JAKARTA – Islam pernah berkuasa di Eropa sehingga pengaruhnya masih terasa begitu kuat, baik dari segi arsitektur hingga peradaban lainya. Namun pasca kekalahan dan mulai tersingkir dari eropa hingga kemudian membentuk prasangka tidak baik digenerasi eropa masa kini.
Konflik pada abad pertengahan begitu terasa hingga kini, konflik yang kemudian melibatkan dua agama besar Islam-Kristen telah membentuk stigmatisasi bahwa perseteruan hanya berlatar agama semata, sementara realitas sejarah sering dilupakan oleh para protagonis yang mengabaikan pengaruh sejarah Timur Tengah.
Ilmuwan Politik lulusan Universitas Wina dan Universitas Erlangen, Huseyin Cicek, mengatakan Muslim yang tinggal di Eropa tidak dapat direduksi menjadi identitas agama mereka sendiri. Banyak imigran Muslim di Eropa saat ini dipengaruhi oleh kebijakan diaspora negara asal orang tua mereka.
“Oleh karena itu, partai-partai dan politikus Eropa telah lama memahami kenyataan ini dan berusaha menciptakan komunalitas melalui inisiatif bersama. Ini adalah upaya untuk bertarung di dua front politik pada saat yang bersamaan,” kata Cicek, dilansir Ahval News dan republika.co.id
Di satu sisi, mereka melawan partai sayap kanan dan kelompok yang mencap Muslim sebagai bahaya. Sementara di sisi lain, mereka berupaya menekan kembali pengaruh partai-partai populis Islam yang bertujuan mengasingkan diaspora Muslim di Eropa.
Melihat kondisi ini, bisa dikatakan tantangan yang dihadapi sekarang adalah memahami persepsi, gambaran, dan gagasan Islam yang sangat heterogen di tanah Eropa. Negara-negara Eropa sudah menemukan cara berbeda untuk menangani masalah heterogenitas. Namun, setiap kasus yang terjadi menarik dan mengandung wawasan penting.