarkan Badui itu menyelesaikan kencingnya.

Selanjutnya Nabi dengan tenang memberikan nasehat bahwa masjid adalah tempat ibadah. Nabi malah menyuruh para sahabat membersihkan bekas kencing itu dengan air. Apakah Nabi mengalah? Apakah Nabi kalah?

Liat hasilnya. Sikap lembut dan tenang itu membuat badui tersentuh dan kemudian masuk Islam. Nabi sekali lagi menjadi bukti sebagai pemenang dengan sikap yang tenang.

Seni Mengelola Amarah

Ingin menjadi pemenang sejati? Baik, kendalikan dan Kelola amarah. Bagaimana itu dilakukan?

Ingat kata kuncinya bahwa pribadi yang tenang adalah pemenang. Ketika berada dalam kondisi tidak tenang karena diliputi amarah, jangan pernah mengambil keputusan apapun. Nabi mengajarkan : Janganlah seorang memutuskan perkara di antar dua orang dalam keadaan marah.

Keputusan yang diambil dalam keadaan marah adalah sesuatu yang tidak obyektif. Keputusan emosional yang tidak melihat jangka panjang. Jika ingin menjadi pemenang, jangan pernah memutuskan perkara dalam keadaan marah.

Bagaimana ketika seseorang diliputi oleh amarah. Manusia tidak akan sepenuhnya hidup landai dan tanpa masalah. Kadang banyak peristiwa yang terjadi dan merugikan diri kita. Banyak hambatan yang menghalangi kerja kita. Marah adalah manusiawi yang tidak bisa dihindarkan. Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut?

Nabi mengajarkan dengan begitu luar biasa. Marah itu dari setan yang diciptakan dari api. Ketika kalian marah hendaklah berwudhu’. Apa manfaatnya?

Mari kita lihat ketika seorang marah, maka suhu tubuhnya semakin meningkat. Marah diibaratkan seperti sesuatu yang panas baik secara emosional dan fisik. Kenapa itu terjadi? Marah merupakan reaksi fisiologis yang dipicu oleh sistem saraf simpatik yang menyebabkan detak jantung meningkat, tekanan darah, aluran darah terpacu. Proses reaksi itu menyebabkan sensasi tubuh dan wajah menjadi panas.

Memberikan sentuhan air pada wajah, tangan, dan lainnya akan membantu menenangkan sistem saraf seseorang dan mengurangi respon fisiologis yang berlebihan. Wudhu adalah sebuah pendekatan fisio-terapi yang mengandung mindfulness. Memberikan ketenangan agar kita fokus pada masalah, bukan amarah. Pada akhirnya akan membantu memberikan ketenangan.

Berilah jarak antara mengambil keputusan dengan situasi ketika kamu dilanda amarah. Nabi juga mengajarkan ketika kamu marah, diamlah. Diam adalah kondisi meditatif agar orang tidak terbawa suasana. Sulit mengontrol anggota tubuh apalagi mulut ketika dilanda amarah. Karena itulah, berhenti sejenak dengan diam untuk mengatur ritme emosi dan pikiran kita.

Ketika hati sudah tenang, pikiran sudah jernih, ambillah keputusan. Niscaya kamu akan menjadi pemenangnya. Itulah teladan dari Nabi.

Allahuma shalli wa sallim wa barik ala sayyidina Muhammad. Terima kasih atas ilmu dan teladanmu.

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …