Rasulullah dan Pengemis Buta Yahudi

Sebagai salah satu kontra metropolitan pada masanya, hiruk pikuk pasar di kota Madinah, tak pernah sepi dari kegiatan jual-beli masyarakat. Namun seperti ciri khas setiap pasar, di setiap sudutnya akan ditemui seorang pengemis yang meminta belas kasihan kepada seseorang yang melewatinya.

Berbeda dari pengemis di tempat lain, di sudut pasar kota Madinah ini terdapat satu pengemis buta. Di setiap ia mendengar ada langkah kaki mendekati dirinya, iapun mulai meminta pada orang tersebut. Namun ia tak pernah lupa untuk mengucapkan hinaan, cacian bahkan fitnah yang ditujukan kepada  Rasulullah.

Setiap ada orang yang mendekatnya, ia akan selalu berucap untuk tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Ia mengatakan “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.”

Pagi itu ketika Rasulullah beranjak menuju pasar, Beliau tak sengaja mendengar kalimat yang diucapkan dari pengemis tersebut. Namun bukan rasa marah yang Beliau berikan pada pengemis Yahudi tersebut. Beliau malah memberikan pengemis itu makanan dan tak segan-segan Beliau menyuapinya.

Setelah kejadian itu, Rasulullahpun mendatanginya setiap pagi. Bukan untuk membalas segala hal yang dilakukannya, melainkan untuk membawakannya makanan serta menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu tanpa berkata sepatah kata pun.

Kebiasaan Rasul ini terus dilakukan hingga Beliau wafat. Dan sejak saat itu tak ada lagi orang yang membawakan sang pengemis itu makanan. Dalam hati si pengemis tersebut merasa rindu terhadap orang yang memberikan ia makanan, di manakah dia sekarang?” tanyanya dalam hati.

Abu Bakar merupakan sahabat nabi yang melanjutkan semua perjuangan Rasulullah kala itu. Namun untuk memastikan semua telah Ia kerjakan, maka bertanyalah Abu Bakar pada anaknya Aisyah, “Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?” Aisyah pun menjawabnya, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.” Abu Bakar  kemudian bertanya kembali “Apakah Itu?”, Aisyah pun menjelaskan bahwa, Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”

Keesokan harinya berangkatlah Abu Bakar ke pasar untuk mendatangi pengemis buta tersebut. Namun ketika Abu Bakar mendengan hinaan yang di keluarkan oleh pengemis buta itu, membuat Ia hampir kehilangan kendali. Kepalanya mendidih dengan semua ucapan yang di lontarkan kepada sang pengemis kepada Nabi Muhammad. Namun Abu Bakar sadar, Ia tetap harus menjalankan apa yang telah dilakukan Rasul sebelum Ia wafat dulu.

Abu Bakar memberikan suapan pertamanya pada pengemis itu, namun pengemis buta itu malah marah dan berteriak, “Siapakah kamu?” Abu Bakar pun menjawab, “Aku orang yang biasa memberikanmu makan,” pengemis buta itu kembali berteriak mengatakan “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut baru suapkan pada ku.”

Seketika, air mata Abu Bakar tidak dapat terbendung. Ia pun menangis seraya mengatakan “aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah.” Setelah mendengar pengakuan dari Abu Bakar, maka pengemis itu pun ikut menangis.

Pengemis itupun lantas bertanya lagi pada Abu Bakar “Benarkah demikian?. Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.” Abu Bakar menjawab: “iya memang benar adanya”

Pengemis itupun lantas meminta Abubakar untuk membimbingnya untuk bertaubat dan menjadi muslim sepenuhnya, namun sebelum hal itu dilakukan, Abu Bakar meminta pengemis buta itu untuk bersyahadat terlebih dahulu untuk memulai keislamannya.

Begitu mulia hati Rasulullah, tak sedikitpun marah atupun dendam hinggap di hatinya tatkala ada seseorang yang memiliki kedudukan dunia lebih rendah daripada diriNya dan juga memiliki cacat fisik, namun ia berani mancaci dan menfitnah beliau. Beliau malah membalas pengemis Yahudi tersebut dengan belas kasih lewat makanan dan suapan yang lembut.

Tiada akhlak yang lebih mulia sebagaimana ditampilkan oleh sang baginda Rasul. Ia bukan hanya lemah lembut kepada mereka yang menyayangi, tetapi lebih lembut kepada mereka yang menghina, mencaci dan memfitnahnya. Akhlak rasul adalah kunci mengapa Islam mudah diterima dengan suka rela dan sepenuh hati.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

040705000 1762752567 830 556

3 Ulama Terkemuka Dianugerahi Gelar Pahlawan, Apa Maknanya?

JAKARTA – Tiga Ulama Nusantara dianugerahi gelar pahlawan Indonesia oleh pemerintah di Istana Negara, Jakarta …

wakil ketua komisi x dpr lalu hadrian irfani dwi rdetikcom 1745330073262 169

Game PUBG Akan Dibatasi Pemerintah, Waka Komisi X DPR: Harus Melalui Kajian yang Objektif

Jakarta – Game online Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG) menjadi sorotan pasca ledakan di SMAN 72 …