kh ahmad dahlan
kh ahmad dahlan

3 Kiat Menuju Masyarakat Tangguh dan Beradab Ala KH Ahmad Dahlan

Nama KH. Ahmad Dahlan sangat moncer dikalangan bangsa Indonesia karena ia termasuk orang yang memiliki jasa besar terhadap berdirinya republik ini. Tak ayal dan tak berlebihan jika hingga hari ini, KH. Ahmad Dahlan masih diperbincangkan. Ada satu hal yang menarik dan perlu ditelisik lebih dalam, terutama perjuangan dan pemikirannya agar masyarakat tangguh, mempunyai daya tangkal terhadap ideologi radikal dan hal-hal lain yang mengancam ketertiban bangsa.

Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868 di Kauman Jogjakarta dari keluarga Muslim tradisional (Mulkham, 1990: 7). Latar belakang keluarganya itu justru mendorongnya untuk membawa semangat pembaharuan dan berusaha melepaskan belenggu umat dari taqlid (Syarif, 2017: 76). Melalui organisasi keislaman yang ia dirikan pada tahun 1912, yakni Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan melakukan berbagai terobosan berlandas pada ide pembaharuannya.

Bidang pendidikan menjadi salah satu konsentrasi KH. Ahmad Dahlan. Salah satu usaha yang dilakukan pria kelahiran 1 Agustus itu adalah memperbaharui sistem pendidikan yang dualistik; yakni terjadi perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Oleh KH. Ahmad Dahlan, pendidikan yang dualistik itu disatutukan sehingga antara pendidikan umum dan agama bisa berjalan beriringan (Lubis, 1995: 102). Sehingga, dengan konsep integrasi itu akan melahirkan generasi yang shaleh secara intelektual dan spiritual serta sosial (Ahmad, 2015: 144).

Dengan berdirinya Muhammadiyah, usaha-usaha dan pemikiran pembaharuan KH. Ahmad Dahlan yang pernah menjadi cita-citanya mulai digulirkan dan dilaksanakan hingga hari ini (Iwan Setiawan, 2018:7). Satu nilai luhur lagi yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah, umat Islam harus belajar dan memiliki wawasan yang luas. Putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar itu juga meyakini bahwa kebenaran itu berdasarkan wawasan yang lebih luas. Dengan demikian, untuk mencari kebenaran, tidak bisa melalui satu jalur apalagi merasa benar sendiri (Jainuri, 2002: 45 dan Mulkam, 2010).

Begitu penting dan sentral peran KH Ahmad dahlan dalam memperjuangkan kemerdekaan sekaligus mengisi kemerdekaan Indonesia. Sehingga, atas jasanya yang besar itu, KH. Ahmad Dahlan pun dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional menurut Surat kepres No. 657 Tahun 1951.

Pijakan bagi Masyarakat Tangguh

Jika ditelisik lebih jauh, diantara peran KH. Ahmad Dahlan yang bisa menjadi pijakan bangsa Indonesia guna menjadi masyarakat yang tangguh dan beradab adalah sebagai berikut:

Pertama, berpikiran terbuka dan berwawasan luas. Di atas sudah disinggung bahwasanya, menurut KH. Ahmad Dahlan, untuk mencari kebenaran tidak boleh merasa benar sendiri dan belajar pada satu orang atau satu sumber saja. Mempunyai pola pikir yang progresif dan inklusif ini merupakan syarat utama untuk menuju masyarakat tangguh.

Jika masyarakat sudah memiliki pikiran yang terbuka, inklusuf dan mendalam serta tidak merasa benar sendiri, maka hoaks, provokasi bahkan ideologi radikal tidak akan mempan memasuki alam pikiran segenap bangsa ini. Sebab, hoaks, provokasi dan radikalisme itu landasan berpikirnya sangat kropos sehingga mudah dimentahkan oleh orang yang berwawasan luas.

Kedua, membangun kerukunan beragama. Masyarakat yang tangguh adalah yang mampu berinteraksi secara positif. Interaksi ini akan terjadi jika cara pandang yang benar dijalankan. Lebih-lebih dalam konteks ke-Indonesiaan, dimana masyarakatnya sangat beragam. Membangun kerukunan adalah kunci utama untuk memaksimalkan kenyamanan dan kesejahteraan bangsa.

Selama ini, kerukunan kerap tercerderai atas nama agama. Artinya, ada sekelompok yang mengatas-namakan agama yang memusuhi kelompok yang beragama lain. Inilah yang kemudian memunculkan laku radikal.

Terkait dengan kerukunan beragama, KH. Ahmad Dahlan sudah jauh-jauh meletakkan pondasinya. KH. Ahmad Dahlan menghormati para pemeluk agama selain Islam. Hal itu dibuktikan dengan pergaulannya yang amat luas, tidak terbatas sesama pemeluk agama Islam saja. (Adi Nugraha, 2010).

Lebih jauh lagi, KH. Ahmad Dahlan mengatakan bahwa kerukunan beragama tidak bisa dipahami sebagai merukunkan ajaran agama, karena masing-masing agama mempunyai kepercayaan masing-masing. Kerukunan beragama adalah menjalin sinergi positif dalam kehidupan sosial-politik. Jadi, yang rukun bukan agamanya (menyatukan ajaran agama), tetapi umatnya, yang sama-sama lahir dari rahim bangsa yang sama.

Ketiga, moderat dalam memandang tradisi atau budaya. Indonesia kaya akan tradisi atau budaya. Hal ini bukanlah suatu ancaman atau bertentangan dengan ajaran agama. Padahal, kearifan lokal itu bisa diambil sisi positifnya.

Kajian Wulandari (2017) menyimpulkan bahwa strategi dakwah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah moderat dalam memandang tradisi atau budaya yang berkembang di masyarakat. Wujud sikap moderat ini nampak pada sikap menyampaikan dakwah tanpa embel-embel pengkafiran. Ahmad Dahlan selalu menerapkan sikap moderat dan elegan dengan prinsip dengan pengetahuan agama, seorang harus mampu mengambil hal baiknya dan yang buruk ditinggalkan.

Setidaknya tiga hal di atas yang ingin diterapkan KH. Ahmad Dahlan kepada generasi saat ini dan yang akan datang. Dengan berbekal tiga nilai luhur di atas, akan menjadikan bangsa Indonesia tangguh dan beradab. Masyarakat pun akan cerdas dalam memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di republik ini maupun di luarnya. Ideologi transnasional seperti ISIS tidak akan ada lagi tempat bagi seluruh bangsa Indonesia.

Bagikan Artikel ini:

About Fauziyatus Syarifah

Mahasiswi magister program PAI UIN Walisongo Semarang

Check Also

hemat

Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Sebagian besar umat Islam tentu merasakan bahkan juga mengalami kalau setiap bulan Ramadan, pengeluaran suka …

ramadan

Sambut Ramadan dengan Bekal 4 Ilmu Ini Supaya Ibadah Kamu Sah dan Tidak Sia-sia!

Islam adalah agama wahyu. Alquran sebagai wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad, adalah pedoman bagi …