wabah virus
wabah virus

Virus Corona: Antara Wabah, Musibah dan Muhasabah

Virus corona menjadi wabah yang telah mengejutkan dunia. Penularannya yang begitu mudah dan tingkat mortalitas (kematian) yang sangat tinggi telah menjadi perhatian negara-negara tidak hanya Cina di mana virus ini menjadi musibah. Apakah wabah ini adalah musibah, azab atau momen muhasabah?

Virus corona bukan seperti tamu tak diundang. Virus ini datang menghebohkan karena ada yang memantiknya. Setiap musibah sejatinya datang sebagai ganjaran atas apa yang manusia lakukan.  Al-Qur’an gamblang jelaskan hal ini.  

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS: Rum:41

Dari ayat ini bisa disimpulkan, bahwa bencana dengan mewabahnya virus corona, sesungguhnya adalah buah, hasil dari apa yang mereka (manusia) perbuat. Perbuatan manusia, terkelompokkan menjadi dua macam. Pertama, perbuatan taat. Kedua, perbuatan maksiat.

Ibnu ‘Athiyah mengatakan, bahwa kerusakan itu merupakan konsekuensi dari perbuatan maksiat. Karena perbuatan taat hanya akan berakibat pada perbaikan bukan pada kerusakan. Al-Muharrar al-wajiz, 5/256.

Pola mewabahnya virus corona yang menakutkan tidak hanya terjadi pada masa kini. Pada zaman rasulullah penyakit mudah menular dan mematikan di suatu daerah juga pernah terjadi. Penyakit itu dalam sejarah dikenal dengan tha’un.

Suatu saat Rasululah ditanya soal penyakit tha’un. Dengan gamblang Rasulullah mendiskripsikan thaun sebagai kotoran (azab).

عن عامر بن سعد بن أبي وقاص ، عن أبيه ، أنه سمعه يسأل أسامة بن زيد : ماذا سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم في الطاعون ؟ فقال أسامة : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” الطاعون رجز أو عذاب أرسل على بني إسرائيل أو على من كان قبلكم ، فإذا سمعتم به بأرض ، فلا تقدموا عليه ، وإذا وقع بأرض وأنتم بها ، فلا تخرجوا فرارا منه

Dari ‘Amir Ibn Sa’ad Ibn Abi Waqqash, dari ayahandanya, bahwa beliau (‘Amir Ibn Abi Waqqash) pernah mendengar bahwa ayahandanya pernah bertanya kepada Usamah Ibn Zaid. Apa yang engkau dengar dari Rasulullah soal Tha’un? Usamah berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tha’un adalah sejenis kotoran (azab) yang ditimpakan kepada satu golongan dari Bani Israil atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya”. (Shahih Muslim No. 4204)

Mengapa Rasul menggambarkan tha’un sebagai kotoran. Ini mengindikasikan bahwa tha’un merupakan efek buruk dari sebuah lokusi atau akibat negative dari sebuah aksi. Bila narasi ini dibenarkan, maka tentunya harus ada perbaikan diri untuk menjadi pribadi yang Yarji’un.

Digambarkan sebagai azab, maka hakikatnya, tha’un adalah siksaan Allah yg diganjarkan kepada manusia yg melanggar aturan agama. Siksaan atau azab dengan segala jenis bentuk dan ragamnya, sesungguhnya merupakan tamparan keras kepada manusia.

Untuk apa musibah yang mewabah seperti itu diturunkan? Supaya mereka mau melakukan muhasabah atau introspeksi terhadap perbuatan di masa lalu untuk menjadi insan yang yarji’un di masa depan, Insan yang berbenah untuk sebuah amanah Allah.

Dalam sebuah Haditsnya, Rasulullah bersabda

‏قال رسول الله يا معشر المهاجرين خمس إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون

Rasulullah bersabda: “”Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (fahisyah) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit tha’un (HR:Ibnu Majah 4017)

Ahmad Warson Munawwir, mengartikan tha’un dengan penyakit sampar (menular) yang menyerang paru paru. Dengan pengertian ini, maka virus corona memiliki artikulasi yang sama dengan tha’un. Bila kesimpulan ini diterima, maka berarti  pula mewabahnya virus corona merupakan konsekuensi logis dari tindakan keji manusia, dan tutur kata yang tak terpuji manusia.

Virus corona dan tha’un merupakan wabah yang menjadi musibah yang mendorong kita bersama untuk selalu bermuhasabah. Mulailah berbenah diri dan mawas diri. Karena dengan begitu manusia akan senantiasa dihantui rasa takut untuk melakukan dosa, seorang pendosa yang khawatir akan dosa-dosa akan mengantarkannya menjadi manusia yang yarji’un.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …