jidat hitam
jidat hitam

Tafsir Atsari as-Sujud Bukanlah Jidat Hitam

Riya’, ujub dan sombong adalah penyakit hati yang harus kita hindari bersama karena akan merusak keimanan kita kepada Allah. Hal ini pun akan merusak nilai pahala ibadah kita. Salah satu contoh ciri orang yang riya’, ujub dan sombong adalah mempunyai jidat hitam, yang itu menurutnya akibat melakukan sholat.

Memang tidaklah salah orang yang mempunyai jidat hitam akibat kebanyakan sujud yang lantas tanpa disadari jidatnya menghitam. Namun sesungguhnya bukanlah itu yang dimaksud tanda kebanyakan shalat itu jidatnya menjadi hitam.

Sebagian orang yang mempercayai bahwa tanda hitam di jidat sebagai bekas banyaknya sujud (shalat) mungkin didasarkan pada firman Allah dalam surat Al Fath ayat 29:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…”

Kalimat Siimaahum fii wujuuhihim min atsaris sujuud (tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud) dalam ayat di atas agaknya yang melatarbelakangi pandangan orang yang jidatnya hitam sebagai representasi orang itu banyak shalatnya. Namun sayangnya ahli-ahli tafsir mempercayai bukan itu yang dimaksud.

Jidat Hitam Ekspresi Riya’ dan Sombong

Dalam kitab Hasyiyah as-Shawi ‘Ala Tafsir Jalalain  karya Syekh Ahmad bin Muhammad Ash-Shawi Al-Mishri diterangkan bahwa

وليس المراد به ما بصنعه بعض الجهلة المرائين من العلامة في الجبهة فانه من فعل الخوارج وفي الحديث اني لابغض الرجل واكرهه اذا رايت بين عينيه اثر السجود

“Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” dalam sebuah hadits disebutkan sungguh saya benci seseorang yang saya lihat di antara kedua matanya terdapat bekas sujud (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).

Sahabat Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud tanda-tanda itu adalah tanda yang baik yang ada pada wajah mereka. Mufassir dan Mujahid lain malah menjelaskan secara gamblang bahwa atsaris sujud adalah khusyu’ dan tawadhu’. Ibnu Katsir pun mengatakan sebagian ulama’ salaf bahwa orang yang sering shalat di malam harinya maka wajahnya kelihatan indah di siang harinya.

Rasullulah dan Sahabat Tidak Menyukai Jidat Hitam

Rasulullah pun secara pribadi tidak menyukai orang yang mempunyai tanda di jidatnya yang diyakini pemiliknya sebagai bekas sujud. Pernyataan beliau terekam dalam sebuah hadist  riwayat Anas bin Malik RA :

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : إِنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ وَأْكْرَهُهُ إِذَا رَأَيْتُ بَيْنَ عَيْنِيهِ أَثَرُ السُّجُودِ

Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw bersabda, “Sungguh aku marah dan tidak menyukai seorang laki-laki yang ketika aku melihatnya terdapat bekas sujud di antara kedua matanya.” (Lihat, Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, Tafsir as-Sirajul Munir, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz, IV, h. 31).

Salah satu sahabat yang dekat dengan Rasulullah yakni Abdullah bin Umar bin Khattab juga mengomentari bekas hitam di dahi seorang muslim. Diceritakan oleh Baihaqi dalam Sunan al-Kubro no. 3698

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bersahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?”

Kemudian terkait orang yang dengan sengaja membuat tanda hitam di jidat, misalnya ketika ia melaksanakan sholat kemudian bersujud dengan menekan jidat dan menggesekkannya di tempat sujud sehingga menimbulkan tanda hitam di jidat maka jelas tidak dibenarkan. Lebih parahnya lagi apabila ada orang yang sengaja melukai sendiri jidatnya bukan karena shalat sampai menghitam agar ia tampak sebagai orang yang senantiasa melangngengkan shalat. Yang demikian menurut al-Biqa’I sebagai identitas orang Khawarij :

وَلَا يُظَنُّ أَنَّ مِنَ السِّيمَا مَا يَصْنَعُهُ بَعْضُ الْمُرَائِينَ مِنْ أَثَرِ هَيْئَةِ السُّجُودِ فِي جَبْهَتِهِ فَإِذًا ذَلِكَ مِنْ سِيمَا الْخَوَارِجِ

“Tak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di jidat yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang Khawarij”. (Lihat, Burhanuddin Ibrahim bin Umar al-Biqa`i, Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayat wal Atsar, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1415 H/1995 M, juz, IIV, h. 216).

Sebenarnya yang menjadi penopang utama kita ketika sujud adalah kedua tangan, bukan kepala. Jadi kalau ada orang yang jidatnya hitam berarti cara sujudnya salah, maka perlu diperbaiki gerakan shalatnya. Orang yang senantiasa melanggengkan shalat maka hati dan penampilannya menjadi bersih dan indah berseri-seri, bukan malah menjadi suram.

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …