ibnu arabi
ibnu arabi

5 Adab Mendengarkan Berita tentang Rasulullah Saw. Menurut Ibnu ‘Arabi

Muhyiddin Muhammad Ibnu ‘Arabi (1165-1240 M) merupakan seorang sufi besar dan filsuf dari Spanyol. Dalam perkembangan tasawuf, ia mendapat gelar Syaikhul Akbar. Pengaruhnya begitu luas di dunia Islam. Mistikus yang dikenal karena ajaran Wahdatul Wujudnya ini bisa dibilang cukup produktif menghasilkan karya. Salah satu karya pentingnya adalah Futuhat al-Makkiyah. Di dalamnya ia membahas banyak persoalan dari sudut pandang sufistik dengan penafsiran esoteris atas ayat-ayat al-Qur’an. Maka tak jarang, kitab tersebut digolongkan sebagai karya tafsir sufi-isyari.

Di antara pembahasan dalam Futuhat al-Makkiyah yaitu bagaimana seorang muslim memaknai kehadiran Rasulullah Saw. Bagaimana cara menyambungkan rohani dan menjaga ikatan batin dengan sang pembawa cahaya Islam. Menghayati sosok Rasulullah Saw. adalah bagian dari rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh seorang hamba dalam menempuh jalan menuju keridaan Allah Swt. Oleh karena itu, Ibnu ‘Arabi menyerukan agar setiap kali mendengar berita tentang Rasulullah Saw. baik berupa hadis, sirah nabawi, kisah, dan lain sebagainya haruslah senantiasa menjaga adab. Adapun adab tersebut sesungguhnya telah diajarkan langsung oleh Allah Swt. dalam kitab suci. Ini bisa diperhatikan dalam tafsir beberapa ayat. Sekiranya disimpulkan ada lima poin sebagai berikut:

Pertama, saat mendengar hadis dan berita tentang Rasulullah Saw. hendaklah menghadirkan hati dengan setulusnya seakan kita tengah berhadapan, mendengarkan atau melihat langsung Rasulullah Saw. Apapun yang berkenaan dengan Rasulullah Saw. merupakan perkataan agung, maka sikap yang semestinya adalah tenang dan menyimaknya dengan baik-baik. Sama halnya saat mendengar bacaan al-Qur’an, mendengarkan hadis dengan adab yang baik dapat menjadi sebab turunnya rahmat, karena sejatinya Rasulullah Saw. adalah al-Qur’an itu sendiri. Segala cara hidup dan akhlak beliau adalah cerminan dari nilai-nilai al-Qur’an. Allah Swt. berfirman:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Qs. Al-A’raf [8] : 204)

Kedua, simaklah hadis dan berita tentang Rasulullah Saw. sampai selesai. Jangan menyela atau memotongnya dengan omong kosong dan abai. Ini merupakan bagian dari tawaduk yang dapat mengeratkan hubungan kita dengan kalbu mulia beliau, yang berikutnya juga membantu mengencangkan tali “hablun min allah”. Sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. adalah wahyu yang sumbernya dari Allah Swt. Jadilah pendengar yang baik sebagaimana Rasulullah Saw. telah dididik oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ

“Janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu.( Tahaa [20] : 114 )

Ketiga, tempatkanlah hadis dan berita tentang Rasulullah Saw. pada perhatianmu yang paling tinggi. Muliakan sebagaimana kita memuliakan sosoknya. Jangan sampai mengangkat suara atau melantangkannya sebagaimana sudah biasa kita lakukan saat berbicara dengan orang lain. Jangan campur-adukkan dengan perkataanmu yang tidak ada hubungannya sama sekali. Inilah bentuk menghadirkan Rasulullah Saw. dalam kehidupan kita. Meskipun kita tidak pernah bertemu langung dengan beliau, perlakukanlah apa yang datang dari beliau sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt. kepada para sahabat yang hidup bersama beliau. Telah ditegaskan di dalam al-Qur’an:

لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ

Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain” (Qs. Al-Hujurat [49] : 2)

Keempat, selalu bersikap tenang, tunduk, dan rendah hati meskipun yang menyampaikannya adalah lawan debat kita. Jangan melihat siapa yang mengatakan, tapi lihatlah sosok di balik perkataannya, yaitu Rasulullah Saw. Tetap perhatikan adab walaupun kita nantinya akan membantah pendalilan lawan kita terhadap hadis, misalnya. Jangan sampai meremehkan. Ini yang sering luput dari perhatian kita. Terkadang karena kita terlalu fokus pada argumen lawan sehingga kita lupa dan acuh terhadap semua perkataannya, padahal dia tengah menyebut sosok agung Rasulullah Saw. Berikanlah pengarahan yang baik dan jangan terlena dalam perdebatan yang berlarut-larut. Sabda Rasulullah Saw.

عِنْدَ نَبِيٍّ لاَ يَنْبَغِي تَنَازُعٌ

Tidak pantas berbantah-bantah di hadapan Nabi”

Kelima, hati-hatilah dalam menjaga semua adab itu. Jangan merasa aman dan mengentengkan karena tidak terjadi apa-apa. Sebab kita tidak tahu dan tidak bisa mengukur jangan-jangan sikap itu justru menjerumuskan kita dalam kecelakaan. Allah Swt. berfirman:

سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

“Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui” (Qs. Al-A’raf [7] : 182)

dan firman-Nya:

وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

“Dan merekapun merencanakan tipu daya dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan tipu daya (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (Qs. An-Naml [27] : 5)

Perhatikanlah dengan cermat. Jangan sampai tergelincir pada perangkap nafsu. Upayakanlah senantiasa tidak terhalang dari rahmat Allah Swt., sebab banyak sekali perbuatan kita yang dianggap tidak berbahaya tapi malah perlahan mengikis amal baik tanpa kita sadari. Cahaya hati kita perlahan meredup. Sumber dari semua itu adalah tidak hati-hati menjaga adab. Seorang mukmin yang berakal dan senantiasa mengharap keberkahan akan betul-betul menempatkan dirinya pada adab yang mulia ketika mendengar apapun yang datangnya dari manusia paling mulia Rasulullah Saw.

Demikianlah pemaparan mencerahkan dari Ibnu ‘Arabi. Semoga kita termasuk umat Rasulullah Saw. yang selalu diberikan kekuatan oleh Allah Swt. dalam memelihara adab dan diselamatkan dari segala keburukan, baik yang kita sadari maupun yang tidak.

Bagikan Artikel ini:

About Alfan Shidqon

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Minat Tafsir Tematik, Tafsir Esoteris, Living Quran.

Check Also

tafsir akhir tahun

Mengapa Al-Qur’an Banyak Memuat Kisah Umat Terdahulu? Ini Beberapa Hikmahnya

Sering kita dapati dalam al-Qur’an tidak hanya ayat-ayat normatif tentang ajaran Islam, tapi juga kisah-kisah …

tafsir

Tafsir QS. Al-Humazah: Peringatan Bagi Para Pencela dan Pelaku Oligarki Ekonomi

Surah al-Humazah tergolong Makkiyah. Disebut pula surah al-Hut}amah. Surah ini berisi peringatan bagi para pencela …