situs radikal
situs radikal

Waspada Situs Radikal Tumbuh Subur Di Internet

Kemajuan media komunikasi yang pesat membuat masyarakat harus mengikuti perubahan zaman. Salah satu dari fase tersebut adalah mengenai penggunaan internet dengan berbagai media sosial yang ditawarkan. Pertukaran informasi yang amat pesat merupakan salah satu kelebihan hadirnya internet. Dilansir dari laman databoks Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar. Dari laporan We Are Social, ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia per Januari 2022. Jumlah itu naik 1,03% dibandingkan tahun 2021, dengan jumlah pengguna internet tercatat 202,6 juta. (databoks, 23/03/22)

Peningkatan penggunaan internet ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat terhadap media informasi yang meningkat. Dengan internet mereka dimudahkan dalam segala hal, mengakses berita bisa dilakukan dimana saja. Informasi bisa didapat hanya di ujung jari. Masyarakat sangat dimanjakan dengan adanya internet ini. Kendati demikian hadirnya internet bukan hanya memberikan dampak positif, melainkan juga dampak negatif. Internet hadir sebagai media komunikasi yang memiliki dua mata pisau, bisa digunakan untuk menebar kebaikan namun juga dapat dijadikan sebagian kelompok untuk menyebarkan paham radikal. Jangkauan internet sangat luas, jadi memungkinkan mereka untuk menggaet siapa saja, dan tidak menutup kemungkinan mereka akan melebarkan sayap dan merekrut pasukan dari berbagai kalangan.

Menurut Golose kelompok radikal teroris di dunia siber akan melakukan kegiatan yang dikenal dengan 9P yang meliputi: propaganda, perekrutan, pelatihan, penyediaan logistik, pembentukan paramiliter secara melawan hukum, perencanaan, pelaksanaan serangan teroris, persembunyian dan pendanaan. (Golose, 2015:31) Kegiatan tersebut mereka lakukan untuk memperkuat dan membangun organisasi terorisme, mereka mempromosikan ideologi terorisme, menyebar ketakutan serta mendoktrin para anggota untuk senantiasa berjuang dalam kelompok tersebut.

Adanya internet sangat membantu dan benar-benar dimanfaatkan oleh para teroris untuk menjaring pengikut sebanyak-banyaknya. Propaganda penyebaran paham radikal mereka kemas melalui berbagai situs website maupun media sosial. Konten yang mereka suguhkan berupa gambar, meme, video maupun tulisan. Mereka mengumpulkan follower supaya bisa menyebarluaskan kampanye mengenai radikalisme.

Penyalahgunaan Internet Oleh Para Teroris

Pasukan kaum radikal ini sangat paham mengenai orang-orang yang akan menjadi targetnya. Mereka pandai mengambil peluang dengan terus mengenalkan paham radikal di dunia maya. Menurut Bher terdapat lima peluang hadirnya internet bagi kelompok teroris. Pertama, kehadiran internet memberikan peluang kepada seseorang untuk dapat terpapar ideologi radikal. Fasilitas yang disediakan oleh internet dimanfaatkan oleh teroris untuk memunculkan konten-konten yang berkaitan dengan radikalisme. Dengan mudah mereka dapat mengenalkan ideologi mereka para pengguna internet.

Kedua, internet menjadi echo chamber bagi ideologi radikal. Melalui situs web, blog, dan media sosial mereka dapat menghimpun materi yang menarik mengenai berbagai propaganda. Ketiga, internet dapat mempercepat proses radikalisasi, dengan hadirnya media ini seseorang akan memperoleh kemudahan untuk mendapat informasi mengenai informasi radikal dan propaganda. Keempat, terbukanya peluang adanya radikalisasi tanpa adanya kontak fisik. Meskipun tidak bertemu secara langsung, namun mereka merasakan kedekatan emosional yang begitu kuat. Kelima, internet meningkatkan peluang terjadinya self-radicalization para penggunanya tidak perlu melakukan kontak langsung dengan anggota teroris lain untuk dapat mengenal mengenai pola dari aktivitas terorisme. Karena di internet sendiri telah disediakan berbagai pola terorisme. (Bher, Reding, Edwards, Gribbon, 2013: 17)

Kehadiran situs-situs yang berkaitan dengan radikalisme akan menebar ketakutan dan kekhawatiran bagi masyarakat. Bertambahnya kelompok radikal dan terorisme akan mengancam kelangsungan hidup warga Indonesia, mereka akan mengirim beberapa orang untuk menggunakan bom bunuh diri. Dengan berbagai dalih yang dikeluarkan, para anggota teroris telah bersedia menyerahkan jiwa, raga, harta dan apa yang mereka punya demi kelompoknya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kasus bom bunuh diri yang melibatkan anak-anak, yang notabene tidak pernah mengetahui apa yang sedang orang tuanya lakukan.

Membentengi Diri Dari Radikalisme di Internet

Ketika berbagai website dan media sosial para teroris tumbuh subur di internet, kita harus senantiasa waspada. Dalam setiap pergerakannya setiap orang bisa saja tergelincir dari berbagai konten yang telah disediakan. Kewaspadaan itu dimulai dari: pertama, memahami ajaran Islam secara menyeluruh, bukan hanya tekstual. Salah satu yang mereka incar untuk bergabung dengan kelompoknya adalah mereka yang memiliki keinginan besar untuk belajar Islam. Awalnya mereka menawarkan konsep pemikiran Islam yang sesuai syariat, sesuai teks dan ajaran Alquran. Nyatanya itu digunakan untuk menarik simpatisan, setelah orang tersebut tertarik dan mulai mengikuti berbagai kegiatan. Mereka akan mulai mendoktrin mengenai konsep ideologi radikal.

Kedua, tidak memakan mentah-mentah sebuah konten. Sebagai manusia yang hidup dijaman yang serba canggih, Anda harus jeli dalam menanggapi setiap konten yang ditonton. Jangan terburu menyimpulkan terhadap sebuah potongan video atau gambar yang beredar di internet. Hal ini bisa dilakukan untuk membentengi diri dari propoganda-propoganda teroris. Ketiga, jangan menutup diri dari informasi. Ketika telah terjebak dalam sebuah circle yang mengarah pada radikalisme, jangan serta merta hanya berkumpul dengan kaum tersebut. Kamu harus menghimpun informasi mengenai aliran yang sedang dianut. Jangan terlalu fanatik dengan aliran tersebut, untuk menjaga dari berbagai dampak propaganda radikalisme.

Keempat, libatkan keluarga untuk membentengi diri dari radikalisme. Peran keluarga menjadi sangat krusial untuk membentengi diri dari radikalisme. Ketika ada anggota keluarga yang mulai menyimpang dan mulai aneh dalam perilaku maupun tindakan, maka keluarga harus mulai memantaunya. Sebelum semuanya terlambat, keluarga hadir sebagai orang terdekat sebelum terjerumus lebih dalam dalam jurang terorisme.

Kelima, pendidikan berperan untuk menangkal potensi radikalisme anak. Salah satu mangsa yang mereka cari adalah para anak muda yang sedang mencari jati diri seperti anak sekolah yang sedang berada pada fase penasaran. Maka dari itu lembaga pendidikan harus sering mengadakan sosialisasi, dan seminar yang berkaitan dengan radikalisme. Selain itu lembaga pendidikan juga memiliki tugas untuk ikut memantau para peserta didik supaya tidak terjerumus pada terorisme.

Keenam, pemerintah harus mengambil peran. Adanya berbagai kasus terorisme akan sangat merugikan bangsa negara maupun keutuhan NKRI termasuk citra Indonesia dimata dunia. Maka dari itu kominfo beserta BNPT harus mengambil langkah tegas, yakni memblokir akun media sosial, website, ataupun blog yang menebar ujaran kebencian dan berbagai hal yang mengacu pada radikalisme. Hal ini supaya dapat memutus mata rantai  propaganda terorisme melalui internet. Radikalisme bisa kita cegah ketika kita bisa bijak dalam menggunakan internet.

Bagikan Artikel ini:

About Anisa Rachma Agustina

Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung