tasamuh
tasamuh

Pentingnya Sikap Tasamuh dan Ta’awun di Tengah Pandemi Covid 19

Manusia pada hakikatnya diciptakan oleh Tuhan berpasang-pasang, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Hal ini dimaksudkan  bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain, saling mengenal dan bermasyarakat, sehingga tak mungkin dapat hidup individu.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya, tidak bisa dipungkiri adanya gesekan-gesekan yang dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat, diperlukan sikap saling tasamuh (toleransi) dan ta’awun (saling menolong), sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari.

Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘alamin, mengajarkan bagaimana bermasyarakat, dengan baik, sehingga setiap pemeluknya pun haruskan memiliki  sikap tasamuh dan ta’awun, apalagi di tengah Pandemi Covid19 saat ini.

Tasamuh merupakan suatu sikap menghargai adanya perbedaan atau bisa disebut sebagai toleransi. Sedangkan praktisnya, tasamuh adalah mudah dalam berinteraksi, fleksibel, berperilaku enteng tidak menyulitkan baik dalam beragama maupun bermasyarakat.

Tentu sikap ini bukanlah hal baru di dunia Islam. Di Madinah Rasulullah SAW tidak enggan berdampingan dengan pribumi Yahudi maupun Nasrani. Juga bisa kita ambil contoh lain Sayyidina Umar RA ketika menaklukkan Jerussalem, tempat-tempat ibadah warga non muslim tetap berdiri utuh tidak dirusak, pemeluknya diberikan kebebasan untuk menjalankan aktivitas ibadah sesuai tuntunan yang mereka percayai.

Tasamuh dalam Agama Islam mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama.

Keragaman merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. al-Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat ayat 13)

Hadits Rasulullah bersabda :

تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ

Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahim, karena silaturahim itu menanamkan rasa cinta kepada kekeluargaan, memperbanyak harta dan memperpanjang usia.” (HR. Tirmidzi).

Bersikap tasamuh (toleran) merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam situasi pandemi Covid 19 saat ini. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial.

Selain bersikap tasamuh, bersikap ta’awun (tolong-menolong) termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian. Sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

 “ tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya. (Q.S. Al-Maidah : 2).

Namun pemasalahannya pada masa pandemi saat ini, seakan umat kita sedang haus dan dahaga sekali kepada bantuan. Mereka semua membutuhkan pertolongan, bahkan mereka mengharapkan segera datangnya juru penyelamat bangsa yang dapat menarik tangan mereka dari lumpur kehinaan dan kemiskinan untuk dibimbing ke puncak kesejahteraan dan kebahagiaan. Sudah lama sekali umat kita merindukan datangnya manusia yang dapat berbuat semacam itu dan sampai saat inipun belum tampak dan belum lagi muncul di hadapan mereka.

Selain itu banyak sekali orang yang tidak tahu membalas jasa dan budi orang lain, disebabkan oleh dorongan sifat serta akhlaknya yang rendah, tidak segan-segan membalas kebaikan itu dengan kejahatan, dipertukarkan sesuatu yang hina dari dirinya sendiri sebagai balasan terhadap sesuatu yang terbaik yang datang dari orang lain. Jadi bukan diberi susu, lalu ia membalas dengan memberikan madu, tetapi susu dibalas dengan tuba. Alangkah buruknya budi pekerti yang demikian itu.

Sikap tasamuh dan ta’awun dalam kehidupan masyarakat menjadi sangat mutlak adanya. Salah satu wujud dari toleransi hidup dan tolong menolong dalam bermasyarakat adalah menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Membalas kebaikan dengan keburukan adalah karena rusaknya akhlak.

Karena itulah, diperlukan bimbingan agama yang baik, misalnya diadakan pengajian atau majelis ‘ilmi atau dengan menasehati secara halus serta pengarahan-pengarahan terhadap kebenaran atas balasan buruk yang telah orang tersebut lakukan, sehingga terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Cahyo

Mahasiswa Program S2 PTIQ Jakarta

Check Also

Hari Santri

Memperingati Hari Santri Sebagai Wujud Hubbul Waton Minal Iman

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak tanggal 22 Oktober 2015 telh ditetapkan sebagai peringatan hari santri …

meninggal di tanah suci

Belajar dari Peletakan Hajar Aswad : Praktek Demokrasi Ala Nabi

Pada saat ini banyak Negara islam ataupun Negara yang mayoritasnya adalah muslim turut mengadaptasi sistem …