Darah istihadhah atau dikenal dengan darah penyakit merupakan darah penyakit yang keluar dari farji’ (vagina) seorang wanita di luar hari haid (Menstruasi). Artinya darah yang keluar kurang dari 24 jam atau melebihi lima belas hari, dan juga di luar hari hari nifas, artinya darah yang keluar melebihi dari 60 hari.
Perempuan yang keluar darah istihadhah ini dalam fikih disebut mustahadhah. Zakariyya al-Anshari menyamakan mustahadhah dengan salis al-baul (beser) orang yang selalu keluar kencing. Artinya keduanya masih berkewajiban untuk melaksanakan shalat wajib, puasa, bahkan mustahadhah boleh (dijima’) disetubuhi oleh suaminya. (Asna al-Mathalib, Zakariyya al-Anshariy, 2/95)
Dalam Hadits, Nabi tetap menyuruh perempuan yang istihadhah untuk shalat :
قالت فاطمة بنت أبي حبيش لرسول الله صلّى الله عليه وسلم : إني امرأة أُسْتَحاض، فلا أطهرُ، أفأدع الصلاة؟ قال : « لا ، إنما ذلك عرق ، وليس بالحيضة ، فإذا أقبلت الحيضة فدعي الصلاة ، وإذا أدبرت ، فاغسلي الدم ، وصلي
Fatimah Binti Hubaisy bertanya kepada Rasulullah:” sesungguhnya saya adalah perempuan yang keluar darah istihadhah, sampai saat ini sayapun belum bersesuci. Apakah saya boleh meninggalkan shalat? Rasul menjawab. Tidak boleh, Sesungguhnya darah itu hanya sekedar keringat (darah biasa), bukan darah haid. Jika kamu keluar darah haid maka tinggalkanlah shalat, jika sudah selesai haid, maka basuhlah darah itu dan shalatlah. Musnad Ibn al-Ja’d, Ibn al-Ja’d 6/5
Lalu bagaiman cara shalatnya? Menurut Imam Syafii, sebelum berwudhu dia harus membasuh vaginanya terlebih dahulu, setelah dibasuh bersih, lalu vaginanya dibalut serapat mungkin dengan pembalut. Setelah itu berwudhu’ dan sesegera mungkin melakukan shalat. Ketika hendak melaksanakan shalat yang berikutnya maka dia harus berwudhu’ lagi seperti cara pertama. Al-Fiqh al-Islami, Wahbah al-Zuhaili, 1/561
Apakah ada toleransi untuk tidak shalat dan mengqadla’nya?
Ubbadi al-Lahmi mengutip pendapat dari beberapa Ulama’ fikih mengatakan bahwa ada tujuh sebab seseorang mendapatkan toleransi hukum. Pertama, safar (perjalanan jauh). Kedua, sakit. Ketiga, dipaksa. Keempat, lupa. Kelima, tidak tahu. Keenam, sulit. Ketujuh, kurang sempurna.
Maka, saya kira darah istihadhah tidak masuk dalam tujuh sebab seseorang mendapatkan toleransi hukum. Maka sebaiknya, tetap melakukan shalat fardhu. Karena diperbolehkannya shalat fardhu walaupun darah terus mengalir itu sesungguhnya sudah toleransi agama. Idhah al-Qawaid al-Fiqhiyyah, Ubbadi al-Lahmi, 31-32
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah