Muslim Austria
Muslim Austria

Gereja Katolik dan Non-Muslim Austria Kritik dan Tolak Peta Islam

Wina – Gereja Katolik dan masyarakat non-Muslim Austria mengkritik dan menolak Peta Islam yang diterbitkan pemerintah Austria. Penolakan itu dilakukan karena Peta Islam itu dinilai bisa menimbulkan bahaya bagi komunitas Islam di Austria. Apalagi faktanya sejak adanya peta tersebut, sudah ada serangan terhadap beberapa umat Islam dan masjid.

Kepala gereja Katolik Austria, Kardinal Christoph Schoenborn, mengatakan, peta tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi komunitas agama tertentu di Austria. Menurut dia, peta tersebut berpotensi sebagai alat mencurigai umat Islam.

 “Berbahaya untuk memberi kesan bahwa salah satu komunitas agama dicurigai secara umum,” ujarnya dikutip dari Alarabiya via laman Republika.co.id, Sabtu (5/6/2021).

Seperti diketahui, Peta Islam itu menunjukkan lebih dari 600 asosiasi Muslim, termasuk detail lokasi dan foto anggota mereka. Peta itu pertama kali dipresentasikan oleh kelompok yang didanai pemerintah yang memantau ekstremisme Muslim dan oleh Menteri Integrasi Austria Susanne Raab, seorang anggota Partai Rakyat Austria (OeVP) yang konservatif dan antimigrasi.

Kepala Komunitas Agama Islam Austria, Umit Vural, menggambarkan peta itu sebagai ancaman keamanan besar-besaran bagi umat Islam. Organisasi Pemuda Muslim Austria mengungkapkan, beberapa Muslim bahkan telah diserang dan sebuah masjid dirusak sejak peta itu beredar di internet pada akhir Mei lalu.

Perwakilan Khusus Uni Eropa untuk Kejahatan Kebencian dan Kebencian Antisemit dan Anti-Muslim, Daniel Hoeltgen, telah mendesak Pemerintah Austria untuk menghapus peta tersebut. Sejumlah perwakilan dari komunitas agama lain, termasuk Presiden Konferensi Rabi Eropa, Pinchas Goldschmidt, juga turut memberikan teguran.

Menurut sebuah kelompok yang mendokumentasikan Islamofobia dan rasialisme anti-Muslim, serangan verbal dan fisik terhadap Muslim telah meningkat sejak seorang ekstremis kelahiran Austria membunuh empat orang di Wina pada awal November 2020 lalu.

Peta itu juga dinilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap umat Islam dan berpotensi sebagai alat mencurigai mereka.  Ilmuwan politik Austria, Prof Heinz Gaertner dari Universitas Wina mengatakan peta ini sebagai tindakan diskriminatif. Dia memperingatkan akan ada kekacauan dan pelanggaran hukum terhadap Muslim.

“Hanya masalah waktu sebelum akan ada serangan kekerasan terhadap institusi Islam. Pelabelan publik terhadap kelompok tertentu seperti itu selalu menjadi awal dan dasar penghinaan, bahkan penganiayaan,” kata Gaertner, dilansir Anadolu Agency.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …