UAS
UAS

UAS pun Mengakui Sudah Ada Penceramah Radikal

Sebelum ramai dan viral tentang penceramah radikal yang disinggung oleh Presiden Joko Widodo, penceramah kondang Abdul Somad atau populer dengan sebutan UAS sudah lama mengakui adanya penceramah radikal. Dalam sebuah ceramah akbar yang diselenggarakan Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Masjid Istiqlal, Jakarta, (25/7/2018) UAS menyatakan bahwa masjid yang penceramahnya menyampaikan ujaran kebencian hanya 6 persen saja. Data tersebut ia dapatkan dari riset tim DMI.

Dengan berbekal data tersebut, UAS memang memahami ada persoalan penceramah yang memberikan ceramah yang menebar kebencian. Karena itulah, menurutnya masyarakat harus kritis jika ada kalimat penceramah yang menebar kebencian. Misalnya yang dicontohkan UAS adalah kalimat intoleransi seperti perbedaan agama. Menurut UAS penceramah seperti itu layak diprotes, dikritik dan diturunkan.

Berita lama tersebut hanya sebagai bentuk jejak digital bagaimana isu penceramah radikal atau penebar kebencian itu sudah menjadi konsen lama. Bukan menebar persaudaraan tetapi menebar kebencian dan permusuhan berdasarkan latarbelakang perbedaan. Bukan memberikan pencerahan, tetapi justru menebar perpecahan di tengah umat. Munculnya penceramah seperti itu harus menjadi perhatian karena ia seolah menunggangi mimbar agama untuk kepentingan pandangan kelompoknya.

Sebenanrya persoalan yang disinggung Jokowi adalah barang lama yang sudah banyak menyebar di berbagai masyarakat. Kini, kelompok ini sudah berani masuk ke lingkaran pemerintah bahkan TNI-Polri. Cukup beralasan ketika Presiden memberikan warning sebagai bentuk kewaspadaan. Aparat negara tidak boleh disusupi dari dalam dengan ajaran radikal yang mengatasnamakan ceramah agama.

Mimbar-mimbar agama sudah ditunggangi oleh kelompok ini. Karena itulah, pesan Jokowi menjadi penting juga bagi masyarakat agar tidak mengundang penceramah radikal. Dalam konteks masyarakat pesan ini menjadi bermanfaat agar masyarakat hati-hati memilih penceramah dan ustadz.

Setidaknya ada hal yang perlu diperhatikan ketika memilih ustadz atau penceramah. Pertama, jangan terpaku pada popularitas, tetapi melihat kualitas dan kapasitas keilmuannya. Orang alim enggan untuk memamerkan ilmunya. Ketaqwaannya dan luasnya ilmu menahan dirinya untuk berbuat demikian. Wara’ dan zuhud. Bukan mengandalkan popularitasnya.

Kedua, mencari guru yang jelas riwayat ilmu dan belajarnya. Sanad menjadi penting agar mengetahui kualitasnya. Sanad berarti siapa gurunya dan belajar di mana. Karena salah undang akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Banyak penceramah yang justru melahirkan kontorversi di tengah masyarakat.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbuka puasa ala Rasul

Bingung Puasa Sunnah Syawal atau Membayar Hutang Puasa?

Setiap tahun, umat Islam dihadapkan pada pilihan yang penting: apakah lebih baik melaksanakan puasa sunnah …

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …