Terowongan Silaturahmi
Terowongan Silaturahmi

Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal-Gereja Katedral Untuk Harmonisasi Kehidupan Beragama

Jakarta – Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereje Katedral tengah dalam pengerjaan. Terowongan bawah tanah yang menghubungkan dua rumah ibadah di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, itu mulai dibangun 20 Januari lalu dan ditargetkan rampung pada 31 Maret mendatang.

Wakil Ketua Bidang Peribadatan Masjid Istiqlal, Abu Hurairah mengatakan, Masjid Istiqlal sejak awal memang sengaja dibangun di dekat Gereja Katedral dengan harapan terciptanya kerukunan antara dua umat beragama. Diharapkan dengan adanya Terowongan Silaturahmi ini akan membuat harmonisasi kehidupan beragama di Indonesia menjadi lebih baik.

“Pembangunan Terowongan Silaturahmi ini senada dengan cita-cita Presiden pertama RI Soekarno saat membangun Masjid Istiqlal yaitu menciptakan kerukunan di tengah keberagaman,” katanya dikutip dari laman Kompas.com.

Abu bercerita, Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta saat itu sempat berdebat saat menentukan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Hatta ingin Masjid Istiqlal dibangun di sekitar Jalan MH Thamrin, tepatnya di tempat Hotel Indonesia Kempinsky berdiri saat ini. Alasannya agar dekat dengan pemukiman masyarakat Islam.

Namun Soekarno ingin Masjid Istiqlal dibangun di bekas Benteng Citadel. Sebab, Bung Karno ingin Masjid Istiqlal menjadi simbol kemerdekaan sekaligus mengubur simbol kejayaan Belanda. Selain itu, lokasi tersebut juga dipilih karena berdekatan dengan Gereja Katedral, yang sudah dibangun Belanda sejak 1928.

“Beliau (Bung Karno) juga mendekatkan antara Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal karena beliau menyadari Bangsa Indonesia kan beragam, agamanya banyak dan itu enggak mungkin jadi satu. Caranya adalah mendekatkan, bukan menyatukan,” ujar Abu.

Abu menilai niat awal Soekarno untuk mendekatkan umat Islam dan kristiani melalui dua rumah ibadah tersebut terbilang berhasil. Sejak Istiqlal dibangun sampai hari ini, kerumunan antar pengurus dan jemaah dua rumah ibadah selalu terjaga.

“Tak pernah terjadi konflik, bahkan dari tahun ke tahun hubungan makin bagus. Kami pengurus saling membantu kalau ada acara,” ucap Abu.

Abu berharap pembangunan terowongan silaturahmi Masjid Istiqlal-Gereja Katedral bisa lebih mendekatkan lagi hubungan antara umat di kedua rumah ibadah itu.

Ia mengungkapkan, salah ide pembangunan Terowongan Silaturahmi itu datang dari pimpinan dua rumah ibadah yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

“Karena selama ini memang pimpinan dua rumah ibadah sering ketemu, sering diskusi, baik di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dari situ mulai muncul ide bagaimana kalau kita adakan fasilitas terowongan,” kata Abu.

Usul itu kemudian disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Presiden kemudian menyetujui terowongan tersebut dibangun berbarengan dengan renovasi masjid terbesar di Asia Tenggara itu.

Oleh karena itu, Abu menekankan bahwa terowongan tersebut bukan hanya berfungsi sebagai simbol kerukunan umat islam dan kristiani. Namun terowongan itu memang mempunyai fungsi untuk memudahkan dua pimpinan rumah ibadah saat hendak berkunjung atau untuk keperluan para jemaah.

“Kan banyak yang bilang itu terowongan enggak perlu, kerukunan katanya cukup dari hati. Enggak, memang itu fasilitas,” kata Abu.

Selain untuk dua pimpinan rumah ibadah, terowongan itu juga bisa digunakan bagi para jemaah. Abu menjelaskan, selama ini banyak umat Katedral yang memarkirkan kendaraan di Masjid Istiqlal saat ibadah di hari besar umat kristiani. Itu karena fasilitas parkiran di Gereja Katedral terbatas.

Dengan terowongan itu, umat Katedral yang memarkirkan kendaraan di Istiqlal tak perlu lagi menyebrang jalan.

“Selama ini untuk menyebrang kan susah. Apalagi untuk yang sudah tua. Jadi nanti parkir di basemen Istiqlal, mereka keluar mobil tinggal jalan masuk terowongan,” kata Abu.

Terowongan ini direncanakan memiliki panjang 33 meter dengan kedalaman 7 meter. Abu menyebutkan, tampilan terowongan juga akan dibuat secantik dan semenarik mungkin. “Pak Imam Besar ingin tidak hanya lubang seperti lubang tikus. Pak Imam Besar berpesan ke arsiteknya agar dibuat menarik sehingga orang tertarik lewat situ. Mungkin dibuat gambar-gambar, nanti bisa foto-foto di situ. Orang bisa duduk duduk, bisa berdialog,” paparnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …